Orientasi Mahasiswa Uncen Diduga Jadi Kampanye Papua Merdeka

Sabtu, 17 Agustus 2019 - 09:56 WIB
Orientasi Mahasiswa Uncen Diduga Jadi Kampanye Papua Merdeka
Orientasi Mahasiswa Uncen Diduga Jadi Kampanye Papua Merdeka
A A A
JAYAPURA - Ideologi Papua Merdeka yang dibawa kelompok United Liberation Movement of West Papua (ULMWP) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) disinyalir telah masuk ke Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, dan bahkan memiliki cakar kuat hingga mengendalikan Lembaga Uncen.

Hal ini nampak pada masa orientasi mahasiswa baru atau Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) sejak tahun lalu dan tahun ini yang masih berjalan, utamanya pada fakultas FISIP.

Tahun lalu, mahasiswa baru diwajibkan mengenakan gelang bermotif bendera Bintang Kejora dan beberapa upaya doktrinisasi lain yang juga nampak dan mencengangkan publik, semisal adanya pemateri dari aktivis Papua Merdeka.

Sementara tahun ini, meski lembaga Uncen berupaya untuk tidak kecolongan, dan steril dari bau politik Papua, namun nyatanya Victor Yeimo, aktivis Papua Merdeka yang juga Juru Bicara United Liberation Movement of West Papua (ULMWP) berhasil masuk di Aula FISIP dan memberikan materi Idiologi Papua Merdeka kepada para mahasiswa baru.

Meski tidak berlangsung lama, namun Uncen diakui kecolongan. Marinus Yaung, dosen Hubungan Internasional FISIP Uncen mengaku, hal itu di luar agenda PKKMB Uncen. Meski sempat ribut saat Victor Yeimo diminta meninggalkan Aula, di mana kegiatan berlangsung.

Marinus menyebut, ada upaya mendikte oleh ULMWP dan KNPB (Komite Nasional Papua Barat) kepada lembaga Uncen dalam proses PKKMB tersebut.

"Dia (Victor Yeimo, Red) masuk dan memberikan orasi politik, ini di luar agenda. Pak Dekan langsung menginterupsi dan meminta Victor Yeimo keluar. Kami ada SOP, bukan begitu caranya, kalau mau isi harusnya bicara dan bagaimana materinya, bukan masuk tanpa izin," kata Marinus dihubungi, Sabtu (17/8/2019).

Atas persoalan itu, pihaknya Meminta dengan tegas kepada ULMWP dan KNPB untuk tidak masuk meracuni mahasiswa Uncen dengan Idiologi Papua Merdeka. Uncen ditegaskan adalah lembaga pendidikan yang harus steril dari politik praktis.

"Uncen bukan ladang untuk menyemaikan, bibit-bibit nasionalisme Papua Merdeka kah itu, kita harus membebaskan Uncen dari kepentingan politik praktis, baik ULMWP maupun KNPB harus hormati lembaga pendidikan ini," tegas Marinus yang menyebut harus mengawal ketat mahasiswa barunya hingga pulang malam.

Dikatakan, Mahasiswa harusnya mendapat ilmu yang bermanfaat bagi dirinya menggapai cita-cita, bukan racun yang kemudian menghambat dirinya dalam pendidikan. Uncen bukan lahan politik bagi ULMWP dan KNPB, termasuk kisruh perpecahan keduanya yang kemudian mencari dukungan ke mahasiswa.

"Kami mau supaya Uncen bebas dari kepentingan politik praktis, kami mau KNPB atau ULMWP mendukung kami untuk Uncen benar-benar menjadi lembaga pendidikan untuk anak Papua, yang bebas dari kepentingan politik Papua Merdeka, Uncen harus bebas dari itu, Uncen harus menjadi lembaga pendidikan yang baik untuk merubah peradaban manusia diatas tanah Papua," ucapnya.

Diakui Marinus, beberapa mahasiswanya telah terdapat Idiologi Papua Merdeka, layaknya di Luar Papua yang beberapa mahasiswanya terdapat Idiologi Khilafah.

"Kita harus jujur soal itu. Kita sampakkan kepada pemerintah pusat, Menko Polhukkam, Kapolri dan Panglima bahwa sebagian besar mahasiswa kami sudah terpapar dengan idiologi Papua Merdeka, namun kita berupa untuk membebaskan mahasiswa kita dari itu. Saat ini betul kami pagari Uncen dari hal-hal itu, kami tidak tinggal diam," tegasnya.

Menurutnya, kasihan kemudian mahasiswa yang harusnya memperoleh pendidikan yang baik kemudian harus terpapar Idiologi Papua Merdeka. Beasiswa dari berbagai lembaga untuk menunjang semangat kuliah mesti terlewat dengan tidak fokusnya mahasiswa belajar.

"Ada banyak beasiswa, yang harapannya menunjang mereka untuk giat belajar demi masa depan, tapi kalau sudah terpapar itu maka susah. Ini yang kita minta ULMWP atau KNPB atau juga Jakarta tidak menjadikan Uncen ladang politik praktis. Dan kita akan cuci otak mahasiswa ini supaya terlepas dari paparan politik Papua Merdeka, merrka harus sadar kuliah untuk masa depan," ungkapnya.

Menurutnya, Papua telah final dalam NKRI, terlebih telah adanya pengakuan sah dari dunia internasional. Jika dibandingkan dengan Timor Timur yang kemudian lepas dari NKRI, berbeda dengan Papua. Dosen Hubungan Internasional ini menyebut, sampai kapanpun Indonesia tidak akan melepaskan Papua.

"Kalau Timor Timur Indonesai menyerah karena belum adan keputusan resolusi internasional yang mengesahkan bahwa Timor Timut bagian dari Indonesia, sehingga saat Timot Timur lepas Indonesia tidak bisa menuntut apapun, tapi kalau Papua jangan coba coba, sampai negara Pasifik mencoba maka Infonesja bisa menuntut mereka dan bahkan bisa perang," katanya.

"Pertaruhannya dengan nyawa mereka (negara), bisa terjadi perang nanti kalau Pasifik memaksakan kehendak, pasifik harus tahu itu,"sambungnya.

Olehnya, pihaknya tidak ingin mahasiswa terjebak pada posisi yang merugikan masadepannya. Memikirkan hal yang tidak tahu ujung selesainya.

"Ini akan menghabiskan persiapan mereka untuk bersaing di era pendidikan yang serba kompetitif ini, ini yang saya khawatirkan," ucapnya.

Lembaga Uncen diminta harus tegas dengan keberadaan ULMWP dan KNPB yang terus mencoba masuk ke Uncen. Wacana ditiadakannya PKKMB untuk FISIP sunter menjadi opsi untuk mengantisipasi masuknya kelompok Idiologi Papua Merdeka saat proses PKKMB itu.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3869 seconds (0.1#10.140)