Ibadah Terakhir di Gereja Lama
A
A
A
SENTANI - Sekira 100 umat Katolik Paroki Sang Penebus Sentani menghadiri ibadah terakhir di gereja lama sebelum dibongkar. Kata Pastor Robby Tandilinting dalam kotbah ibadah sabda terakhir di gereja lama, Bait Allah di Jerusalem juga dulu dibongkar, lalu dibangun Bait Allah yang baru.
Gedung Gereja Katolik Sang Penebus Sentani dibongkar pada Jumat, (5/9/2019) pukul 12.30 siang. Sebelum pembongkaran, sekira 100 umat hadir ikut ibadah terakhir agar proses pembongkaran bisa berjalan lancar.
Ibadah dipimpin Pastor Dekan Keuskupan Jayapura, Pastor Robby Tandilinting, Pr. Umat yang ikut ibadah hanya berdiri karena bangku, kursi dan altar misa telah dikosongkan, karena gereja siap dibongkar.
Pastor Robby Tandilinting mengajak umat yang hadiri ibadah untuk mendoakan agar proses pembongkaran gereja lama dan pembangunan gereja baru dapat berjalan lancar, serta para tukang yang bekerja juga Tuhan jauhkan mereka dari kecelakaan kerja. Gereja ini sudah lama usianya, banyak pengalaman dan kenangan bersama gereja ini, tapi harus dibongkar untuk bangun yang baru. Seperti Bait Allah di Jerusalem juga dibongkar lalu dibangun yang baru.
“Yesus mengibaratkan Bait Allah adalah diri-Nya sendiri. Sehingga Ia mengatakan akan membongkar Bait Allah dan Ia akan bangun kembali dalam waktu tiga hari. Jadi, yang penting bukan pada gedung gerejanya, tapi relasi iman kita kepada Yesus yang penting. Yesus sebagai pokok iman kita. Karena itu, kita harus membangun relasi yang kuat dan sempurna dengan Yesus. Iman tidak ditentukan oleh hal-hal yang bersifat lahiriah, tapi hidup iman harus berpusat pada Yesus sebagai Bait Allah”, jelas Pastor Robby Tandilinting dalam ibadah terakhir di gereja lama sebelum dibongkar.
Ketua Dewan Paroki Gereja Katolik Sang Penebus Sentani, Carlos Matuan mengatakan saat ini gereja baru sedang dibangun. Sehingga misa terakhir di gereja ini dilaksanakan pada Minggu 25 Agustus, dan aktivitas ibadah selanjutnya telah dipindahkan ke Gereja Santa Klara di Biara Santo Antonius Polomo Sentani.
“Sesuai skedul Panitia Pembangunan Gereja, hari ini Jumat 5 September, gereja lama ini kita harus dibongkar usai ibadah pembongkaran. Proses pembangunan, rencana pembongkaran dan peletakkan batu pertama pembangunan gedung gereja baru, itu semua kita sudah lakukan sosialisasi secara terbuka kepada umat di tiap kombas, stasi dan di Gereja Paroki Sentani serta telah diputuskan dalam rapat dewan paroki. Jadi tidak ada informasi soal ini yang ditutup-tutupi”, jelas Carlos Matuan di halaman Gereja Katolik Sang Penebus Sentani, Jumat 5 September lalu.
Gereja lama harus dibongkar karena: 1) kondisinya sudah tidak mampu lagi untuk menampung jumlah umat yang semakin banyak. 2) halaman gereja sudah sangat sempit, sehingga untuk parkir kendaraan saat misa, diparkir di halaman sekolah Asisi. 3) ada 26 tiang beton gereja baru yang terlalu dekat dengan tiang-tiang gereja lama yang membahayakan gereja lama, sehingga harus dibongkar.
