Sopir Dibantai Massa di Dogiyai, Dewan Adat Papua Minta Maaf
A
A
A
JAYAPURA - Dewan Adat Papua (DAP) menyampaikan permohonan maaf atas kasus penganiayaan Yus Yunus (25) sopir truk Jalan Trans Nabire - Dogiyai oleh warga di Kampung Ekimani Dogiyai pada Minggu (23/2/2020) lalu.
Permohonan maaf sekaligus turut berduka mendalam ini, disampaikan DAP melalui sekretarisnya Jhone Gobay di kantor DAP Kamkey Abepura, Jumat (28/2) siang.
"Atas nama masyarakat Meepago yang ada di Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai, sebagian Kabupaten Mimika, dan sebagian Kabupaten Nabire, menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada keluarga, saudaraku almarhum Yus Yunus dan seluruh masyarakat Sulawesi Barat yang ada di Indonesia," kata Jhone.
Jhone Gobay berharap, pintu maaf tersebut dibuktikan seluas-luasnya oleh keluarga korban dan warga masyarakat Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.
"Kami mohon maaf, kami sungguh mengharapkan maaf kami masyarakat Mee Pago yang ada di Kabupaten Dogiyai, khususnya Kampung Ekimani dan seluruh masyarakat yang ada di Papua. Sekiranya pintu maaf itu dapat terbuka, dan kami harap dapat diterima," ucapnya.
Jhone Gobay mengaku, kehadiran korban dan para sopir di Dogiyai telah membantu pembangunan di wilayah adat Mee Pago.
"Kejadian ini tanpa direncanakan, dan tanpa diinginkan oleh kami semua. Kejadian ini spontan ketika masyarakat melihat korban Demianus Mote tergeletak di jalan, sehingga terjadi emosional yang menyebabkan saudara kami Yus Yunus meninggal dunia," kata Jhone.
Pihaknya juga meminta tidak muncul reaksi balasan, dan mengarah menjadi kasus rasial. "Saya minta, jangan kasus yang terjadi spontan ini kemudian digoreng karena kita semua tidak tahu menahu dan juga tidak terkait dengan persoalan ini. Untuk itu, kami meminta kepada polisi untuk melakukan olah TKP mengungkapkan fakta yang sesungguhnya terjadi," ucapnya.
Pihaknya juga meminta Pemerintah Daerah Dogiyai membentuk tim penanganan konflik sosial tersebut, sehingga konflik tidak berlarut dan dapat diselesaikan dengan baik.
"Apakah langkah rekonsiliasi, atau langkah mediasi agar konflik ini, antara para sopir-sopir truk ini dan juga sopir-sopir yang lain dan juga orang non Papua yang ada di Dogiyai dan juga di Meepago itu merasa tenang dan nyaman bekerja dan tinggal di sana. Karena bukan satu sopir yang ada di sana, yang juga dibutuhkan pelayanan mereka. Tidak perlu ada penambahan pasukan, biarkan oleh tim ini dicarikan solusi terbaik," pungkasnya.
Permohonan maaf sekaligus turut berduka mendalam ini, disampaikan DAP melalui sekretarisnya Jhone Gobay di kantor DAP Kamkey Abepura, Jumat (28/2) siang.
"Atas nama masyarakat Meepago yang ada di Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai, sebagian Kabupaten Mimika, dan sebagian Kabupaten Nabire, menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada keluarga, saudaraku almarhum Yus Yunus dan seluruh masyarakat Sulawesi Barat yang ada di Indonesia," kata Jhone.
Jhone Gobay berharap, pintu maaf tersebut dibuktikan seluas-luasnya oleh keluarga korban dan warga masyarakat Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.
"Kami mohon maaf, kami sungguh mengharapkan maaf kami masyarakat Mee Pago yang ada di Kabupaten Dogiyai, khususnya Kampung Ekimani dan seluruh masyarakat yang ada di Papua. Sekiranya pintu maaf itu dapat terbuka, dan kami harap dapat diterima," ucapnya.
Jhone Gobay mengaku, kehadiran korban dan para sopir di Dogiyai telah membantu pembangunan di wilayah adat Mee Pago.
"Kejadian ini tanpa direncanakan, dan tanpa diinginkan oleh kami semua. Kejadian ini spontan ketika masyarakat melihat korban Demianus Mote tergeletak di jalan, sehingga terjadi emosional yang menyebabkan saudara kami Yus Yunus meninggal dunia," kata Jhone.
Pihaknya juga meminta tidak muncul reaksi balasan, dan mengarah menjadi kasus rasial. "Saya minta, jangan kasus yang terjadi spontan ini kemudian digoreng karena kita semua tidak tahu menahu dan juga tidak terkait dengan persoalan ini. Untuk itu, kami meminta kepada polisi untuk melakukan olah TKP mengungkapkan fakta yang sesungguhnya terjadi," ucapnya.
Pihaknya juga meminta Pemerintah Daerah Dogiyai membentuk tim penanganan konflik sosial tersebut, sehingga konflik tidak berlarut dan dapat diselesaikan dengan baik.
"Apakah langkah rekonsiliasi, atau langkah mediasi agar konflik ini, antara para sopir-sopir truk ini dan juga sopir-sopir yang lain dan juga orang non Papua yang ada di Dogiyai dan juga di Meepago itu merasa tenang dan nyaman bekerja dan tinggal di sana. Karena bukan satu sopir yang ada di sana, yang juga dibutuhkan pelayanan mereka. Tidak perlu ada penambahan pasukan, biarkan oleh tim ini dicarikan solusi terbaik," pungkasnya.
(zil)