Dialog Menghempang Radikalisme di Kampus UMSU Medan

Rabu, 11 Desember 2019 - 19:09 WIB
Dialog Menghempang Radikalisme di Kampus UMSU Medan
Dialog Menghempang Radikalisme di Kampus UMSU Medan
A A A
MEDAN - FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan menggelar dialog interaktif menghempang radikalisme di Aula Kampus UMSU, Jalan Mukhtar Basri Kota Medan. Sekitar 300-an mahasiswa mengikuti dialog publik yang digagas DPP KNPI melalui program KNPI Goes To Campus. UMSU menjadi kampus ke 7 digelarnya kegiatan ini.

"Jangan menyendiri dan menutup diri. Mahasiswa yang suka menyendiri akan gampang disusupi. Hindari itu, bergaullah, bersosialisasilah. Lakukan kegiatan-kegiatan kreatif. Kemudian perkuat komunikasi, khususnya komunikasi lintas budaya sehingga pengetahuan bertambah, wawasan tentang banyak hal juga makin bagus," kata Wakil Rektor (WR) III UMSU Dr Rudianto dalam dialog yang dimoderatori Dekan FISIP UMSU, Arifin Saleh Siregar, Selasa (10/12/2019).

Rudianto menekankan kepada mahasiswa agar lebih banyak bergaul secara kelompok dan berkegiatan positif di lingkungan kampus. Menurutnya, berbagai hal sepele yang membuat seseorang merasa sepi sehingga seolah ingin menyendiri itu menjadi sangat rentan untuk disusupi kelompok radikal yang bertujuan teror.

Pembicara lainnya dalam diskusi itu yakni Wakil Ketua DPP KNPI Sugiat Santoso dan Kasat Binmas Polresta Medan AKBP Rudi Hartono. Wakil Ketua DPP KNPI, Sugiat Santoso dalam pemaparannya mengatakan, teror yang terjadi di Polrestabes Medan beberapa waktu lalu adalah signal dari kelompok tertentu yang ingin menyampaikan pesan ke dunia bahwa mereka masih eksis.

"Banyak yang mengira pascakematian Abu Bakar Al Baghdadi, gerakan ISIS meredup. Faktanya, mereka melakukan aksi dan menyampaikan signal melalui teror, dan hal itu harus di waspadai bersama," jelasnya.

Kasat Binmas Polrestabes Medan , AKBP Rudi Hartono menerangkan soal bagaimana gerakan teror itu bisa dengan mudah terpapar melalui jaringan online dan berbagai website jaringan teroris.

"Jadi dalam bermedia sosial, mahasiswa harus memilah-milah website yang baik untuk dipelajari. Jangan coba-coba mencari-cari tahu soal kelompok teror, sebab jika sudah masuk ke jaringan tersebut, akan sangat rentan terpapar paham radikal," paparnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7503 seconds (0.1#10.140)