Aktivitas Sekolah di Wamena Fokus Pemulihan Trauma
A
A
A
WAMENA - Semua sekolah di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, mulai aktif kembali sejak Senin, 7 Oktober 2019. Kegiatan pertama yang dilakukan saat sekolah lebih banyak difokuskan pada aktivitas pemulihan trauma.
Apalagi belum semua siswa kembali hadir, terutama yang berasal dari distrik-distrik sekitar Wamena. Begitu juga para guru yang mayoritas berasal dari luar Papua juga masih berada di daerahnya.
"Bagaimanapun sekolah harus segera dibuka, meskipun belum langsung belajar. Kegiatan utamanya masih bersifat rekreatif dan pendataan mengenai jumlah siswa dan guru yang datang. Pemulihan trauma siswa jadi fokus utama sekolah," ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Jayawijaya, Bambang Budiandoyo, Rabu (9/10/2019).
Data Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya, dari 61 sekolah di Kota Wamena sebanyak 25 sekolah dari berbagai jenjang PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK terkena dampak atau mengalami kerusakan saat terjadi kerusuhan. "Dari pantauan kami di 10 sekolah yang dikunjungi, tingkat kehadiran siswa dan guru mencapai 20%. Kita harapkan minggu depan, kegiatan belajar mengajar sudah pulih sepenuhnya," ucap Bambang.
Dalam proses pemulihan trauma siswa, Dinas Pendidikan Jayawijaya mendapat bantuan dari Kementerian Sosial yang memulai program penanganan trauma di SMP Negeri 1 Wamena. Selain itu, ada juga bantuan dari Wahana Visi Indonesia (WVI) yang menurunkan tujuh orang untuk membantu menghilangkan rasa trauma peserta didik baik dari tingkat SD hingga SMA.
Beberapa lembaga keagamaan yang ada di Wamena dan Jayapura juga terlibat dalam kegiatan tersebut. "Kami memiliki teman-teman guru dari Indonesia Cerdas berjumlah 30 orang yang siap didistribusikan ke sekolah-sekolah yang kekurangan guru agar mendorong proses belajar-mengajar," ungkap Bambang.
Kepala SMA Negeri 1 Wamena, Yosep Wibisono dan Kepala SMP Negeri 1 Wamena, Yemima Kopeuw, mengatakan, fokus utama pembelajaran saat ini untuk pemukihan trauma. “Sambil mendata siswa yang belum hadir. Fokus kami trauma healing,” jelas Yosep.
Apalagi belum semua siswa kembali hadir, terutama yang berasal dari distrik-distrik sekitar Wamena. Begitu juga para guru yang mayoritas berasal dari luar Papua juga masih berada di daerahnya.
"Bagaimanapun sekolah harus segera dibuka, meskipun belum langsung belajar. Kegiatan utamanya masih bersifat rekreatif dan pendataan mengenai jumlah siswa dan guru yang datang. Pemulihan trauma siswa jadi fokus utama sekolah," ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Jayawijaya, Bambang Budiandoyo, Rabu (9/10/2019).
Data Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya, dari 61 sekolah di Kota Wamena sebanyak 25 sekolah dari berbagai jenjang PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK terkena dampak atau mengalami kerusakan saat terjadi kerusuhan. "Dari pantauan kami di 10 sekolah yang dikunjungi, tingkat kehadiran siswa dan guru mencapai 20%. Kita harapkan minggu depan, kegiatan belajar mengajar sudah pulih sepenuhnya," ucap Bambang.
Dalam proses pemulihan trauma siswa, Dinas Pendidikan Jayawijaya mendapat bantuan dari Kementerian Sosial yang memulai program penanganan trauma di SMP Negeri 1 Wamena. Selain itu, ada juga bantuan dari Wahana Visi Indonesia (WVI) yang menurunkan tujuh orang untuk membantu menghilangkan rasa trauma peserta didik baik dari tingkat SD hingga SMA.
Beberapa lembaga keagamaan yang ada di Wamena dan Jayapura juga terlibat dalam kegiatan tersebut. "Kami memiliki teman-teman guru dari Indonesia Cerdas berjumlah 30 orang yang siap didistribusikan ke sekolah-sekolah yang kekurangan guru agar mendorong proses belajar-mengajar," ungkap Bambang.
Kepala SMA Negeri 1 Wamena, Yosep Wibisono dan Kepala SMP Negeri 1 Wamena, Yemima Kopeuw, mengatakan, fokus utama pembelajaran saat ini untuk pemukihan trauma. “Sambil mendata siswa yang belum hadir. Fokus kami trauma healing,” jelas Yosep.
(wib)