Legenda Lutung Kasarung di Goa Jatijajar dan Air Awet Muda
A
A
A
DARI sekian banyak tempat wisata di Kabupaten Kebumen, Goa Jatijajar adalah salah satu destinasi utama bagi para pelancong. Setiap tahun objek wisata yang terletak 21 km sebelah barat daya Kecamatan Gombong itu selalu ramai dipadati pengunjung, terutama saat musim liburan tiba.
Dalam cerita yang dinukil dari situs Warta Kebumen, Goa Jatijajar pertama kali ditemukan oleh seorang petani bernama Jayamenawi pada 1802. Dia adalah pemilik lahan pertanian di atas goa. Suatu hari Jayamenawi mencabut rumput di lahan pertaniannya, kemudian jatuh ke dalam lubang yang ternyata merupakan sebuah ventilasi yang terdapat di langit-langit gua. Lubang tersebut memiliki garis tengah empat meter dan tinggi sekitar 24 meter dari tanah yang ada di bawahnya.
Ada dua versi kisah penamaan Goa Jatijajar. Versi pertama, saat meninjau lokasi goa, Bupati Ambal menemukan dua pohon jati yang tumbuh berdampingi atau sejajar. Kemudian goa ini diberi nama Jatijajar.
Versi lainnya, pada zaman dahulu, Raden Kamandaka sedang dikejar-kejar oleh prajurit Kadipaten Pasir Luhur. Kemudian Raden Kamandakan masuk ke dalam gua tersebut. Tiba di dalam dia menyebutkan jati dirinya yang mengaku sebagai Putra Raja Pajajaran. Kisah tersebut akhirnya memunculkan kata sejatine (dalam bahasa Indonesia yang berarti sebenarnya) dan Pajajaran.
Meski sudah ditemukan 117 tahun lalu, tapi Goa Jatijajar baru dibangun sebagai tempat wisata pada 1975. Ide pembangunan itu muncul dari Gubenur Jawa Tengah saat itu Suparjo Rustam.
Keindahan Goa Jatijajar sudah tidak diragukan lagi. Goa alam ini menawarkan pemadangan perut bumi yang langka. Di dalamnya terdapat bebeberapa jenis batu, seperti stalakmit, stalaktit, dan heritit dengan bentuk yang unik. Dari atap goa batu-batu itu menjulur ke bawah yang menimbulkan kesan eksotis bagi yang melihatnya.
Selain keindahan bebatuan itu, di dalam gua juga terdapat 7 sungai atau sumber air atau sendang yang masih aktif. Namun hingga kini hanya 5 sendang saja yang baru ditemukan dan terdata. Masing-masing Puser Bumi, Jombor, Mawar, Kantil, dan Jalatunda. Sedangkan dua lainnya masih dalam pencarian.
Bagi pengunjung yang percaya pada hal-hal gaib, masing-masing sungai atau sendang itu mempunyai mitos sendiri-sendiri. Untuk sungai Puser Bumi dan Jombor konon airnya mempunyai khasiat, dapat digunakan untuk segala macam tujuan. Sedangkan sendang Mawar konon jika airnya untuk mandi atau mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kantil jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/cita-citanya akan mudah tercapai.
"Ini adalah salah satu daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang mempercayai hal-hal gaib," kata pegawai objek wisata Goa Jatijajar, Agus Riyono kepada KORAN SINDO, Juli 2008 silam.
Selain mitos yang kuat, Goa Jatojajar juga mempunyai legenda yang sangat asik jika diikuti ceritanya. Goa yang dipugar pertama kali pada 1975 M ini, merupakan salah satu tempat pertapaan Pangeran Banyak Cokro, putra dari Raja Siliwangi dan Prameswari, atau yang kemudian dikenal dengan nama Kamandaka, saat melarikan diri dari kepungan pasukan Kadipaten Pasir Luhur.
Di tempat itu pula, Kamandaka kemudian mendapat perintah untuk mengambil pusaka di Gunung Baturagung (saat ini dikenal Baturaden). Karena pusaka itulah, Kamandaka bisa berubah menjadi Lutung Kasarung. Yang kemudian bisa mempersunting putri dari Adipati Kandandoho dari Kadipaten Pasir Luhur.
"Makanya di beberapa sudut Goa ada patung-patung yang menceritakan legenda tersebut. Total jumlah patung sebanyak 32 buah yang dibagi dalam 8 diorama," kata Agus.
Selain daya tarik alam, mitos dan legenda tersebut, Goa Jatijajar yang mempunyai luas arel wisata 5,5 hektare itu juga banyak menawarkan makanan khas bagi para pengunjungnya. Seperti Jenang atau dodol Klasikan (krisik) serta kupat pecel yang mempunyai rasa khas Jatijajar.