Masa pembangunan gereja baru selama tiga tahun, sejak 2018 sampai 2021. “Tapi mudah-mudahan bisa lebih cepat dari itu. Gereja akan dibangun dua lantai. Lantai bawah untuk perkantoran dan aktivitas lain, serta lantai atas akan digunakan untuk tempat ibadah. Biaya pembangunan gereja baru sekira 30 miliar rupiah. Tapi saya harap bisa kurang dari itu”, ujar Carlos.
Rencana bongkar gereja sempat diprotes beberapa umat. Mereka protes dengan cara memasang tiga spanduk di atas atap gereja. Aksi itu sempat menarik perhatian warga yang melintas di jalan raya. Namun protes tak berlangsung lama karena bisa ditenangkan atas mediasi yang dilakukan oleh Kapolsek Sentani, AKP Lintong Simanjuntak bersama anggotanya.
Salah seorang umat yang protes adalah Paulus Leo bersama beberapa umat. Paulus adalah mantan Ketua Dewan Paroki Sang Penebus Sentani, yang pada acara peletakan batu pertama pembangunan gereja baru, ia memenangkan lelang jam tangan Uskup Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM, senilai 100 juta rupiah. Mereka protes karena rencana bongkar gereja dilakukan secara diam-diam, tidak disampaikan secara terbuka kepada umat. Mereka minta gereja lama tidak boleh dibongkar karena merupakan bukti sejarah gereja, yang memiliki ikatan emosional dengan para pendirinya.
“Pembangunan gereja baru ini untuk kepentingan umat, bukan untuk kepentingan pribadi pengurus dewan paroki. Jadi kalau ada umat yang beda pendapat itu biasa. Itu demokratis, mereka menyampaikan pendapat secara terbuka. Tapi hanya karena pendapat satu dua orang lalu mengorbankan kepentingan semua umat, itu tidak bisa. Kita tetap mengedepankan kepentingan umat. Jadi bagaimanapun pembongkaran tetap jalan”, ujar Carlos Matuan.
Bunyi tiga spanduk yang dipasang di atas atap gereja bertuliskan: 1) dosa apa gereja tua ini. karena kekuasaan, ambisi, ketamakan, gereja dikorbankan. 2) kebenaran bisa disalahkan, tapi kebenaran tak akan terkalahkan. 3) gereja lama tidak boleh dibongkar karena merupakan: a) bukti sejarah gereja. b) cagar budaya/ situs. c) menghargai perintis / pejuang pendiri gereja. d) memiliki ikatan emosional / ikatan batin. Karena itu, kami ingin dialog dengan pimpinan gereja / uskup.
Kapolsek Sentani, AKP Lintong Simanjuntak mengatakan mayoritas umat di gereja ini bersama pimpinan gerejanya sudah sepakat untuk bongkar gereja lama karena akan menghalangi pembangunan gereja baru. “Sehingga anda tidak mungkin menghalangi pembongkaran gereja. Kalau menghalangi, artinya kami anggap anda menghalangi pembangunan gereja baru, maka anda bisa diproses secara hukum”, ujar Lintong dalam negosiasi dengan Paulus Leo yang menolak pembongkaran gereja.
Uskup Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM, dalam Surat Nomor 135/2019/1.1.1 mengatakan 1) gereja baru mulai dibangun karena kedepan umat akan semakin banyak, dan letaknya ke arah Timur agar ada ruang untuk keperluan lain. 2) pembongkaran gereja lama semula dipikirkan setelah gereja baru berdiri. Tapi dari perhitungan ahli teknis bahwa pemasangan tiang-tiang beton gereja baru bisa membahayakan gereja lama. Fundamen tiang-tiang beton gereja baru terlalu dekat dengan tiang-tiang gereja lama dan lapisan tanahnya berpasir. Maka ada kekhawatiran gereja lama bisa runtuh.
