Terminal Sukadame Dulu Sarangnya Preman, Kini Jadi Jantung Perekonomian Siantar
A
A
A
Di era tahun 1970, Terminal Sukadame di Kota Pematangsiantar merupakan tempat para jawara atau preman Kota Pematangsiantar berebut lahan kekuasaan.
Di era itu Terminal Sukadame, yang sebelumnya merupakan rawa-rawa, perkembangannya sangat pesat sehingga menjadi salah satu pusat perekonomian di Kota Pematangsiantar.
Ketika itu banyak jawara sebut saja Amir Damanik,Ramli Silalahi,Nasib dan banyak nama preman tenar lainnya kala itu menjadi penguasa yang paling ditakuti di kawasan itu.
Para jawara berbagi kekuasaan, berbagai kegiatan yang menghasilkan uang di Terminal Sukadame seperti bongkar muat,mandor bus angkutan umum dan keamanan para pedagang,serta berbagai kegiatan lainnya.
Namun setelah 40 tahun lebih berlalu Terminal Sukadame berubah total bukan lagi menjadi terminal angkutan umum pasca-dipindahkannya Terminal Kota Pematangsiantar ke Tanjung Pinggir di masa Wali Kota RE Siahaan, namun sudah menjadi salah satu pusat pemasaran hortikultura atau sayur mayur di Sumatera Utara.
"Dulu Terminal Sukadame sangat dikenal sebagai sarang preman di Kota Pematangsiantar namun sekarang walaupun tidak terurus menjadi pusat perdagangan hortikultura di Sumatera Utara," ujar L Simaremare.seorang warga di sekitar Terminal Sukadame.
Bila melintas di Kota Pematangsiantar malam hari antara pukul 21.00 WIB hingga 01.00 WIB dini hari, persisnya di seputaran eks Terminal Sukadame-Parluasan,Kecamatan Siantar Utara,akan terlihat kesibukan banyak orang yang melakukan aktivitas layaknya di pasar tradisional.
Terlihat ratusan pedagang sayur-mayur yang datang dari sejumlah daerah sentra produksi palawija di Kabupaten Simalungun dan Tanah Karo,penarik becak barang,pedagang makanan,dan pelaku ekspidisi angkutan barang berkumpul di eks Terminal Sukadame atau dikenal dengan nama Sub Terminal Agrobisnis (STA) Parluasan. Mereka melakukan transaksi jual beli dan jasa antar serta pengiriman sayur-mayur ke sejumlah daerah di Sumatera Utara hingga ke Riau dan Kepulauan Riau.
Hiruk pikuk aktivitas dan komunikasi antara pengusaha atau toke sayur,penarik becak barang, penjual makanan,dan pengemudi atau kernet truk ekspidisi, menjadikan kawasan eks terminal Sukadame di malam hari hingga dini hari, seperti pasar yang layaknya buka pada pagi hari.
Dalam sehari diperkirakan ratusan ton sayur mayur atau palawija seperti kol,buncis,wortel,sawi,segala jenis cabai dan tomat didistribusikan dari eks Terminal Sukadame ke Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Batubara, Tebing Tinggi, Batam, dan Pekanbaru.
Para pengusaha atau toke sayur mayur,sudah membawa berbagai jenis komiditi palawija dari kecamatan Silimakuta,Pematang Silimakuta dan Raya atau Tanah Karo,sejak sore dan sampai di eks Terminal Sukadame pada malam hari.
Pengiriman sayur-mayur ke sejumlah daerah di Sumatera Utara dilakukan menjelang dini hari namun untuk daerah tujuan Batam dan Pekanbaru pada malam hari,supaya tiba antara pukul 05.00 WIB-06.00 WIB pagi.
Salah seorang pengusaha pengumpul sayur-mayur,Poltak Sinaga kepada Sindonews mengatakan,setiap hari mengirimkan sekitar 30 ton sayur-mayur ke Batam dan Pekanbaru.
"Setiap hari sayur- mayur yang dikirim ke Batam dan Pekanbaru sebanyak 30 ton dan harus diberangkatkan malam dari eks terminal Sukadame sehingga tiba pada pagi hari untuk didistrubusikan ke pasar-pasar tradisional di sana," ujar Poltak.
Sayur- mayur dari eks terminal Sukadame,kata Poltak juga dipasarkan hingga ke Singapura oleh pedagang sayur di Batam karena kualitasnya memang pilihan.
"Sayur mayur yang dikumpulkan dari petani di Silimakuta atau Pematang Silimakuta dan Raya merupakan pilihan dan sudah dikemas dalam kantong plastik,sehingga dari Batam langsung dikirim ke Singapura," sebut Poltak.
Tidak banyak warga Kota Pematangsiantar yang mengetahui eks Terminal Sukadame merupakan salah satu pusat ekonomi penting yang setiap hari mampu mendistribusikan ratusan ton sayur mayur dengan perputaran uang mencapai ratusan juta,karena geliatnya hanya berlangsung beberapa jam saja, sehingga tidak terpantau oleh banyak orang.
