Jantung dan Hati Bayi Kembar Siam Menyatu
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Sejumlah organ dalam bayi kembar dempet dada-perut, seperti jantung dan hati, diketahui kondisinya menyatu. Untuk proses operasi pemisahan bayi kembar dempet dada-perut, membutuhkan biaya yang cukup besar.
“Terlihat bayi dempet di bagian perut dan dada, memiliki tali pusat satu, plasenta ada satu, ketuban ada satu, rongga dada ada satu, alat kelamin laki-laki ada dua, dan anus ada dua. Kemudian rongga torax atau tulang dada bersatu. Jantung dan hati diduga ada dua, namun menyatu. Selain itu, lambung ada satu,” ujar dr Diah Erma SpA (spesialis anak) saat konferensi pers di aula RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalam Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Senin (6/1/2020).
Sejumlah pejabat rumah sakit, seperti Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin, Kadinkes Kobar Roiz, Kepala Cabang BPJS Sampit di Pangkalan Bun, Totok Iskandar, dr Martiana SpOg (spesialis obgin) dan Kapolres Kobar ikut hadir dalam konferensi pers tersebut.
Menurut dr Diah Erma SpA (spesialis anak), berdasarkam hasil rogsen bayi kembar dempet terlihat sejumlah organ tubuh dalam kondisi menyatu. Berdasarkan pengalaman kasus bayi kembar dempet di Indonesia, biaya operasi pemisahan bisa mencapai Rp1 miliar lebih.
“Dan untuk kasus bayi kembar siam putra Ibu Istiharon semua ditanggung BPJS Keshatan. Sebab sang ibu memiliki kartu BPJS,” tambah Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin.
Pihaknya saat ini terus melakukan langkah selanjutnya guna penanganan pemisahan bayi kembar siam ini. “Untuk RS rujukan masih belum kita putuskan ke mana. Yang jelas rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Supaya biaya ditanggung pemerintah. Jadi nanti bisa saja ke RS dr Soetomo Surabaya atau RS dr Kariyadi Semarang,” lanjut Fachruddin.
Sejauh ini lanjut dia, kondisi kedua bayi cenderung stabil. Belum ditemukan tanda tanda ke arah bahaya. Sedangkan ibu kedua bayi masih menjalani perawatan di ruang rawat untuk memulihkan kondisinya pasca-operasi caesar.
“Kedua bayi dalam kondisi sehat dan baik. Asupan makanan kita alirkan lewat selang infus ke kedua mulut bayi. Untuk sang ibu kondisinya berangsur membaik. Jika pulih nantinya sang ibu akan kita pindah ke klinik perawatan di luar rumah sakit,” ujarnya.
Sementara itu, Totok Iskandar selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan Sampit di Pangkalan Bun memastikan biaya selama perawatan kedua bayi kembar siam dan ibunya akan ditanggung BPJS. Sebab sang ibu terdaftar menjadi peserta BPJS.
“Selama tidak pindah kelas dalam hal ini kelas 2, semua akan ditanggung BPJS Kesehatan. Namun jika nanti dirujuk ke Pulau Jawa biaya transportasi dan lain lain tidak ditanggung BPJS. Nantinya akan kita buatkan surat rujukan ke rumah sakit yang dituju dan nantinya tetap akan ditanggung BPJS,” ujar Totok.
Sementara itu berdasarkan penelusuran pihak rumah sakit, Ibu Istiharoh (30) tinggal sebatang kara di Pangkalan Bun. Dirinya sempat ikut orangtuanya di Desa Kuning, Kecamatan Pangkalan Banteng. Namun kemudian orangtuanya meninggal dan dirinya ikut suami kedua ke Pangkalan Bun.
“Namun justru setelah hidup berumah tangga di Pangkalan Bun dan punya KTP di Jalan Natai Arahan Pangkalan Bun, saat Istiharoh hamil satu bulan ditinggal kabur suaminya hingga sekarang tidak ada kabar,” ujar Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin.
