Dua bersaudara alami gizi buruk
A
A
A
Sindonews.com - Kasus gizi buruk kembali dialami warga Kota Medan. Kali ini dialami dua bersaudara, yakni Alif Sofian (1,5 tahun) dan Meilinda (10 bulan).
Mereka saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Imelda, Medan.Warga Jalan Gaharu, Medan Timur, itu sudah dirawat di rumah sakit tersebut sejak Selasa 6 Maret 2012.
Saat ditemui di ruang Sakura, RSU Imelda kemarin, kedua bocah buah hati pasangan Yulia (21) dan Iman Rafsanjani (23) itu sedang tertidur lemas. Kondisi tubuh Meilinda memang tampak tidak begitu kurus. Tapi tidak demikian abangnya Alif yang kelihatan kurus, tak seperti anak normal seusianya.
Menurut sang ibu Yulia, Meilinda sudah ketiga kalinya masuk rumah sakit setelah sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Sufina Aziz akibat penyakit serupa.
“Saat lahir berat badan Meilinda 1,9 kilogram, sekarang 5,2 kilogram. Tapi itupun sudah turun karena setiap selesai makan Meilinda selalu buang air besar dan yang keluar air. Jadi, badannya lemas,” katanya.
Ada pun Alif baru pertama kali masuk rumah sakit. Alif dibawa ke rumah sakit karena kondisi tubuhnya lemas dan beratnya terus menurun. Sebab, Alif tidak mau makan.Begitu makan sedikit saja pasti muntah dan mencret. Yulia mengaku, meski memiliki rumah peninggalan kedua orang tua, namun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masih kesulitan.
Maklum, penghasilan suami yang hanya buruh bangunan sangat terbatas, terkadang hanya memperoleh Rp100.000 per bulan. Beruntung keluarganya terdaftar sebagai peserta program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS) sehingga Yulia bisa membawa kedua anaknya berobat ke rumah sakit.
“Kadang kerja, kadang nggak. Pernah suami saya hanya bergaji Rp100.000 sebulan. Bagaimana mau mencukupi kebutuhan sehari-hari, makan ikan saja sekali-sekali, paling hanya sayuran yang sering dimakan,” ucapnya.
Meski sadar ekonomi keluarga kurang mampu,Yulia tetap saja tak ikut program keluarga berenacana (KB).
Akibatnya kedua anaknya lahir dalam jarak waktu tergolong berdekatan. Alif lahir pada 9 Mei 2010, sedangkan Meilinda lahir setahun berikutnya. Hal itu diakui Yulia karena tidak pernah mendapat sosialisasi tentang program KB. Yulia baru ber KB setelah Meilinda lahir.
Sementara itu, Pembina Yayasan Imelda dr Rosa Dalima berjanji pihaknya akan merawat kedua pasien sesuai prosedur, baik untukpemulihan gizi maupun pengobatan penyakit penyertanya.
”Kedua anak ini berobat dengan program JPKMS, jadi masalah biaya tidak ada persoalan,” kata dr Rosa saat menjenguk langsung pasien. Selama ini pihak rumah sakit kerap menerima pasien dengan kasus serupa. Biasanya, masalah seperti ini bisa sehat lagi,” katanya.
Meski sebagai rumah sakit swasta, pihaknya tetap mengutamakan sisi sosial. Bahkan mereka turut membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.(azh)
Mereka saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Imelda, Medan.Warga Jalan Gaharu, Medan Timur, itu sudah dirawat di rumah sakit tersebut sejak Selasa 6 Maret 2012.
Saat ditemui di ruang Sakura, RSU Imelda kemarin, kedua bocah buah hati pasangan Yulia (21) dan Iman Rafsanjani (23) itu sedang tertidur lemas. Kondisi tubuh Meilinda memang tampak tidak begitu kurus. Tapi tidak demikian abangnya Alif yang kelihatan kurus, tak seperti anak normal seusianya.
Menurut sang ibu Yulia, Meilinda sudah ketiga kalinya masuk rumah sakit setelah sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Sufina Aziz akibat penyakit serupa.
“Saat lahir berat badan Meilinda 1,9 kilogram, sekarang 5,2 kilogram. Tapi itupun sudah turun karena setiap selesai makan Meilinda selalu buang air besar dan yang keluar air. Jadi, badannya lemas,” katanya.
Ada pun Alif baru pertama kali masuk rumah sakit. Alif dibawa ke rumah sakit karena kondisi tubuhnya lemas dan beratnya terus menurun. Sebab, Alif tidak mau makan.Begitu makan sedikit saja pasti muntah dan mencret. Yulia mengaku, meski memiliki rumah peninggalan kedua orang tua, namun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masih kesulitan.
Maklum, penghasilan suami yang hanya buruh bangunan sangat terbatas, terkadang hanya memperoleh Rp100.000 per bulan. Beruntung keluarganya terdaftar sebagai peserta program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS) sehingga Yulia bisa membawa kedua anaknya berobat ke rumah sakit.
“Kadang kerja, kadang nggak. Pernah suami saya hanya bergaji Rp100.000 sebulan. Bagaimana mau mencukupi kebutuhan sehari-hari, makan ikan saja sekali-sekali, paling hanya sayuran yang sering dimakan,” ucapnya.
Meski sadar ekonomi keluarga kurang mampu,Yulia tetap saja tak ikut program keluarga berenacana (KB).
Akibatnya kedua anaknya lahir dalam jarak waktu tergolong berdekatan. Alif lahir pada 9 Mei 2010, sedangkan Meilinda lahir setahun berikutnya. Hal itu diakui Yulia karena tidak pernah mendapat sosialisasi tentang program KB. Yulia baru ber KB setelah Meilinda lahir.
Sementara itu, Pembina Yayasan Imelda dr Rosa Dalima berjanji pihaknya akan merawat kedua pasien sesuai prosedur, baik untukpemulihan gizi maupun pengobatan penyakit penyertanya.
”Kedua anak ini berobat dengan program JPKMS, jadi masalah biaya tidak ada persoalan,” kata dr Rosa saat menjenguk langsung pasien. Selama ini pihak rumah sakit kerap menerima pasien dengan kasus serupa. Biasanya, masalah seperti ini bisa sehat lagi,” katanya.
Meski sebagai rumah sakit swasta, pihaknya tetap mengutamakan sisi sosial. Bahkan mereka turut membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.(azh)
()