Tangani Bayi Kembar Siam RSUD SI Pangkalan Bun Koordinasi dengan RS dr Soetomo
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng, hari ini akan melayangkan surat permintaan pengiriman tim dokter bedah RS dr Soetomo Surabaya, Jawa Timur (Jatim) untuk melihat secara langsung kondisi bayi kembar siam (dempet) dada dan perut di Pangkalan Bun. Hal ini disampaikan Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, dr Fachruddin kepada MNC Media, Rabu (8/1/2020). (Baca: Jantung dan Hati Bayi Kembar Siam Menyatu)
“Hari ini kami akan kirim surat ke Dirut RS dr Soetomo Surabaya agar mengirimkan tim bedah, untuk melihat langsung bayi kembar siam, guna menentukan tindakan selanjutnya,” ujar Fachruddin.
Dia menjelaskan, hal ini sangat penting untuk mengetahui secara pasti apa yang harus dilakukan ke depan untuk menlakukan operasi pemisahan bayi malang tersebut. “Sebab memungkinan besar bayi kembar siam ini akan kita rujuk ke RS dr Soetomo Surabaya. Untuk itu kita perlu konsultasi langsung dengan tim dokter bedah di sana,” kata dia.
Sebelumnya, dr Diah Erma SpA (spesialis anak) tim dokter RSUD Sultan Imanuddin, berdasarkam hasil rongsen bayi kembar dempet terlihat sejumlah organ tubuh dalam kondisi menyatu.
“Terlihat bayi dempet di bagian perut dan dada. Tali pusat ada satu, plasenta ada satu, ketuban ada satu, rongga dada ada satu, alat kelamin laki laki ada dua, anus ada dua. Kemudian rongga torax atau tulang dada bersatu. Jantung dan hati diduga ada dua namun menyatu. Dan lambung ada satu,” ujar dokter spesialis anak ini saat konferensi pers.
Berdasarkan pengalaman kasus bayi kembar dempet di Indonesia, biaya operasi pemisahan bisa mencapai Rp1 miliar lebih. “Dan untuk kasus bayi kembar siam putra Ibu Istiharon semua ditanggung BPJS Keshatan. Sebab sang ibu memiliki kartu BPJS,” tambah Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin.
Pihaknya saat ini terus melakukan langkah selanjutnya guna penanganan pemisahan bayi kembar siam ini. “Untum RS rujukan masih belum kita putuskan ke mana. Yang jelas rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Supaya biaya ditanggung pemerintah. Jadi nanti bisa saja ke RS dr Soetomo Surabaya atau RS dr Kariyadi Semarang,” lanjut Fachruddin.
Sejauh ini lanjut dia, kondisi kedua bayi cenderung stabil. Belum ditemukan tanda tanda ke arah bahaya. Sedangkan ibu kedua bayi masih menjalani perawatan di ruang rawat untuk memulihkan kondisinya pascadilakukan operasi caesar.
“Kedua bayi dalam kondisi sehat dan baik. Asupan makanan kita alirkan lewat selang infus ke kedua mulut bayi. Untuk sang ibu kondisinya berangsur membaik. Jika pulih nantinya sang ibu akan kita pindah ke klinik perawatan di luar rumah sakit,” timpalnya.
Sementara itu, Totok Iskandar selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan Sampit di Pangkalan Bun memastikan biaya selama perawatan kedua bayi kembar siam dan ibunya akan ditanggung BPJS. Sebab sang ibu terdaftar menjadi peserta BPJS.
“Selama tidak pindah kelas dalam hal ini kelas 2, semua akan ditanggung BPJS Kesehatan. Namun jika nantinya dirujuk ke Pulau Jawa biaya transportasi dan lain lain tidak ditanggung BPJS. Nantinya akan kita buatkan surat rujukan ke RS yang dituju dan nantinya tetap akan dihandel BPJS,” ujar Totok.
Sementara itu berdasarkan penelusuran pihak rumah sakit, Ibu Istiharoh (30) tinggal sebatang kara di Pangkalan Bun. Dirinya sempat ikut orangtuanya di Desa Kuning, Kecamatan Pangkalan Banteng. Namun kemudian orangtuanya meninggal dan dirinya ikut suami kedua ke Pangkalan Bun.
“Namun justru setelah hidup berumah tangga di Pangkalan Bun dan punya KTP di Jalan Natai Arahan Pangkalan Bun, saat Istiharoh hamil satu bulan ditinggal kabur suaminya hingga sekarang tidak ada kabar,” ujar Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin.