Jadi saat ini Istiharoh hanya butuh bantuan para donatur untuk biaya hidup selama di rumah sakit dan biaya transportasi ke Pulau Jawa jika nanti kedua bayinya akan dioperasi di Jawa.
“Terlihat bayi dempet di bagian perut dan dada, memiliki tali pusat satu, plasenta ada satu, ketuban ada satu, rongga dada ada satu, alat kelamin laki-laki ada dua, dan anus ada dua. Kemudian rongga torax atau tulang dada bersatu. Jantung dan hati diduga ada dua, namun menyatu. Selain itu, lambung ada satu,” ujar dr Diah Erma SpA (spesialis anak) saat konferensi pers di aula RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalam Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Senin (6/1/2020).
Sejumlah pejabat rumah sakit, seperti Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin, Kadinkes Kobar Roiz, Kepala Cabang BPJS Sampit di Pangkalan Bun, Totok Iskandar, dr Martiana SpOg (spesialis obgin) dan Kapolres Kobar ikut hadir dalam konferensi pers tersebut.
Menurut dr Diah Erma SpA (spesialis anak), berdasarkam hasil rogsen bayi kembar dempet terlihat sejumlah organ tubuh dalam kondisi menyatu. Berdasarkan pengalaman kasus bayi kembar dempet di Indonesia, biaya operasi pemisahan bisa mencapai Rp1 miliar lebih.
“Dan untuk kasus bayi kembar siam putra Ibu Istiharon semua ditanggung BPJS Keshatan. Sebab sang ibu memiliki kartu BPJS,” tambah Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin.
Pihaknya saat ini terus melakukan langkah selanjutnya guna penanganan pemisahan bayi kembar siam ini. “Untuk RS rujukan masih belum kita putuskan ke mana. Yang jelas rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Supaya biaya ditanggung pemerintah. Jadi nanti bisa saja ke RS dr Soetomo Surabaya atau RS dr Kariyadi Semarang,” lanjut Fachruddin.
Sejauh ini lanjut dia, kondisi kedua bayi cenderung stabil. Belum ditemukan tanda tanda ke arah bahaya. Sedangkan ibu kedua bayi masih menjalani perawatan di ruang rawat untuk memulihkan kondisinya pasca-operasi caesar.
“Kedua bayi dalam kondisi sehat dan baik. Asupan makanan kita alirkan lewat selang infus ke kedua mulut bayi. Untuk sang ibu kondisinya berangsur membaik. Jika pulih nantinya sang ibu akan kita pindah ke klinik perawatan di luar rumah sakit,” ujarnya.
Sementara itu, Totok Iskandar selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan Sampit di Pangkalan Bun memastikan biaya selama perawatan kedua bayi kembar siam dan ibunya akan ditanggung BPJS. Sebab sang ibu terdaftar menjadi peserta BPJS.
“Selama tidak pindah kelas dalam hal ini kelas 2, semua akan ditanggung BPJS Kesehatan. Namun jika nanti dirujuk ke Pulau Jawa biaya transportasi dan lain lain tidak ditanggung BPJS. Nantinya akan kita buatkan surat rujukan ke rumah sakit yang dituju dan nantinya tetap akan ditanggung BPJS,” ujar Totok.
Sementara itu berdasarkan penelusuran pihak rumah sakit, Ibu Istiharoh (30) tinggal sebatang kara di Pangkalan Bun. Dirinya sempat ikut orangtuanya di Desa Kuning, Kecamatan Pangkalan Banteng. Namun kemudian orangtuanya meninggal dan dirinya ikut suami kedua ke Pangkalan Bun.
“Namun justru setelah hidup berumah tangga di Pangkalan Bun dan punya KTP di Jalan Natai Arahan Pangkalan Bun, saat Istiharoh hamil satu bulan ditinggal kabur suaminya hingga sekarang tidak ada kabar,” ujar Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun dr Fachruddin.
Jadi saat ini Istiharoh hanya butuh bantuan para donatur untuk biaya hidup selama di rumah sakit dan biaya transportasi ke Pulau Jawa jika nanti kedua bayinya akan dioperasi di Jawa.
(wib)