Film Panglima Utar Diputar Perdana di Halaman Masjid Al Baidho Kumai
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Jika masih belum tergerak mengetahui sejarah yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat , Kalimantan Tengah. Cobalah untuk menonton film dokumenter Panglima Utar “Perjuangan dari Muara hingga Merah Putih ”. Siapa tahu, selepas menontonnya, hati pun berkenan untuk menggali sejarah yang ada di kabupaten berjuluk “Bumi Marunting Batu Aji ini”. Bisa ditonton di mana film dokumenter Panglima Utar ; Perjuangan dari Muara hingga Merah Putih ini?
Film yang sengaja diputar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga khasanah sejarah tersebut, bakal diputar perdana di Halaman Mesjid Al Baidho, Minggu (10/11/2019) sekira pukul 19.30 WIB.
"Substansi film ini, kita ingin membangun kesadaran bersama untuk tetap menjaga sejarah. Film ini sebagai langkah awal dalam menyusun puzzle - puzzle history salah seorang pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan RI," ujar Director Film Dokumenter Panglima Utar “Perjuangan dari Muara hingga Merah Putih”, DW Nugroho.
Film dokumenter Panglima Utar “Perjuangan dari Muara hingga Merah Putih” yang diproduksi atas kerja sama Borneo Dokumentary Foundation dan Direktorat Sejarah, Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI itu terinspirasi dari kisah salah seorang tokoh pejuang di Kumai bernama Panglima Utar. Dia turut bertempur dalam Pertempuran 14 Januari 1946 melawan NICA di Banua Kumai.
Film dengan durasi 30 menit itu, disebut DW Nugroho, menyajikan konten dan visual kesaksian - kesaksian juriat serta pelaku sejarah mengenai sosok Panglima Utar.
Artinya, film tak hanya menyajikan konten pertempuran dalam mempertahankan kemerdekaan RI di Kumai. Bahkan, film ini dibubuhi sketsa dan ilustrasi untuk menggambarkan suasana pada j
Zaman itu.
Sementara itu, Bupati Kotawaringin Barat Nurhidayah sangat mendukung film dokumenter ini. Dia pun mengapresiasi seluruh stakeholder yang terlibat dalam produksi film dokumenter Panglima Utar. "Dengan pemutaran film Panglima Utar, masyarakat bisa mengingat sejarah perjuangan para pejuang Kobar," kata Nurhidayah kala konferensi pers film dokumenter Panglima Utar “Perjuangan dari Muara hingga Merah Putih” Pangkalan Bun Park, Rabu malam 6 November 2019.
Acara konferensi pers itu juga dihadiri Wakil Bupati Kobar Ahmadi Riansyah, Kadispora, Kadis Pariwisata, sejumlah wakil rakyat dan Camat Kumai.
Panglima Utar sendiri merupakan sosok legenda dan bisa dibilang pahlawan asal Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Bahkan namanya saat ini digunakan sebagai nama Pelabuhan Panglima Utar di Kecamatan Kumai.
Bupati sangat apresiasi kepada Camat Kumai Yudi Hudaya dan para kru baik Sutradara, Produser, Penulis buku dan Juriat dari Panglima Utar, yang telah menyelesaikan pembuatan film dokumenter Panglima Utar.
"Dengan pemutaran film Panglima Utar, sejarah perjuangan para pejuang ini dapat dikenang oleh masyarakat dan generasi Kobar," ujar Nurhidayah dalam sambutannya.
Bupati menyampaikan, pernah sekilas membaca profil Panglima Utar ini merupakan pasukan jenggot yang berperang melawan penjajah untuk mempertahankan Kobar dan Indonesia.
"Semoga film dokumenter ini dapat diterima oleh maayarakat Kobar dan secara nasional," ungkapnya. Bupati berharap, Panglima Utar dapat diarsipkan dan diajukan untuk menjadi pahlawan nasional.
Film yang sengaja diputar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga khasanah sejarah tersebut, bakal diputar perdana di Halaman Mesjid Al Baidho, Minggu (10/11/2019) sekira pukul 19.30 WIB.
"Substansi film ini, kita ingin membangun kesadaran bersama untuk tetap menjaga sejarah. Film ini sebagai langkah awal dalam menyusun puzzle - puzzle history salah seorang pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan RI," ujar Director Film Dokumenter Panglima Utar “Perjuangan dari Muara hingga Merah Putih”, DW Nugroho.
Film dokumenter Panglima Utar “Perjuangan dari Muara hingga Merah Putih” yang diproduksi atas kerja sama Borneo Dokumentary Foundation dan Direktorat Sejarah, Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI itu terinspirasi dari kisah salah seorang tokoh pejuang di Kumai bernama Panglima Utar. Dia turut bertempur dalam Pertempuran 14 Januari 1946 melawan NICA di Banua Kumai.
Film dengan durasi 30 menit itu, disebut DW Nugroho, menyajikan konten dan visual kesaksian - kesaksian juriat serta pelaku sejarah mengenai sosok Panglima Utar.
Artinya, film tak hanya menyajikan konten pertempuran dalam mempertahankan kemerdekaan RI di Kumai. Bahkan, film ini dibubuhi sketsa dan ilustrasi untuk menggambarkan suasana pada j
Zaman itu.
Sementara itu, Bupati Kotawaringin Barat Nurhidayah sangat mendukung film dokumenter ini. Dia pun mengapresiasi seluruh stakeholder yang terlibat dalam produksi film dokumenter Panglima Utar. "Dengan pemutaran film Panglima Utar, masyarakat bisa mengingat sejarah perjuangan para pejuang Kobar," kata Nurhidayah kala konferensi pers film dokumenter Panglima Utar “Perjuangan dari Muara hingga Merah Putih” Pangkalan Bun Park, Rabu malam 6 November 2019.
Acara konferensi pers itu juga dihadiri Wakil Bupati Kobar Ahmadi Riansyah, Kadispora, Kadis Pariwisata, sejumlah wakil rakyat dan Camat Kumai.
Panglima Utar sendiri merupakan sosok legenda dan bisa dibilang pahlawan asal Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Bahkan namanya saat ini digunakan sebagai nama Pelabuhan Panglima Utar di Kecamatan Kumai.
Bupati sangat apresiasi kepada Camat Kumai Yudi Hudaya dan para kru baik Sutradara, Produser, Penulis buku dan Juriat dari Panglima Utar, yang telah menyelesaikan pembuatan film dokumenter Panglima Utar.
"Dengan pemutaran film Panglima Utar, sejarah perjuangan para pejuang ini dapat dikenang oleh masyarakat dan generasi Kobar," ujar Nurhidayah dalam sambutannya.
Bupati menyampaikan, pernah sekilas membaca profil Panglima Utar ini merupakan pasukan jenggot yang berperang melawan penjajah untuk mempertahankan Kobar dan Indonesia.
"Semoga film dokumenter ini dapat diterima oleh maayarakat Kobar dan secara nasional," ungkapnya. Bupati berharap, Panglima Utar dapat diarsipkan dan diajukan untuk menjadi pahlawan nasional.
(sms)