Demi Sampah Plastik, Mahasiswa Asing Ini Rela Blusukan ke Pasar di Surabaya
A
A
A
SURABAYA - Sebanyak 14 mahasiswa asing dan mahasiswa Politeknik Universitas Surabaya ( Ubaya ) rela blusukan pasar tradisional Pasar Soponyono, Surabaya, Jawa Timur demi mengkampanyekan bahaya sampah plastik.
Mereka merupakan mahasiswa asing yang mengikuti program beasiswa Darmasiswa Republik Indonesia dan Student Exchange Program musim gugur (Autumn). (Baca juga: Ini Keseruan Mahasiswa Asing Belajar Aksara Jawa di Ubaya)
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk aksi nyata mahasiswa dalam mengajak masyarakat, untuk berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan kantong plastik saat berbelanja.
Direktur Politeknik Ubaya, Agung Sri Wardhana menuturkan, kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk mengajak dan mengedukasi masyarakat agar mulai berhenti menggunakan produk plastik dan menggantinya dengan produk yang ramah lingkungan.
Penggunaan tas yang ramah lingkungan menjadi salah satu contoh alternatif pengganti kantong plastik saat berbelanja di pasar. Kegiatan ini menjadi salah satu solusi dan bentuk dukungan Ubaya sebagai Green Campus dalam mengurangi jumlah angka sampah plastik di lingkungan.
"Pengunjung atau pembeli Pasar Soponyono merupakan sasaran yang tepat untuk diedukasi mengenai bahaya penggunaan kantong plastik. Hal ini disebabkan karena pasar adalah lokasi penyumbang sampah plastik paling besar yang ada di lingkungan. Nantinya, mahasiswa akan membagikan 100 tas ramah lingkungan sebagai gerakan awal peduli lingkungan yang bisa digunakan oleh pengunjung ketika berbelanja di pasar," katanya.
Selama blusukan, mahasiswa dibagi menjadi tiga tim untuk memberikan edukasi kepada pengunjung atau pembeli di pasar. Masing-masing tim membawa poster yang berisikan informasi mengenai 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle. Melalui poster tersebut, mahasiswa menjelaskan apa saja contoh dari 3R serta cara mengurangi penggunaan produk plastik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi yang dilakukan mahasiswa tidak hanya memberikan informasi saja, namun juga melibatkan interaksi bersama pengunjung Pasar Soponyono dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait edukasi yang diberikan. (Baca juga: Unair Kenalkan Pengobatan Tradisional pada Mahasiswa Asing)
Jika dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, maka pengunjung akan mendapatkan tas kain sekaligus botol minum sebagai hadiah. Hadiah ini merupakan langkah awal untuk mendorong pengunjung agar mulai mengurangi penggunaan kantong plastik dan menggantinya dengan membawa tas kain dari rumah saat berbelanja. Begitu juga dengan penggunaan botol minum sebagai pengganti gelas plastik.
Setelah sosialisasi, kegiatan berlanjut dengan sharing session bertajuk Cross Cultural Understanding Environmental Care yang digelar di Kampus Ubaya, Ngagel. Pada sesi ini, mahasiswa asing secara bergantian akan berbagi cerita kepada mahasiswa Politeknik Ubaya terkait kondisi dan budaya menjaga lingkungan di negara mereka.
Melalui kegiatan diskusi maka mahasiswa diharapkan mengerti dan belajar bagaimana cara mengelola sampah serta merawat lingkungan yang baik dari masing-masing negara sehingga dapat dicontoh untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
"Saya berharap mahasiswa Politeknik, mahasiswa asing maupun masyarakat semakin peduli dan mencintai lingkungan sekitar. Siapa lagi yang harus menjaga lingkungan kalau tidak dimulai dari diri kita sendiri," tandas Agung.
Mereka merupakan mahasiswa asing yang mengikuti program beasiswa Darmasiswa Republik Indonesia dan Student Exchange Program musim gugur (Autumn). (Baca juga: Ini Keseruan Mahasiswa Asing Belajar Aksara Jawa di Ubaya)
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk aksi nyata mahasiswa dalam mengajak masyarakat, untuk berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan kantong plastik saat berbelanja.
Direktur Politeknik Ubaya, Agung Sri Wardhana menuturkan, kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk mengajak dan mengedukasi masyarakat agar mulai berhenti menggunakan produk plastik dan menggantinya dengan produk yang ramah lingkungan.
Penggunaan tas yang ramah lingkungan menjadi salah satu contoh alternatif pengganti kantong plastik saat berbelanja di pasar. Kegiatan ini menjadi salah satu solusi dan bentuk dukungan Ubaya sebagai Green Campus dalam mengurangi jumlah angka sampah plastik di lingkungan.
"Pengunjung atau pembeli Pasar Soponyono merupakan sasaran yang tepat untuk diedukasi mengenai bahaya penggunaan kantong plastik. Hal ini disebabkan karena pasar adalah lokasi penyumbang sampah plastik paling besar yang ada di lingkungan. Nantinya, mahasiswa akan membagikan 100 tas ramah lingkungan sebagai gerakan awal peduli lingkungan yang bisa digunakan oleh pengunjung ketika berbelanja di pasar," katanya.
Selama blusukan, mahasiswa dibagi menjadi tiga tim untuk memberikan edukasi kepada pengunjung atau pembeli di pasar. Masing-masing tim membawa poster yang berisikan informasi mengenai 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle. Melalui poster tersebut, mahasiswa menjelaskan apa saja contoh dari 3R serta cara mengurangi penggunaan produk plastik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi yang dilakukan mahasiswa tidak hanya memberikan informasi saja, namun juga melibatkan interaksi bersama pengunjung Pasar Soponyono dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait edukasi yang diberikan. (Baca juga: Unair Kenalkan Pengobatan Tradisional pada Mahasiswa Asing)
Jika dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, maka pengunjung akan mendapatkan tas kain sekaligus botol minum sebagai hadiah. Hadiah ini merupakan langkah awal untuk mendorong pengunjung agar mulai mengurangi penggunaan kantong plastik dan menggantinya dengan membawa tas kain dari rumah saat berbelanja. Begitu juga dengan penggunaan botol minum sebagai pengganti gelas plastik.
Setelah sosialisasi, kegiatan berlanjut dengan sharing session bertajuk Cross Cultural Understanding Environmental Care yang digelar di Kampus Ubaya, Ngagel. Pada sesi ini, mahasiswa asing secara bergantian akan berbagi cerita kepada mahasiswa Politeknik Ubaya terkait kondisi dan budaya menjaga lingkungan di negara mereka.
Melalui kegiatan diskusi maka mahasiswa diharapkan mengerti dan belajar bagaimana cara mengelola sampah serta merawat lingkungan yang baik dari masing-masing negara sehingga dapat dicontoh untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
"Saya berharap mahasiswa Politeknik, mahasiswa asing maupun masyarakat semakin peduli dan mencintai lingkungan sekitar. Siapa lagi yang harus menjaga lingkungan kalau tidak dimulai dari diri kita sendiri," tandas Agung.
(shf)