Longsor, puluhan KK terisolasi
A
A
A
Sindonews.com - Hujan deras ditambah luapan sungai mengakibatkan sebagian bukit di Desa Mulyosari, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung longsor.
Timbunan tanah merah sebanyak 10 ribu meter kubik bercampur batu dan potongan kayu, menutup 50 meter ruas jalan satu-satunya di desa setempat. Lumpur membuat puluhan Kepala Keluarga (KK) desa setempat terisolasi. Untuk menuju ke Kota Tulungagung, masyarakat terpaksa melakukan jalan memutar sejauh lima kilometer.
“Musibah ini terjadi pada pukul 04.00 WIB dini hari. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,“ ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agus Purwanto menjelaskan, Jumat 17 Desember 2012.
Untuk menyingkirkan material yang menutup jalan dan jembatan, BPBD menurunkan alat berat. Proses ini mendapat bantuan warga yang bergotong royong turun ke jalan.
Menurut Agus, sebagian kawasan perbukitan di sepanjang desa memang dalam kondisi labil. Sebab, jumlah pepohonan yang berfungsi sebagai penahan air telah habis. Kondisi itu membuat gerusan air hujan yang turun dengan deras ditambah luapan sungai dengan mudah meruntuhkan tanah perbukitan.
“Sungai ini berada di atas perbukitan. Hujan deras membuat debit air meningkat," terangnya.
Pemerintah membutuhkan waktu 2-3 hari untuk melakukan normalisasi. Hasil pantauan BPBD, selain wilayah Kecamatan Pagerwojo, masih ada empat kecamatan lain yang rawan menjadi ancaman banjir dan longsor.
Di antaranya Kecamatan Sendang, Kecamatan Bandung, Kecamatan Besuki dan Kecamatan Kalidawir. Secara geografis, kata Agus, semua daerah rawan bencana tersebut berada di dataran tinggi.
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk terus mewaspadai. Sebab cuaca ekstrim sampai saat ini belum sepenuhnya berlalu,“ paparnya.
Sebagai bentuk antisipasi, BPBD menempatkan posko pantauan bencana di setiap wilayah rawan bencana. Secara tekhnis, petugas yang berada di posko melakukan koordinasi dengan perangkat desa dan kecamatan setempat.
“Ini menjadikan kita lebih tanggap dan cepat dalam menangani musibah yang terjadi,“ jelasnya.
Untuk semua kegiatan penanganan bencana itu, Pemerintah Kabupaten Tulungagung menyediakan anggaran Rp400 juta dalam pos bencana tahun 2012.
“Di luar itu, kita juga menyediakan anggaran yang sifatnya on call atau tidak terbatas,“ pungkas Agus.
Sutrisno (35) salah seorang warga Desa Mulyosari berharap timbunan lumpur bercampur batu serta potongan kayu segera bisa singkirkan. Meskipun tidak secara langsung menimpa permukiman penduduk, secara ekonomis akses jalan yang lebih jauh telah merugikan masyarakat.
“Terutama untuk warga yang memiliki kepentingan ekonomi (berdagang) tentu yang paling dirugikan dengan akses yang lebih jauh itu,“ ujarnya.(azh)
Timbunan tanah merah sebanyak 10 ribu meter kubik bercampur batu dan potongan kayu, menutup 50 meter ruas jalan satu-satunya di desa setempat. Lumpur membuat puluhan Kepala Keluarga (KK) desa setempat terisolasi. Untuk menuju ke Kota Tulungagung, masyarakat terpaksa melakukan jalan memutar sejauh lima kilometer.
“Musibah ini terjadi pada pukul 04.00 WIB dini hari. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,“ ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agus Purwanto menjelaskan, Jumat 17 Desember 2012.
Untuk menyingkirkan material yang menutup jalan dan jembatan, BPBD menurunkan alat berat. Proses ini mendapat bantuan warga yang bergotong royong turun ke jalan.
Menurut Agus, sebagian kawasan perbukitan di sepanjang desa memang dalam kondisi labil. Sebab, jumlah pepohonan yang berfungsi sebagai penahan air telah habis. Kondisi itu membuat gerusan air hujan yang turun dengan deras ditambah luapan sungai dengan mudah meruntuhkan tanah perbukitan.
“Sungai ini berada di atas perbukitan. Hujan deras membuat debit air meningkat," terangnya.
Pemerintah membutuhkan waktu 2-3 hari untuk melakukan normalisasi. Hasil pantauan BPBD, selain wilayah Kecamatan Pagerwojo, masih ada empat kecamatan lain yang rawan menjadi ancaman banjir dan longsor.
Di antaranya Kecamatan Sendang, Kecamatan Bandung, Kecamatan Besuki dan Kecamatan Kalidawir. Secara geografis, kata Agus, semua daerah rawan bencana tersebut berada di dataran tinggi.
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk terus mewaspadai. Sebab cuaca ekstrim sampai saat ini belum sepenuhnya berlalu,“ paparnya.
Sebagai bentuk antisipasi, BPBD menempatkan posko pantauan bencana di setiap wilayah rawan bencana. Secara tekhnis, petugas yang berada di posko melakukan koordinasi dengan perangkat desa dan kecamatan setempat.
“Ini menjadikan kita lebih tanggap dan cepat dalam menangani musibah yang terjadi,“ jelasnya.
Untuk semua kegiatan penanganan bencana itu, Pemerintah Kabupaten Tulungagung menyediakan anggaran Rp400 juta dalam pos bencana tahun 2012.
“Di luar itu, kita juga menyediakan anggaran yang sifatnya on call atau tidak terbatas,“ pungkas Agus.
Sutrisno (35) salah seorang warga Desa Mulyosari berharap timbunan lumpur bercampur batu serta potongan kayu segera bisa singkirkan. Meskipun tidak secara langsung menimpa permukiman penduduk, secara ekonomis akses jalan yang lebih jauh telah merugikan masyarakat.
“Terutama untuk warga yang memiliki kepentingan ekonomi (berdagang) tentu yang paling dirugikan dengan akses yang lebih jauh itu,“ ujarnya.(azh)
()