3) berdasarkan pertimbangan itu, maka “kami memberi izin untuk lebih awal membongkar gereja yang lama. Mohon keputusan disampaikan kepada umat di komunitas-komunitas basis agar tidak ada orang-orang tertentu yang protes atau mengajukan keberatan karena bisa menghambat pembangunan”, tulis Uskup Jayapura dalam suratnya tertanggal 17 Juni 2019.
Gedung Gereja Katolik Sang Penebus Sentani dibongkar pada Jumat, (5/9/2019) pukul 12.30 siang. Sebelum pembongkaran, sekira 100 umat hadir ikut ibadah terakhir agar proses pembongkaran bisa berjalan lancar.
Ibadah dipimpin Pastor Dekan Keuskupan Jayapura, Pastor Robby Tandilinting, Pr. Umat yang ikut ibadah hanya berdiri karena bangku, kursi dan altar misa telah dikosongkan, karena gereja siap dibongkar.
Pastor Robby Tandilinting mengajak umat yang hadiri ibadah untuk mendoakan agar proses pembongkaran gereja lama dan pembangunan gereja baru dapat berjalan lancar, serta para tukang yang bekerja juga Tuhan jauhkan mereka dari kecelakaan kerja. Gereja ini sudah lama usianya, banyak pengalaman dan kenangan bersama gereja ini, tapi harus dibongkar untuk bangun yang baru. Seperti Bait Allah di Jerusalem juga dibongkar lalu dibangun yang baru.
“Yesus mengibaratkan Bait Allah adalah diri-Nya sendiri. Sehingga Ia mengatakan akan membongkar Bait Allah dan Ia akan bangun kembali dalam waktu tiga hari. Jadi, yang penting bukan pada gedung gerejanya, tapi relasi iman kita kepada Yesus yang penting. Yesus sebagai pokok iman kita. Karena itu, kita harus membangun relasi yang kuat dan sempurna dengan Yesus. Iman tidak ditentukan oleh hal-hal yang bersifat lahiriah, tapi hidup iman harus berpusat pada Yesus sebagai Bait Allah”, jelas Pastor Robby Tandilinting dalam ibadah terakhir di gereja lama sebelum dibongkar.
Ketua Dewan Paroki Gereja Katolik Sang Penebus Sentani, Carlos Matuan mengatakan saat ini gereja baru sedang dibangun. Sehingga misa terakhir di gereja ini dilaksanakan pada Minggu 25 Agustus, dan aktivitas ibadah selanjutnya telah dipindahkan ke Gereja Santa Klara di Biara Santo Antonius Polomo Sentani.
“Sesuai skedul Panitia Pembangunan Gereja, hari ini Jumat 5 September, gereja lama ini kita harus dibongkar usai ibadah pembongkaran. Proses pembangunan, rencana pembongkaran dan peletakkan batu pertama pembangunan gedung gereja baru, itu semua kita sudah lakukan sosialisasi secara terbuka kepada umat di tiap kombas, stasi dan di Gereja Paroki Sentani serta telah diputuskan dalam rapat dewan paroki. Jadi tidak ada informasi soal ini yang ditutup-tutupi”, jelas Carlos Matuan di halaman Gereja Katolik Sang Penebus Sentani, Jumat 5 September lalu.
Gereja lama harus dibongkar karena: 1) kondisinya sudah tidak mampu lagi untuk menampung jumlah umat yang semakin banyak. 2) halaman gereja sudah sangat sempit, sehingga untuk parkir kendaraan saat misa, diparkir di halaman sekolah Asisi. 3) ada 26 tiang beton gereja baru yang terlalu dekat dengan tiang-tiang gereja lama yang membahayakan gereja lama, sehingga harus dibongkar.
Masa pembangunan gereja baru selama tiga tahun, sejak 2018 sampai 2021. “Tapi mudah-mudahan bisa lebih cepat dari itu. Gereja akan dibangun dua lantai. Lantai bawah untuk perkantoran dan aktivitas lain, serta lantai atas akan digunakan untuk tempat ibadah. Biaya pembangunan gereja baru sekira 30 miliar rupiah. Tapi saya harap bisa kurang dari itu”, ujar Carlos.
