Wali Kota Aminullah Ajari Mahasiswa Jepang dan Gambia Mitigasi Bencana
A
A
A
BANDA ACEH - Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Japan-Indonesia Student Interaction (JISI) berkunjung ke Banda Aceh untuk mempelajari mitigasi bencana. Mereka berencana menggelar tsunami drill (simulasi bencana tsunami) di sejumlah sekolah dasar di Banda Aceh.
Bukan hanya dari Jepang, mahasiswa dari Afrika Barat-Gambia juga hadir. Sementara Himpunan Mahasiswa Magister Ilmu Kebencanaan (Hibeuna) Unsyiah bertindak sebagai tuan rumah.
Delegasi mahasiswa multilateral itu disambut secara khusus oleh Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman di pendopo, Selasa (3/3/2020). Mereka terlihat antusias menyimak penjelasan wali kota mengenai mitigasi bencana dan kebangkitan Banda Aceh pasca bencana.
Kepada tamunya, Aminullah mengucapkan terima kasih atas kedatangannya untuk belajar di Banda Aceh. “Kami juga belajar banyak soal Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dari Jepang. Pada 2108 saya berkesempatan berkunjung ke Higashi Matsushima.”
Selain belajar soal PRB, ia juga mempelajari teknik budidaya tiram modern di sana. “Saat ini telah kita praktikkan di daerah pesisir Banda Aceh,” katanya seraya mengatakan mendukung penuh program JISI di Banda Aceh.
Wali kota kemudian memaparkan sejumlah program dan kebijkan PRB. “Kami memiliki lima escape buliding yang secara rutin disosialisasikan penggunaannya kepada masyarakat melalui kegiatan simulasi.”
Banda Aceh juga telah memikiki sistem peringatan dini tsunami. “Sirene tsunami ini mampu menjangkau seluruh kota, sehingga sangat berguna dalam upaya evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana,” ujarnya.
Soal tata ruang tak luput menjadi perhatian serius Pemko Banda Aceh. “Kami tidak menolerir pembangunan atau adanya bangunan di tempat yang tak sesuai RTRW. Komitmen ini juga telah diapresiasi oleh pemerintah pusat dengan penghargaan best city planning di Indonesia,” katanya.
Turut hadir dalam pertemuan itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdako Banda Aceh Bachtiar, Kadis PUPR Jalaluddin, dan Kadis Pariwisata Iskandar. Malamnya di tempat yang sama, juga digelar jamuan makan bersama.
Bukan hanya dari Jepang, mahasiswa dari Afrika Barat-Gambia juga hadir. Sementara Himpunan Mahasiswa Magister Ilmu Kebencanaan (Hibeuna) Unsyiah bertindak sebagai tuan rumah.
Delegasi mahasiswa multilateral itu disambut secara khusus oleh Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman di pendopo, Selasa (3/3/2020). Mereka terlihat antusias menyimak penjelasan wali kota mengenai mitigasi bencana dan kebangkitan Banda Aceh pasca bencana.
Kepada tamunya, Aminullah mengucapkan terima kasih atas kedatangannya untuk belajar di Banda Aceh. “Kami juga belajar banyak soal Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dari Jepang. Pada 2108 saya berkesempatan berkunjung ke Higashi Matsushima.”
Selain belajar soal PRB, ia juga mempelajari teknik budidaya tiram modern di sana. “Saat ini telah kita praktikkan di daerah pesisir Banda Aceh,” katanya seraya mengatakan mendukung penuh program JISI di Banda Aceh.
Wali kota kemudian memaparkan sejumlah program dan kebijkan PRB. “Kami memiliki lima escape buliding yang secara rutin disosialisasikan penggunaannya kepada masyarakat melalui kegiatan simulasi.”
Banda Aceh juga telah memikiki sistem peringatan dini tsunami. “Sirene tsunami ini mampu menjangkau seluruh kota, sehingga sangat berguna dalam upaya evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana,” ujarnya.
Soal tata ruang tak luput menjadi perhatian serius Pemko Banda Aceh. “Kami tidak menolerir pembangunan atau adanya bangunan di tempat yang tak sesuai RTRW. Komitmen ini juga telah diapresiasi oleh pemerintah pusat dengan penghargaan best city planning di Indonesia,” katanya.
Turut hadir dalam pertemuan itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdako Banda Aceh Bachtiar, Kadis PUPR Jalaluddin, dan Kadis Pariwisata Iskandar. Malamnya di tempat yang sama, juga digelar jamuan makan bersama.
(akn)