Jamas Tosan Aji, Cara Buyut untuk Tidak Melupakan Sejarah
A
A
A
Yayasan Al-Awaliyah Padepokan Nur Sedjati (YA PNS), Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat, beberapa waktu lalu menggelar jamas tosan aji (mencuci benda pusaka).
Total ada 1.271.000 pusaka di yayasan pimpinan Suhenda yang dicuci dalam acara itu. Dari total jumlah, ada sekitar 144 jenis pusaka jenis keris, pedang, tombak, dan lain-lain. Dengan jumlah sebanyak itu, koleksi Suhenda yang biasa dipanggil Buyut itu dicatat oleh Original Record Indonesia (ORI) sebagai jumlah pusaka terbanyak.
Melihat koleksi yang dimiliki Buyut, mungkin akan mengundang anggapan dari banyak orang ke arah mistis. Kondisi tersebut sejatinya disadari sepenuhnya oleh Buyut. Tak ingin anggapan itu tumbuh subur, Buyut justru menggiring orang-orang untuk berpikir lebih logis.
Jamas tosan aji adalah cara Buyut mengajak masyarakat untuk tidak mengaitkan benda-benda yang dimilikinya dengan hal-hal berbau mistis.
"Tujuan pencucian pusaka adalah 'Jasmerah', jangan melupakan sejarah. Bahwasanya ini adalah peninggalan orang tua terdahulu yang patut dijaga. Mencuci ini salah satu contoh menjaganya agar tidak lekas rusak. Kami ambil ke logisnya, bukan mistis atau magic-nya," kata dia.
Anggapan mistis memang sangat terbuka lebar, jika melihat sepintas perlengkapan yang digunakan untuk proses mencuci benda-benda pusaka itu. Pantauan di lapangan, Buyut menggunakan jeruk nipis untuk membersihkan benda-benda kuno koleksinya itu. "Itu (jeruk) untuk memudahkan menghilangkan karat. Dulu kami menggunakan jerami, tapi sekarang dengan jeruk," jelas dia.
Buuyut berharap, ritual jamas tosan aji ini menjadi ikon Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Majalengka, sehingga bisa menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Total ada 1.271.000 pusaka di yayasan pimpinan Suhenda yang dicuci dalam acara itu. Dari total jumlah, ada sekitar 144 jenis pusaka jenis keris, pedang, tombak, dan lain-lain. Dengan jumlah sebanyak itu, koleksi Suhenda yang biasa dipanggil Buyut itu dicatat oleh Original Record Indonesia (ORI) sebagai jumlah pusaka terbanyak.
Melihat koleksi yang dimiliki Buyut, mungkin akan mengundang anggapan dari banyak orang ke arah mistis. Kondisi tersebut sejatinya disadari sepenuhnya oleh Buyut. Tak ingin anggapan itu tumbuh subur, Buyut justru menggiring orang-orang untuk berpikir lebih logis.
Jamas tosan aji adalah cara Buyut mengajak masyarakat untuk tidak mengaitkan benda-benda yang dimilikinya dengan hal-hal berbau mistis.
"Tujuan pencucian pusaka adalah 'Jasmerah', jangan melupakan sejarah. Bahwasanya ini adalah peninggalan orang tua terdahulu yang patut dijaga. Mencuci ini salah satu contoh menjaganya agar tidak lekas rusak. Kami ambil ke logisnya, bukan mistis atau magic-nya," kata dia.
Anggapan mistis memang sangat terbuka lebar, jika melihat sepintas perlengkapan yang digunakan untuk proses mencuci benda-benda pusaka itu. Pantauan di lapangan, Buyut menggunakan jeruk nipis untuk membersihkan benda-benda kuno koleksinya itu. "Itu (jeruk) untuk memudahkan menghilangkan karat. Dulu kami menggunakan jerami, tapi sekarang dengan jeruk," jelas dia.
Buuyut berharap, ritual jamas tosan aji ini menjadi ikon Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh, Majalengka, sehingga bisa menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.
(zik)