Kebakaran Lahan dan Hutan Se-Indonesia Tembus 857 Ribu Hektare

Selasa, 22 Oktober 2019 - 13:37 WIB
Kebakaran Lahan dan Hutan Se-Indonesia Tembus 857 Ribu Hektare
Kebakaran Lahan dan Hutan Se-Indonesia Tembus 857 Ribu Hektare
A A A
JAKARTA - Total luas kebakaran lahan dan hutan ( Karhutla ) di seluruh wilayah Indonesia sejak Januari hingga September 2019 mencapai 857.000 hektare.

Kebakaran hutan dan lahan itu tidak hanya terjadi di lahan gambut, tetapi juga lahan mineral. (Baca juga: BMKG Kerahkan Tiga Posko Teknologi Modifikasi Cuaca)

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bahwa luas lahan gambut terbakar mencapai 227.000 hektare. Sedangkan lahan mineral 630.451 hektare.

Luas Karhutla di lahan gambut paling besar berada di di Kalimantan Tengah yang mencapai 76.000 hektare. Sedangkan di lahan mineral terjadi di Nusa Tenggara Timur, yakni seluas 119.000 hektare. (Baca juga: Kebakaran Lahan Masih Masalah Tahunan, Ini Kata Dewan Adat di Kalimantan)

"Karhutla di lahan mineral terjadi di seluruh provinsi di Indonesia dengan luasan terdampak yang terkecil di Provinsi Banten dengan 9 hektare," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya yang diterima SINDOnews, Selasa (22/10/2019).

Data KLHK mencatat luas Karhutla dari Januari hingga September 2019 sebesar 857.756 hektare, dengan rincian lahan mineral 630.451 hektare dan gambut 227.304 hektare. Berikut ini luasan lahan terdampak baik mineral dan gambut di beberapa provinsi yang sering terjadi karhutla setiap tahunnya. Luas lahan terbakar di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) 134.227 ha, Kalimanan Barat (Kalbar) 127.462 ha, Kalimantan Selatan (Kalsel) 113.454 ha, Riau 75.871 ha, Sumatera Selatan (Sumsel) 52.716 ha dan Jambi 39.638 ha.

Berdasarkan data KLHK, total luasan lahan Karhutla Januari-September 2019 yang mencapai 857.000 hektare ini lebih besar dibandingkan luasan Karhutla dalam tiga tahun terakhir. Luas Karhutla pada 2018 sebesar 510.000 hektare, sedangkan pada 2016 sebesar 438.000 hektare.

Sementara itu, BNPB pada Selasa (22/10/2019) pukul 08.00 WIB mencatat masih terjadi Karhutla di sejumlah wilayah di Indonesia. Titik panas atau hot spot teridentifikasi di enam provinsi yang menjadi perhatian BNPB.

"Rinciannya, Sumsel 153 titik, Kalteng 44 titik, Kalsel 23 titik, Kalbar 5 titik, dan Jambi 2 titik. Data tersebut berdasarkan citra satelit modis-catalog lapan pada 24 jam terakhir," urainya.

Masih adanya titik panas berpengaruh terhadap kualitas udara di wilayah terdampak. Data kualitas yang diukur dengan parameter PM 2,5 mengindikasikan kualitas pada tingkat baik hingga tidak sehat.

"Rincian kualitas kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 di enam provinsi, Sumsel tidak sehat (136), Jambi tidak sehat (102), Kalteng tidak sehat (101), Kalsel tidak sehat (60), Riau sedang (27). Hanya Kalbar kualitas udara menunjukkan tingkat baik (5) meskipun terdapat titik panas," paparnya.

Selain keenam provinsi tersebut, kebakaran juga masih terjadi di kawasan pegunungan seperti Gunung Cikuray, Ungaran dan Arjuno-Welirang, dan Ringgit. (Baca juga: BNPB: Metode Pentahelix Langkah Optimal Pencegahan Karhutla)

Saat ini BNPB masih menyiagakan sejumlah helikopter untuk pengeboman air atau water-bombing maupun patroli. Total air untuk pengeboman air di seluruh wilayah mencapai 392 juta liter. "Di samping pengeboman air, BNPB bersama BPPT dan TNI melakukan operasi udara berupa teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menggunakan fixed-wing. Total garam yang telah disemai mencapai 272.000 Kg," ujarnya.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3875 seconds (0.1#10.140)