Terluka, Orangutan Tapanuli Masih Dikarantina di Batu Mbelin
A
A
A
MEDAN - Seekor orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) ditemukan dalam kondisi terluka di Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut). Diduga merupakan korban konflik dengan masyarakat di sekitar kawasan lindung tersebut.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Hotmauli Sianturi mengatakan, orangutan jantan yang diperkirakan berusia sekitar 30 tahun itu, dievakuasi tim BBKSDA Sumut dari perkebunan warga di Desa Aek Batang Paya, Kecamatan Sipirok. Lokasi ini berbatasan dengan Kawasan Ekosistem Batangtoru.
"Kita evakuasi, satu orangutan. Sekarang lagi diobati," jelasnya kepada wartawan di Medan, Senin (23/9/2019).
Proses evakuasi itu berlangsung sejak Rabu (18/9/2019). Bermula dari laporan warga tentang keberadaan orangutan yang terluka. Seterusnya dibawa ke Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan di Batu Mbelin, Kabupaten Deliserdang.
"Ada beberapa luka di tubuh orangutan tersebut. Antara lain di bagian pelipis, dan di badan bagian belakang. Dugaan sementara, luka bersumber benda tajam," ungkapnya.
Kasus konflik orangutan Tapanuli dengan warga memang kerap terjadi, namun belum pernah seperti ini. Pemicunya karena sekarang sedang musim petai, musim durian, dan orangutan banyak menongkrongi pohon-pohon milik petani setempat.
"Konflik selama ini ada saja. Cuma bisa kita halau, usir masuk lagi ke dalam hutan. Ini masalahnya lagi musim buah di sana. Makan durian, makan petai. Sudah cukup banyak yang turun ke kebun. Sudah cukup banyak durian yang dimakan memang," terang Hotmauli.
Sebenarnya, kata Hormauli, dalam dua bulan terakhir ada petugas BBKSDA yang memonitor pergerakan orangutan di seputaran Batangtoru, karena sedang musim buah. itu Hal ini untuk mengantisipasi konflik warga dengan orangutan, namun personel terbatas, dan areal demikian luas, sehingga tidak semua lokasi terjangkau.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Hotmauli Sianturi mengatakan, orangutan jantan yang diperkirakan berusia sekitar 30 tahun itu, dievakuasi tim BBKSDA Sumut dari perkebunan warga di Desa Aek Batang Paya, Kecamatan Sipirok. Lokasi ini berbatasan dengan Kawasan Ekosistem Batangtoru.
"Kita evakuasi, satu orangutan. Sekarang lagi diobati," jelasnya kepada wartawan di Medan, Senin (23/9/2019).
Proses evakuasi itu berlangsung sejak Rabu (18/9/2019). Bermula dari laporan warga tentang keberadaan orangutan yang terluka. Seterusnya dibawa ke Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan di Batu Mbelin, Kabupaten Deliserdang.
"Ada beberapa luka di tubuh orangutan tersebut. Antara lain di bagian pelipis, dan di badan bagian belakang. Dugaan sementara, luka bersumber benda tajam," ungkapnya.
Kasus konflik orangutan Tapanuli dengan warga memang kerap terjadi, namun belum pernah seperti ini. Pemicunya karena sekarang sedang musim petai, musim durian, dan orangutan banyak menongkrongi pohon-pohon milik petani setempat.
"Konflik selama ini ada saja. Cuma bisa kita halau, usir masuk lagi ke dalam hutan. Ini masalahnya lagi musim buah di sana. Makan durian, makan petai. Sudah cukup banyak yang turun ke kebun. Sudah cukup banyak durian yang dimakan memang," terang Hotmauli.
Sebenarnya, kata Hormauli, dalam dua bulan terakhir ada petugas BBKSDA yang memonitor pergerakan orangutan di seputaran Batangtoru, karena sedang musim buah. itu Hal ini untuk mengantisipasi konflik warga dengan orangutan, namun personel terbatas, dan areal demikian luas, sehingga tidak semua lokasi terjangkau.
(rhs)