Rencana bongkar gereja sempat diprotes beberapa umat. Mereka protes dengan cara memasang tiga spanduk di atas atap gereja. Aksi itu sempat menarik perhatian warga yang melintas di jalan raya. Namun protes tak berlangsung lama karena bisa ditenangkan atas mediasi yang dilakukan oleh Kapolsek Sentani, AKP Lintong Simanjuntak bersama anggotanya.
Salah seorang umat yang protes adalah Paulus Leo bersama beberapa umat. Paulus adalah mantan Ketua Dewan Paroki Sang Penebus Sentani, yang pada acara peletakan batu pertama pembangunan gereja baru, ia memenangkan lelang jam tangan Uskup Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM, senilai 100 juta rupiah. Mereka protes karena rencana bongkar gereja dilakukan secara diam-diam, tidak disampaikan secara terbuka kepada umat. Mereka minta gereja lama tidak boleh dibongkar karena merupakan bukti sejarah gereja, yang memiliki ikatan emosional dengan para pendirinya.
“Pembangunan gereja baru ini untuk kepentingan umat, bukan untuk kepentingan pribadi pengurus dewan paroki. Jadi kalau ada umat yang beda pendapat itu biasa. Itu demokratis, mereka menyampaikan pendapat secara terbuka. Tapi hanya karena pendapat satu dua orang lalu mengorbankan kepentingan semua umat, itu tidak bisa. Kita tetap mengedepankan kepentingan umat. Jadi bagaimanapun pembongkaran tetap jalan”, ujar Carlos Matuan.
Bunyi tiga spanduk yang dipasang di atas atap gereja bertuliskan: 1) dosa apa gereja tua ini. karena kekuasaan, ambisi, ketamakan, gereja dikorbankan. 2) kebenaran bisa disalahkan, tapi kebenaran tak akan terkalahkan. 3) gereja lama tidak boleh dibongkar karena merupakan: a) bukti sejarah gereja. b) cagar budaya/ situs. c) menghargai perintis / pejuang pendiri gereja. d) memiliki ikatan emosional / ikatan batin. Karena itu, kami ingin dialog dengan pimpinan gereja / uskup.
Kapolsek Sentani, AKP Lintong Simanjuntak mengatakan mayoritas umat di gereja ini bersama pimpinan gerejanya sudah sepakat untuk bongkar gereja lama karena akan menghalangi pembangunan gereja baru. “Sehingga anda tidak mungkin menghalangi pembongkaran gereja. Kalau menghalangi, artinya kami anggap anda menghalangi pembangunan gereja baru, maka anda bisa diproses secara hukum”, ujar Lintong dalam negosiasi dengan Paulus Leo yang menolak pembongkaran gereja.
Uskup Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM, dalam Surat Nomor 135/2019/1.1.1 mengatakan 1) gereja baru mulai dibangun karena kedepan umat akan semakin banyak, dan letaknya ke arah Timur agar ada ruang untuk keperluan lain. 2) pembongkaran gereja lama semula dipikirkan setelah gereja baru berdiri. Tapi dari perhitungan ahli teknis bahwa pemasangan tiang-tiang beton gereja baru bisa membahayakan gereja lama. Fundamen tiang-tiang beton gereja baru terlalu dekat dengan tiang-tiang gereja lama dan lapisan tanahnya berpasir. Maka ada kekhawatiran gereja lama bisa runtuh.
3) berdasarkan pertimbangan itu, maka “kami memberi izin untuk lebih awal membongkar gereja yang lama. Mohon keputusan disampaikan kepada umat di komunitas-komunitas basis agar tidak ada orang-orang tertentu yang protes atau mengajukan keberatan karena bisa menghambat pembangunan”, tulis Uskup Jayapura dalam suratnya tertanggal 17 Juni 2019.
(atk)