Sepekan, Perputaran Uang Capai Rp25 Miliar

Jum'at, 21 Februari 2020 - 08:03 WIB
Sepekan, Perputaran...
Sepekan, Perputaran Uang Capai Rp25 Miliar
A A A
YOGYAKARTA - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XV 2020 menjadi potensi pariwisata baru bagi Indonesia. Ajang mengenalkan beragam budaya Tionghoa yang digelar awal Februari ini menarik banyak wisatawan baik lokal maupun internasional. Begitu besarnya antusiasme masyarakat terhadap acara ini, transaksi PBTY dalam sepekan mencapai Rp25 miliar.

PBTY 2020 mengusung tema The Cultural Collor of Wonderful Indonesia. Tema tersebut menunjukkan kebersamaan di Yogyakarta yang guyub rukun dan harmonis. Acara ini juga tidak hanya menampilkan budaya Tionghoa. “Namun juga budaya lokal dan nasional sehingga dapat dinikmati semua lapisan masyarakat,” ujar Ketua I Panitia PBTY Muwardi Gunawan kemarin.

PBTY dimulai dengan agenda Malioboro Imlek Carnival. Acara ini mampu menyedot perhatian 150.000 penonton. Dilanjutkan Jogja Dragon festival IX yang diikuti 12 peserta dan 140 stan multiculture bazar. “Selama sepekan, perputaran ekonomi kegiatan PBTY mencapai Rp25 miliar,” lanjut Muwardi.

PBTY 2020 berlangsung sejak 2–8 Februari 2020 dan dipusatkan di kawasan Pecinan Ketandan, Yogyakarta. Di antara ajang PBTY adalah pemilihan Koko-Cici, penjualan pernak-pernik Tionghoa, pertunjukan Wayang Potehi serta pameran rumah tinggal orang Tionghoa zaman dulu.

Muwardi menilai kegiatan memberikan kontribusi positif bagi pengenalan dan pelestarian budaya Tionghoa. Muwardi berharap PBTY 2021 dapat diakui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi agenda pariwisata baru di Indonesia. “Harapannya bisa masuk dalam 100 event unggulan pariwisata Indonesia,” harap dia.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo mengakui PBTY telah menjadi suguhan wisata yang menawan. “Semoga dengan adanya PBTY ini semakin banyak wisatawan datang ke Yogyakarta,” kata Singgih.

Dalam sambutan penutupan PBTY, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan PBTY XV menjadi bukti bahwa budaya dapat berakulturasi. Menurut Sultan, pemaknaan sio tikus logam 2020 ini memiliki arti merekatkan persaudaraan dan harapan.

Sebagai ilustrasi, tikus mungkin serupa dengan kancil yang biasanya selalu menemukan solusi cerdik yang tidak dapat dilakukan dengan cara biasa. Ini tecermin pada PBTY yang menuntun dan menjauhkan gap sosial. “PBTY dapat menjadi media introspeksi diri dalam membangun semangat keindonesiaan," ungkapnya.

Penutupan ditandai dengan pemukulan tambur oleh gubernur. Dalam acara itu juga diserahkan Peta Yogyakarta Tahun 1800 oleh Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Centre Hari Setyo kepada HB X. (Ainun Najib)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9251 seconds (0.1#10.140)