Penyerbuan Kapal Belanda oleh Raden Mattaher dan Pasukannya

Senin, 20 Januari 2020 - 05:00 WIB
Penyerbuan Kapal Belanda oleh Raden Mattaher dan Pasukannya
Penyerbuan Kapal Belanda oleh Raden Mattaher dan Pasukannya
A A A
RADEN Mattaher merupakan salah satu pejuang Jambi yang terkenal keberaniannya melawan penjajah Belanda.

Salah satu kisah perjuangan Raden Mattaher yang terkenal ialah saat ia dan pasukannya menyerbu kapal perang Belanda dan merampas senjata untuk perang gerilya melawan Belanda.

Di awal tahun 1900 Raden Mattaher bersama Pangeran Maaji gelar Pangeran Karto di Tanjung Penyaringan melakukan penyerangan terhadap konvoi 8 jukung Belanda yang ditarik oleh kapal Musi.

Kapal Musi dan jukung Belanda membawa senjata, perlengkapan perang, dan perbekalan, untuk dibawa dari Muara tembesi menuju Sarolangun.

Persenjataan ini diperuntukkan Belanda untuk membantu militer Belanda yang sedang bertempur di benteng Tanjung Gagak. Pasukan Raden Mattaher dan Pangeran Karto serta Panglima Tudak Alam dari Mentawak menyerang iringan jukung dan kapal Musi Belanda.

Semua serdadu Belanda mati terbunuh dan semua senjata berhasil dirampas. Pegawai paksa dari Palembang dan Jawa menyerahkan diri dan meminta perlindungan pada pasukan Raden Mattaher.

Setelah penyerangan terhadap Kapal Musi dan 8 jukung ini di Tanjung Penyaringan menyebabkan nama Raden Mattaher sangat terkenal di masyarakat dan tentara Belanda.
Setelah itu berkembanglah berbagai cerita dan mitos kehebatan Raden Mattaher.

Senjata rampasan itu sebagaian dikirimkan oleh Raden Mattaher ke Tanah garo, Merangin, Bangko Pintas, dan juga ke Tabir. Kabar keberhasilan Raden Mattaher ini sampai juga di telinga residen Belanda di Palembang, ia sangat murka dan marah.

Masih Dalam tahun 1901, pasukan Raden Mattaher melakukan penyerangan lagi terhadap pasukan Belanda di Sungai Bengkal. Disini Raden Mattaher banyak merampas senjata Belanda dan karaben.

Dari Sungai Bengkal pasukan Raden Mattaher dibantu pasukan Raden Usman dan Puspo Ali terus begerak menyerang Belanda di Merlung. Dari Merlung pasukan Raden Mat Tahir terus bergerak ke Labuhan Dagang, Tungkal Ulu.

Dari Tungkal Ulu pasukan Raden Mattaher bersama 40 orang pasukannya lewat Pematang Lumut bergerak menuju Sengeti, lalu menuju Pijoan.

Di Pijoan bivak Belanda diserang, pasukan Raden Mat Tahir memperoleh banyak senjata kerabin. Oleh Raden Pamuk gelar Panglima Panjang Ambur senjata itu diangkut ke Jelatang.

Lalu kegaduhan timbul dikalangan pasukan Belanda di Kota Jambi dan Muara Bulian.

Kemudian Pasukan Raden Mattaher, Raden Pamuk dan Raden Perang gelar Panglima Tangguk Mato Alus pada pertengahan April 1901 bergerak atau menyerang Pos Pasukan Belanda di Banyu Lincir (Bayung Lincir).

Penyerangan terhadap Banyu Lincir merupakan gabungan pasukan Raden Mat Tahir, Raden Pamuk, dan pasukan Suku Anak Dalam dari Bahar, pimpinan Raden Perang.

Kepala Bea Cukai dan pengawalnya mati terbunuh. Banyak senjata pendek Belanda dapat dirampas.

Pada penyerangan itu uang sebesar 5.000 golden dan uang 30.000 ringgit cap tongkat di dalam brangkas milik perusahaan minyak berhasil dirampas pasukan Raden Mattaher.

Peti kas baja berisi uang tersebut dibawa oleh Suku Anak dalam ke Bahar dan lalu dibongkar. Dalam penyerangan itu seorang pasukan Raden Mattaher tewas dan 3 orang luka-luka. Peranan Suku Anak Dalam pada penyerangan Banyu Lincir sangat besar jasanya.

Tahun 1902 Pasukan Raden Mattaher di Tanjung Gedang Sungai Alai melakukan penyerangan terhadap 30 buah perahu jukung berisi serdadu Belanda. Perahu jukung berhasil di tenggelamkan dan semua serdadu Belanda mati terbunuh.

Setibanya pasukan Raden Mattaher di Sungai Alai, secara kebetulan perang sedang berlangsung dipimpin Panglima Maujud, Panglima Suto, Panglima Itam dari Tanah Sepenggal, Rio Air Gemuruh, Rio Gereman Tembago, dari Teluk Panjang, yang telah bertempur lebih dahulu melawan Belanda.

Masyarakat di sekitarnya tidak berani mengambil air minum di sungai Batang Tebo karena banyaknya mayat pasukan Belanda yang terapung dan membusuk.

Setelah pertempuran di Sungai Alai, lalu pasukan Raden Mat Tahir terus bergerak menuju Jambi, khususnya akan menyerang Belanda di Muara Kumpeh.

Perang Kumpeh adalah perang yang berkepanjangan dari tahun 1890-1906. Perang Kumpeh adalah perang yang panjang dan lama.

Raden Mattaher terlibat secara langsung dalam perang Kumpeh tahun 1902 yakni menyerang Kapal Belanda di Sungai Kumpeh.

Pasukan Raden Mat Tahir dibantu Raden Seman, Raden Pamuk, Raden Perang, kepala kampung yang masih hidup, dari Marosebo Ilir, dan dari Jambi Kecil.

Kapal Belanda yang diserang itu adalah kapal perang yang baru datang dari Palembang. Konon kabarnya keberhasilan ini berkat bantuan jasa seorang jurus mesin kapal bernama Wancik yang merusak mesin kapal sehingga tidak mampu berjalan.

Juru mesin ini adalah seorang keturunan Palembang yang bersimpati dengan perjuangan Jambi. Keberhasilan Raden Mattaher menyerang kapal perang Belanda ini, maka Raden Mat Tahir diberi gelar sebagai Singo Kumpeh.

Sumber:

Melangun.Wordpres,
diolah dari berbagai sumber
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7031 seconds (0.1#10.140)