Atalia Praratya: Perempuan Jadi Garda Terdepan Keluarga Cegah Hoaks

Senin, 30 September 2019 - 19:07 WIB
Atalia Praratya: Perempuan Jadi Garda Terdepan Keluarga Cegah Hoaks
Atalia Praratya: Perempuan Jadi Garda Terdepan Keluarga Cegah Hoaks
A A A
KOTA BANDUNG - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Kamil mengimbau kepada seluruh masyarakat Jabar, khususnya perempuan, untuk menjadi garda terdepan mencegah berita bohong atau hoaks. Pasalnya, perempuan merupakan sumber informasi dalam keluarga.

"Karena perempuan adalah sumber informasi dalam keluarga. Anak-anak menanyakan satu dan hal lainnya kepada orang tua, termasuk ibu. Sehingga informasi terbaik itu harus dari orang tuanya," kata Atalia saat memberikan kuliah umum ‘Hoaks, Sosial Media, dan Perempuan dalam Revolusi Industri 4.0’ di Universitas Widyatama, Kota Bandung, Senin (30/9/19).

Menurut Atalia, perempuan terutama ibu-ibu, memiliki peran penting dalam memberi informasi yang akurat untuk anak-anak. Salah satu perannya adalah meningkatkan literasi keluarga. Peran itulah yang akan menjadi tembok penghalang hoaks dalam keluarga.

Atalia pun mengatakaan, perempuan harus ikut andil menyaring hoaks. Dengan begitu, informasi yang beredar dalam keluarga sudah dikonfirmasi kebenarannya.

"Kita harus banyak membuka literasi seluas-luasnya karena literasi itu bukan hanya membaca dan menulis, tapi bagaimana kita mendengar, bagaimana kita memaknai sebuah kata, bagaimana kita mencerna juga itu adalah bagian dari literasi," ucapnya.

"Untuk itu, saya berharap litersi di Indonesia khususnya di Jawa Barat ini terus ditingkatkan supaya kita betul-betul bisa menjadi generasi pembelajar. Generasi pembelajar tentu bisa tahan terkait hoaks," tambahnya.

Pada kesempatan tersebut Atalia membagikan tips mengidentifikasi hoaks, yakni berhati-hati dengan judul provokatif, cermati alamat isu, periksa fakta, dan mengecek keaslian foto yang terdapat dalam berita. Apalagi, di era industri 4.0, masyarakat harus waspada terhadap penyebaran informasi yang masif.

"Hari ini, informasi yang masuk itu direspons terlalu cepat, sehingga tidak sempat untuk dikonfirmasi. Untuk itu, sebelum kita tahu itu benar atau tidak kita harus tahu itu bermanfaat atau tidak, kita juga diharapkan tidak terlalu cepat untuk menyimpulkan, apalagi menyebarkan," tandas Atalia.
(akn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6759 seconds (0.1#10.140)