Candi Kimpulan UII Simbol Harmoni Masyarakat di Abad IX

Sabtu, 09 November 2019 - 05:00 WIB
Candi Kimpulan UII Simbol...
Candi Kimpulan UII Simbol Harmoni Masyarakat di Abad IX
A A A
SIVITAS akademika Universitas Islam Indonesia (UII) Yogayakarta dibuat heboh menjelang 2010, atau tepatnya pada 11 Desember 2009. Pekerja yang sedang menggali tanah untuk fondasi bangunan Perpustakaan dan Museum UII di Jalan Kaliurang KM 14.5 Ngemplak, Sleman tak sengaja menemukan candi di kedalaman tiga meter. Meski tak begitu besar, tapi bangunan ini merupakan peninggalan masa lalu yang penting untuk dipelajari.

Temuan ini lalu dilaporkan kepada instansi berwenang dan kemudian disepakati untuk dilakukan eskavasi sampai tuntas sebelum melanjutkan pembangunan gedung Perpustakaan dan Museum UII. Butuh setahun untuk proses penggalian benda purbakala tersebut hingga akhirnya kini candi itu bisa dilihat berada tengah-tengah di kompleks perpustakaan. Bentuk bangunan yang tadinya berbentuk persegi diubah menjadi melingkar.

Awalnya masyarakat menyebut candi ini sebagai Candi UII. Namun karena lokasinya berada di Dusun Kimpulan, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, maka lebih populer disebut Candi Kimpulan. Adapun Badan Wakaf UII mengusulkan namanya Candi Pustakasala yang diambilkan dari bahasa Sanskerta berarti perpustakaan.

Usulan nama Candi Pustakasala untuk menekankan sejarah penemuan candi di tempat yang semula hendak dibangun perpustakaan. Nama ini juga untuk menggambarkan nuansa pendidikan universitas, ditambah lagi arca Ganesha yang ditemukan di situs ini dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan, intelektual, dan kebijaksanaan.

Candi Kimpulan merupakan candi Hindu yang dibangun sekitar abad IX. Candi ini diperkirakan terkubur oleh letusan Gunung Merapi sekitar seribu tahun lalu. Candi bersifat Hindu Siwaistik, tetapi arsitektur candi ini seperti candi bergaya Jawa Tengah pada umumnya. Tubuh candi dan atap dari batu tidak ditemukan. Ukurannya kecil dan ukiran hiasannya sederhana.

Candi Kimpulan terdiri dari beberapa bujur sangkar landasan candi berpagar serta tangga dan celah masuk berhias antefiks berukir Kala. Ruang dalam terdapat arca Ganesha, Nandi, dan Lingga-Yoni.

Para ahli menduga gaya arsitektur dan sejarah candi ini bersifat sederhana. Tubuh, tiang, dan atap candi kemungkinan besar terbuat dari kayu atau bahan organik lainnya yang mudah lapuk dan telah musnah tanpa meninggalkan sisa.

Bentuk asli candi ini mungkin serupa dengan Pura Hindu Bali dengan atap yang menjulang dari bahan kayu, sirap, atau atap ijuk. "Candi ini untuk peribadatan, tapi bentuknya kecil. Seperti musala," kata Rektor UII Fathur Wahid, Jumat (8/11/2019).

Menurut Fathul Wahid, penemuan candi di kompleks UII mempunyai banyak makna. Salah satunya merupakan simbol harmoni, bagaimana menghargai masa lalu dan perbedaan yang bisa hidup berdampingan. "Itu pesan yang sangat luar biasa," ujarnya.

Atas upaya dalam pelestarian benda purbakala itu, UII mendapatkan anugerah kebudayaan dari Pemerintah Daerah (Pemda) DIY sebagai pelestari budaya. UII tidak pernah menyangka mendapatkan penghargaan itu karena memang tidak pernah memikirkannya. "Yang kami pikirkan bagaimana menghargai masa lalu dan perbedaan untuk hidup damai," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1642 seconds (0.1#10.140)