Jadi saat ini Istiharoh hanya butuh bantuan para donatur untuk biaya hidup selama di rumah sakit dan biaya transportasi ke Pulau Jawa jika nanti kedua bayinya akan dioperasi di Jawa.
“Hari ini kami akan kirim surat ke Dirut RS dr Soetomo Surabaya agar mengirimkan tim bedah, untuk melihat langsung bayi kembar siam, guna menentukan tindakan selanjutnya,” ujar Fachruddin.
Dia menjelaskan, hal ini sangat penting untuk mengetahui secara pasti apa yang harus dilakukan ke depan untuk menlakukan operasi pemisahan bayi malang tersebut. “Sebab memungkinan besar bayi kembar siam ini akan kita rujuk ke RS dr Soetomo Surabaya. Untuk itu kita perlu konsultasi langsung dengan tim dokter bedah di sana,” kata dia.
Sebelumnya, dr Diah Erma SpA (spesialis anak) tim dokter RSUD Sultan Imanuddin, berdasarkam hasil rongsen bayi kembar dempet terlihat sejumlah organ tubuh dalam kondisi menyatu.
“Terlihat bayi dempet di bagian perut dan dada. Tali pusat ada satu, plasenta ada satu, ketuban ada satu, rongga dada ada satu, alat kelamin laki laki ada dua, anus ada dua. Kemudian rongga torax atau tulang dada bersatu. Jantung dan hati diduga ada dua namun menyatu. Dan lambung ada satu,” ujar dokter spesialis anak ini saat konferensi pers.
Berdasarkan pengalaman kasus bayi kembar dempet di Indonesia, biaya operasi pemisahan bisa mencapai Rp1 miliar lebih. “Dan untuk kasus bayi kembar siam putra Ibu Istiharon semua ditanggung BPJS Keshatan. Sebab sang ibu memiliki kartu BPJS,” tambah Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin.
Pihaknya saat ini terus melakukan langkah selanjutnya guna penanganan pemisahan bayi kembar siam ini. “Untum RS rujukan masih belum kita putuskan ke mana. Yang jelas rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Supaya biaya ditanggung pemerintah. Jadi nanti bisa saja ke RS dr Soetomo Surabaya atau RS dr Kariyadi Semarang,” lanjut Fachruddin.
Sejauh ini lanjut dia, kondisi kedua bayi cenderung stabil. Belum ditemukan tanda tanda ke arah bahaya. Sedangkan ibu kedua bayi masih menjalani perawatan di ruang rawat untuk memulihkan kondisinya pascadilakukan operasi caesar.
“Kedua bayi dalam kondisi sehat dan baik. Asupan makanan kita alirkan lewat selang infus ke kedua mulut bayi. Untuk sang ibu kondisinya berangsur membaik. Jika pulih nantinya sang ibu akan kita pindah ke klinik perawatan di luar rumah sakit,” timpalnya.
Sementara itu, Totok Iskandar selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan Sampit di Pangkalan Bun memastikan biaya selama perawatan kedua bayi kembar siam dan ibunya akan ditanggung BPJS. Sebab sang ibu terdaftar menjadi peserta BPJS.
“Selama tidak pindah kelas dalam hal ini kelas 2, semua akan ditanggung BPJS Kesehatan. Namun jika nantinya dirujuk ke Pulau Jawa biaya transportasi dan lain lain tidak ditanggung BPJS. Nantinya akan kita buatkan surat rujukan ke RS yang dituju dan nantinya tetap akan dihandel BPJS,” ujar Totok.
Sementara itu berdasarkan penelusuran pihak rumah sakit, Ibu Istiharoh (30) tinggal sebatang kara di Pangkalan Bun. Dirinya sempat ikut orangtuanya di Desa Kuning, Kecamatan Pangkalan Banteng. Namun kemudian orangtuanya meninggal dan dirinya ikut suami kedua ke Pangkalan Bun.
“Namun justru setelah hidup berumah tangga di Pangkalan Bun dan punya KTP di Jalan Natai Arahan Pangkalan Bun, saat Istiharoh hamil satu bulan ditinggal kabur suaminya hingga sekarang tidak ada kabar,” ujar Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin.
Jadi saat ini Istiharoh hanya butuh bantuan para donatur untuk biaya hidup selama di rumah sakit dan biaya transportasi ke Pulau Jawa jika nanti kedua bayinya akan dioperasi di Jawa.
(sms)