Pengungsi di Wamena Mencapai 8.000 Orang, Pemulihan Kota Terus Dilakukan
A
A
A
WAMENA - Pasca-demonstrasi anarkis para pelajar dan warga di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, yang berujung kerusuhan, ribuan warga terus mengungsi. Dari data yang diperoleh, pengungsi di Kota Wamena, telah menembus angka 8.000 orang.
Wakapolda Papua, Brigjen Pol Yakobus Marjuki, mengatakan, pengungsi tersebar pada 23 titik di Kota Wamena. Pada setiap titik ada sekitar 300 sampai 500 orang. Sekitar 2.200 orang mengungsi ke Markas Kepolisian Resor Jayawijaya.
“Saat ini pemerintah daerah telah mengelola dapur umum di bawah Dinas Sosial setempat. Pengungsi juga rawan sakit. Wamena itu kan dingin, kalau terlambat makan, bisa masuk angin dan diare,” jelas Brigjen Pol Marjuki di Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu 28 September 2019.
Marjuki menyebutkan, dari 2.200 orang pengungsi di Polres Jayawijaya ada sekitar 471 orang terkena diare. “Ke depannya, pengungsi tak lagi di kantor polisi lagi, karena tak ada fasilitas yang mendukung. Harus ada langkah cepat pemerintah terkait pengungsi ini,” ujarnya.
Marjuki menuturkan, banyak pengungsi dari Kabupaten Mamberamo Tengah, Yalimo, dan Lanny Jaya yang memilih mengungsi ke Wamena. “Tadi masih ada mengalir satu truk warga dengan pengawalan. Masyarakat tetap harus tenang dan tak cepat mempercayai isu provokatif,” katanya.
Saat ini, proses pemulihan Kota Wamena terus dilakukan oleh pemerintah setempat. Banyak jaringan listrik yang terbakar, termasuk tempat tinggal, ruko dan kendaraan.
Marjuki menyebut, sejumlah ruang publik sudah dibersihkan dari material kebakaran. Termasuk sepeda motor dan mobil yang dibakar sudah dipinggirkan. “Harus ada pemulihan trauma, agar tak takut lagi masuk rumah,” ujarnya.
Marjuki menambahkan, saat ini sudah ada aparat keamanan yang menjaga Kota Wamena, termasuk penjagaan pada sejumlah titik. “Kami minta masyarakat tetap tenang, walaupun ada daerah di Mamberamo Tengah, Yalimo, atau Lanny Jaya yang banyak isu bermunculan, Masyarakat jangan resah,” pungkas Marjuki.
Wakapolda Papua, Brigjen Pol Yakobus Marjuki, mengatakan, pengungsi tersebar pada 23 titik di Kota Wamena. Pada setiap titik ada sekitar 300 sampai 500 orang. Sekitar 2.200 orang mengungsi ke Markas Kepolisian Resor Jayawijaya.
“Saat ini pemerintah daerah telah mengelola dapur umum di bawah Dinas Sosial setempat. Pengungsi juga rawan sakit. Wamena itu kan dingin, kalau terlambat makan, bisa masuk angin dan diare,” jelas Brigjen Pol Marjuki di Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu 28 September 2019.
Marjuki menyebutkan, dari 2.200 orang pengungsi di Polres Jayawijaya ada sekitar 471 orang terkena diare. “Ke depannya, pengungsi tak lagi di kantor polisi lagi, karena tak ada fasilitas yang mendukung. Harus ada langkah cepat pemerintah terkait pengungsi ini,” ujarnya.
Marjuki menuturkan, banyak pengungsi dari Kabupaten Mamberamo Tengah, Yalimo, dan Lanny Jaya yang memilih mengungsi ke Wamena. “Tadi masih ada mengalir satu truk warga dengan pengawalan. Masyarakat tetap harus tenang dan tak cepat mempercayai isu provokatif,” katanya.
Saat ini, proses pemulihan Kota Wamena terus dilakukan oleh pemerintah setempat. Banyak jaringan listrik yang terbakar, termasuk tempat tinggal, ruko dan kendaraan.
Marjuki menyebut, sejumlah ruang publik sudah dibersihkan dari material kebakaran. Termasuk sepeda motor dan mobil yang dibakar sudah dipinggirkan. “Harus ada pemulihan trauma, agar tak takut lagi masuk rumah,” ujarnya.
Marjuki menambahkan, saat ini sudah ada aparat keamanan yang menjaga Kota Wamena, termasuk penjagaan pada sejumlah titik. “Kami minta masyarakat tetap tenang, walaupun ada daerah di Mamberamo Tengah, Yalimo, atau Lanny Jaya yang banyak isu bermunculan, Masyarakat jangan resah,” pungkas Marjuki.
(wib)