Wisatawan bisa menikmatinya secara lesehan di bawah pohon-pohon rindang yang ada di dalamnya. Bersama keluarga, Goa Jatijajar bisa menjadi salah satu tujuan wisata yang menyenangkan dan tak mudah dilupakan.
Dalam cerita yang dinukil dari situs Warta Kebumen, Goa Jatijajar pertama kali ditemukan oleh seorang petani bernama Jayamenawi pada 1802. Dia adalah pemilik lahan pertanian di atas goa. Suatu hari Jayamenawi mencabut rumput di lahan pertaniannya, kemudian jatuh ke dalam lubang yang ternyata merupakan sebuah ventilasi yang terdapat di langit-langit gua. Lubang tersebut memiliki garis tengah empat meter dan tinggi sekitar 24 meter dari tanah yang ada di bawahnya.
Ada dua versi kisah penamaan Goa Jatijajar. Versi pertama, saat meninjau lokasi goa, Bupati Ambal menemukan dua pohon jati yang tumbuh berdampingi atau sejajar. Kemudian goa ini diberi nama Jatijajar.
Versi lainnya, pada zaman dahulu, Raden Kamandaka sedang dikejar-kejar oleh prajurit Kadipaten Pasir Luhur. Kemudian Raden Kamandakan masuk ke dalam gua tersebut. Tiba di dalam dia menyebutkan jati dirinya yang mengaku sebagai Putra Raja Pajajaran. Kisah tersebut akhirnya memunculkan kata sejatine (dalam bahasa Indonesia yang berarti sebenarnya) dan Pajajaran.
Meski sudah ditemukan 117 tahun lalu, tapi Goa Jatijajar baru dibangun sebagai tempat wisata pada 1975. Ide pembangunan itu muncul dari Gubenur Jawa Tengah saat itu Suparjo Rustam.
Keindahan Goa Jatijajar sudah tidak diragukan lagi. Goa alam ini menawarkan pemadangan perut bumi yang langka. Di dalamnya terdapat bebeberapa jenis batu, seperti stalakmit, stalaktit, dan heritit dengan bentuk yang unik. Dari atap goa batu-batu itu menjulur ke bawah yang menimbulkan kesan eksotis bagi yang melihatnya.
Selain keindahan bebatuan itu, di dalam gua juga terdapat 7 sungai atau sumber air atau sendang yang masih aktif. Namun hingga kini hanya 5 sendang saja yang baru ditemukan dan terdata. Masing-masing Puser Bumi, Jombor, Mawar, Kantil, dan Jalatunda. Sedangkan dua lainnya masih dalam pencarian.
Bagi pengunjung yang percaya pada hal-hal gaib, masing-masing sungai atau sendang itu mempunyai mitos sendiri-sendiri. Untuk sungai Puser Bumi dan Jombor konon airnya mempunyai khasiat, dapat digunakan untuk segala macam tujuan. Sedangkan sendang Mawar konon jika airnya untuk mandi atau mencuci muka, mempunyai khasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kantil jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/cita-citanya akan mudah tercapai.
"Ini adalah salah satu daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang mempercayai hal-hal gaib," kata pegawai objek wisata Goa Jatijajar, Agus Riyono kepada KORAN SINDO, Juli 2008 silam.
Selain mitos yang kuat, Goa Jatojajar juga mempunyai legenda yang sangat asik jika diikuti ceritanya. Goa yang dipugar pertama kali pada 1975 M ini, merupakan salah satu tempat pertapaan Pangeran Banyak Cokro, putra dari Raja Siliwangi dan Prameswari, atau yang kemudian dikenal dengan nama Kamandaka, saat melarikan diri dari kepungan pasukan Kadipaten Pasir Luhur.
Di tempat itu pula, Kamandaka kemudian mendapat perintah untuk mengambil pusaka di Gunung Baturagung (saat ini dikenal Baturaden). Karena pusaka itulah, Kamandaka bisa berubah menjadi Lutung Kasarung. Yang kemudian bisa mempersunting putri dari Adipati Kandandoho dari Kadipaten Pasir Luhur.
"Makanya di beberapa sudut Goa ada patung-patung yang menceritakan legenda tersebut. Total jumlah patung sebanyak 32 buah yang dibagi dalam 8 diorama," kata Agus.
Selain daya tarik alam, mitos dan legenda tersebut, Goa Jatijajar yang mempunyai luas arel wisata 5,5 hektare itu juga banyak menawarkan makanan khas bagi para pengunjungnya. Seperti Jenang atau dodol Klasikan (krisik) serta kupat pecel yang mempunyai rasa khas Jatijajar.
Wisatawan bisa menikmatinya secara lesehan di bawah pohon-pohon rindang yang ada di dalamnya. Bersama keluarga, Goa Jatijajar bisa menjadi salah satu tujuan wisata yang menyenangkan dan tak mudah dilupakan.
(amm)