Kisah Perjalanan Penyiar Islam Sembah Agung ke Batukaras Pangandaran

Sabtu, 24 Agustus 2019 - 05:00 WIB
Kisah Perjalanan Penyiar...
Kisah Perjalanan Penyiar Islam Sembah Agung ke Batukaras Pangandaran
A A A
Sembah Agung merupakan salah satu penyiar Agama Islam memiliki nama asli Jang Langas yang merupakan keturunan ke lima Raja Mandala. Berdasarkan sejarah, Raja Mandala memiliki lima keturunan diantaranya Nini Geude Aki Geude, Jang Pati, Jang Raga, Jang Singa dan terakhir Jang Langas.

Salah satu keturunan Sembah Agung ke 11 bernama Endang Sukara mengatakan, Jang Langas semula bertempat tinggal di Cihaur di wilayah Galuh sekitar Abad 16.

"Perjalanan Jang Langas ke Batukaras atas mandat Raja Mandala untuk menjenguk kaka kandungnya Nini Geude Aki Geude di Jurago, Kecamatan Cigugur," kata Endang Sukara.

Perjalanan Jang Langas dari Cihaur untuk meyakinkan cerita Raga Sangsang atas kejadian penyerahan putri Nini Geude Aki Geude yang merupakan istri Raga Sangsang ke Raden Tameula di Sukapura.

"Putri Nini Geude yang merupakan istri Raga Sangsang diminta oleh Raden Tameula waktu itu, padahal sudah bersuami," tambahnya.

Singkat cerita, Raga Sangsang berniat untuk kembali ke Kedung Randu di Banyumas melewati Jalan Cihaur.

"Sesampainya di Cihaur, Raga Sangsang menceritakan pengalaman nasibnya bahwa istrinya yang merupakan putri Nini Geude Aki Geude sudah diserahkan ke Raden Tameula.

Mendengar cerita dari Raga Sangsang, Raja Mandala langsung mengutus Jang Langas. Namun sebelum menemui Nini Geude Aki Geude, Jang Langas memilih menemui Raden Tameula di Sukapura.

"Sesampai di Sukapura, Raden Tameula sedang mengadakan sayembara pembuatan Situ Cimawate," papar Endang Sukara.

Siapa saja yang bisa membuat Situ Cimawate akan diberi hadiah salah satu putri Raden Tameula.

"Jang Langas menjadi salah satu peserta sayembara dan memenangkan sayembara sehingga diberi hadiah putri Raden Tameula," terang Endang Sukara.

Jang Langas diberi hadiah putri oleh Raden Tameula untuk dinikahi, tetapi Jang Langas memiliki pendirian hadiah putri tersebut untuk diserahkan ke Kanjeung Sinuhun di Banyumas.

"Singkat cerita Jang Langas beserta putri Raden Tameula menuju Kedung Randu Banyumas, sesampainya di lokasi diserahkanlah putri dari hadiah sayembara ke Kanjeung Sinuhun," jelas Endang Sukara.

Harapan Jang Langas menyerahkan putri tersebut agar Kanjeung Sinuhun tidak berharap terhadap putri Nini Geude Aki Geude.

"Waktu itu, Kanjeung Sinuhun menerima pemberian hadiah dari Jang Langas, sambil berkata setelah 40 hari akan diserahkan lagi ke Jang Langas," tegas Endang Sukara.

Setelah 40 hari, Jang Langas kembali membawa putri Raden Tameula ke Kanjeung Sinuhun, Kanjeung Sinuhun berpesan jangan dinikahi dulu karena putri tersebut sedang hamil.

Setelah serah terima putri tersebut Jang Langas dan putri Raden Tameula berniat melanjutkan amanat Raja Mandala untuk menemui Nini Geude Aki Geude di Jurago Cigugur.

"Sesampainya di batu nunggul tepatnya di Sungai Sandaan Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, putri Raden Tameula melahirkan bayi kembar laki-laki," kata Endang Sukara.

Namun anak ke satu ketika lahir langsung menghilang dan yang ada secara lahiriah hanya putra ke dua.

"Setelah beberapa hari lahir bayi, suatu saat putri Raden Tameula hendak ke air, ia menitipkan bayi yang sedang dalam ayunan ke Jang Langas," tambahnya.

Sebelum ke air, putri Raden Tameula berpesan ke Jang Langas jika bayi menangis jangan diayunkan.

Namun Jang Langas lupa akan pesan itu, sehingga saat bayi nangis malah diayunkan.

"Saat menarik ayunan, bayi masih ada dalam ayunan namun setelah ayunan didorong bayi tersebut langsung menghilang," papar Endang Sukara.

Dari kejadian itu Jang Langas dan putri Raden Tameula sepakat untuk mencari jejak bayi yang hilang sambil menyiarkan Agama Islam.

"Akhirnya rencana Jang Langas untuk menemui Nini Geude Aki Geude ke Jurago, Kecamatan Cigugur tertunda karena mencari keberadaan bayi sambil menyiarkan ajaran Agama Islam," terangnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1099 seconds (0.1#10.140)