Bupati Mathius Awoitauw: Anarkis Bukan Budaya Orang Tabi
A
A
A
SENTANI - Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, Tanah Tabi yang wilayahnya dari perbatasan Papua New Guniea sampai dengan sungai mamberamo dulunya adalah satu wilayah pemerintahan yang kekeluargaannya sangat nyata dan mempunyai identitas.
Menurut Mathius, apa yang terjadi di Papua saat ini bagi masyarakat Tabi adalah sesuatu yang aneh, karena di luar dari adat istiadat dan di luar dari kebiasaan. Sebab demonstrasi dan anarkis tidak dikenal orang di wilayah adat Tabi.
Segala keputusan dan kepentingan biasanya dibicarakan di atas para-para adat yang dipimpin oleh seorang Ondoafi atau Kepala Suku yang kemudian akan lahir sebuah perintah, karena semua kekuasaan ada di tangan Ondoafi.
Untuk itu sudah ada sikap dari seluruh masyarakat Tabi agar tetap utuh dan yang tidak ingin di intervensi oleh kekuatan apapun demi kepentingan-kepentingan orang lain di atas tanah ini.
“Apa yang terjadi di sini adalah agenda dari orang-orang dari luar wilayah Tabi. Dan kami menolak terhadap tindakan-tindakan itu,” kata Mathius Awoitauw tegas.
Sementara itu, di tempat berbeda Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbay, George Awi mengatakan, jika dilihat dari filosofi Tabi, penduduk asli dari wilayah Tabi tidak mengenal demo karena sistim pemerintahan yang digunakan bukan birokrasi seperti pemerintah. Namun lebih kepada pemerintahan adat di bawa perintah Ondoafi.
“Demo dan anarkis itu tidak dikenal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya kami orang Tabi,” ucapnya.
George Awi juga menambahkan, secara moral seluruh masyarakat adat Tabi telah menyerahkan tanah mereka untuk pembangunan. Untuk itu bagi semua masyarakat yang datang dari luar wilayah Tabi agar dapat memahami dengan baik sehingga kedamaian di atas tanah Tabi dapat terjaga dengan baik.
Menurut Mathius, apa yang terjadi di Papua saat ini bagi masyarakat Tabi adalah sesuatu yang aneh, karena di luar dari adat istiadat dan di luar dari kebiasaan. Sebab demonstrasi dan anarkis tidak dikenal orang di wilayah adat Tabi.
Segala keputusan dan kepentingan biasanya dibicarakan di atas para-para adat yang dipimpin oleh seorang Ondoafi atau Kepala Suku yang kemudian akan lahir sebuah perintah, karena semua kekuasaan ada di tangan Ondoafi.
Untuk itu sudah ada sikap dari seluruh masyarakat Tabi agar tetap utuh dan yang tidak ingin di intervensi oleh kekuatan apapun demi kepentingan-kepentingan orang lain di atas tanah ini.
“Apa yang terjadi di sini adalah agenda dari orang-orang dari luar wilayah Tabi. Dan kami menolak terhadap tindakan-tindakan itu,” kata Mathius Awoitauw tegas.
Sementara itu, di tempat berbeda Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbay, George Awi mengatakan, jika dilihat dari filosofi Tabi, penduduk asli dari wilayah Tabi tidak mengenal demo karena sistim pemerintahan yang digunakan bukan birokrasi seperti pemerintah. Namun lebih kepada pemerintahan adat di bawa perintah Ondoafi.
“Demo dan anarkis itu tidak dikenal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya kami orang Tabi,” ucapnya.
George Awi juga menambahkan, secara moral seluruh masyarakat adat Tabi telah menyerahkan tanah mereka untuk pembangunan. Untuk itu bagi semua masyarakat yang datang dari luar wilayah Tabi agar dapat memahami dengan baik sehingga kedamaian di atas tanah Tabi dapat terjaga dengan baik.
(akn)