Sayangnya eks Terminal Sukadame seperti tidak mendapat perhatian oleh pemerintah karena lokasinya kumuh dan jorok serta tidak dilengkapi fasilitas penerangan yang memadai,padahal mampu menjadi pusat pemasaran sayur mayur di Sumatera Utara.
Di era itu Terminal Sukadame, yang sebelumnya merupakan rawa-rawa, perkembangannya sangat pesat sehingga menjadi salah satu pusat perekonomian di Kota Pematangsiantar.
Ketika itu banyak jawara sebut saja Amir Damanik,Ramli Silalahi,Nasib dan banyak nama preman tenar lainnya kala itu menjadi penguasa yang paling ditakuti di kawasan itu.
Para jawara berbagi kekuasaan, berbagai kegiatan yang menghasilkan uang di Terminal Sukadame seperti bongkar muat,mandor bus angkutan umum dan keamanan para pedagang,serta berbagai kegiatan lainnya.
Namun setelah 40 tahun lebih berlalu Terminal Sukadame berubah total bukan lagi menjadi terminal angkutan umum pasca-dipindahkannya Terminal Kota Pematangsiantar ke Tanjung Pinggir di masa Wali Kota RE Siahaan, namun sudah menjadi salah satu pusat pemasaran hortikultura atau sayur mayur di Sumatera Utara.
"Dulu Terminal Sukadame sangat dikenal sebagai sarang preman di Kota Pematangsiantar namun sekarang walaupun tidak terurus menjadi pusat perdagangan hortikultura di Sumatera Utara," ujar L Simaremare.seorang warga di sekitar Terminal Sukadame.
Bila melintas di Kota Pematangsiantar malam hari antara pukul 21.00 WIB hingga 01.00 WIB dini hari, persisnya di seputaran eks Terminal Sukadame-Parluasan,Kecamatan Siantar Utara,akan terlihat kesibukan banyak orang yang melakukan aktivitas layaknya di pasar tradisional.
Terlihat ratusan pedagang sayur-mayur yang datang dari sejumlah daerah sentra produksi palawija di Kabupaten Simalungun dan Tanah Karo,penarik becak barang,pedagang makanan,dan pelaku ekspidisi angkutan barang berkumpul di eks Terminal Sukadame atau dikenal dengan nama Sub Terminal Agrobisnis (STA) Parluasan. Mereka melakukan transaksi jual beli dan jasa antar serta pengiriman sayur-mayur ke sejumlah daerah di Sumatera Utara hingga ke Riau dan Kepulauan Riau.
Hiruk pikuk aktivitas dan komunikasi antara pengusaha atau toke sayur,penarik becak barang, penjual makanan,dan pengemudi atau kernet truk ekspidisi, menjadikan kawasan eks terminal Sukadame di malam hari hingga dini hari, seperti pasar yang layaknya buka pada pagi hari.
Dalam sehari diperkirakan ratusan ton sayur mayur atau palawija seperti kol,buncis,wortel,sawi,segala jenis cabai dan tomat didistribusikan dari eks Terminal Sukadame ke Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Batubara, Tebing Tinggi, Batam, dan Pekanbaru.
Para pengusaha atau toke sayur mayur,sudah membawa berbagai jenis komiditi palawija dari kecamatan Silimakuta,Pematang Silimakuta dan Raya atau Tanah Karo,sejak sore dan sampai di eks Terminal Sukadame pada malam hari.
Pengiriman sayur-mayur ke sejumlah daerah di Sumatera Utara dilakukan menjelang dini hari namun untuk daerah tujuan Batam dan Pekanbaru pada malam hari,supaya tiba antara pukul 05.00 WIB-06.00 WIB pagi.
Salah seorang pengusaha pengumpul sayur-mayur,Poltak Sinaga kepada Sindonews mengatakan,setiap hari mengirimkan sekitar 30 ton sayur-mayur ke Batam dan Pekanbaru.
"Setiap hari sayur- mayur yang dikirim ke Batam dan Pekanbaru sebanyak 30 ton dan harus diberangkatkan malam dari eks terminal Sukadame sehingga tiba pada pagi hari untuk didistrubusikan ke pasar-pasar tradisional di sana," ujar Poltak.
Sayur- mayur dari eks terminal Sukadame,kata Poltak juga dipasarkan hingga ke Singapura oleh pedagang sayur di Batam karena kualitasnya memang pilihan.
"Sayur mayur yang dikumpulkan dari petani di Silimakuta atau Pematang Silimakuta dan Raya merupakan pilihan dan sudah dikemas dalam kantong plastik,sehingga dari Batam langsung dikirim ke Singapura," sebut Poltak.
Tidak banyak warga Kota Pematangsiantar yang mengetahui eks Terminal Sukadame merupakan salah satu pusat ekonomi penting yang setiap hari mampu mendistribusikan ratusan ton sayur mayur dengan perputaran uang mencapai ratusan juta,karena geliatnya hanya berlangsung beberapa jam saja, sehingga tidak terpantau oleh banyak orang.
Sayangnya eks Terminal Sukadame seperti tidak mendapat perhatian oleh pemerintah karena lokasinya kumuh dan jorok serta tidak dilengkapi fasilitas penerangan yang memadai,padahal mampu menjadi pusat pemasaran sayur mayur di Sumatera Utara.
(vhs)