Gagal Diselundupkan ke Malaysia, 3 Bayi Orangutan Dikarantina ke Sibolangit
A
A
A
MEDAN - Tiga bayi orangutan hasil sitaan di Dumai harus dikarantina di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara karena masih membutuhkan perawatan.
Ketiga hewan langka itu sebelumnya akan diselundupkan ke Malaysia menggunakan speedboat melalui Pelabuhan Rakyat di Kota Dumai. Namun aksi penyelundupan bisa digagalkan petugas Bea Cukai Dumai bersama TNI AL dan TNI AD pada 24 Juni 2019.
Bayi orangutan Sumatera itu diberi nama Digo, jantan berusia 2 bulan; Duma, betina berusia 1 tahun; dan Dupa, betina berusia 1,5 tahun. Setelah diamankan ketiga bayi orangutan tersebut kemudian diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau yang selanjutnya diserahkan kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut.
Kepala BBKSDA Sumut Hotmauli Sianturi mengatakan orangutan adalah jenis satwa liar endemik Indonesia yang statusnya sangat terancam punah dan dilindungi di bawah hukum Indonesia. "Membunuh, menangkap, memelihara dan menjual orangutan akan mendapatkan hukuman kurungan selama 5 tahun dan denda sebesar Rp100.000.000," terangnya, Sabtu (29/6/2019).
BBKSDA Sumut bersama dengan Yayasan Ekosistem Lestari melalui Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP) telah menerima tiga bayi orangutan di Pusat Rehabilitasi dan Karantina Orangutan Sibolangit. "Saat ini ketiga orangutan tersebut telah diterima di Pusat Rehabilitasi dan Karantina orangutan yang dikelola SOCP Sibolangit dengan kondisi kelelahan karena perjalanan," ungkapnya.
Dokter Hewan Senior YEL-SOCP Yenny Saraswati menuturkan, ketiga orangutan itu membutuhkan penyesuaian, baik secara lingkungan baru dan kebiasaan dan bergabung dengan orangutan lain yang berada di Pusat Rehabilitasi dan Karantina untuk diarahkan dan dilatih agar mereka dapat kembali kepada keahlian mereka untuk akhirnya dapat hidup kembali ke alam liar.
"Saat kami terima, kondisi fisik ketiga orangutan terlihat agak stres, dengan status dehidrasi ringan. Dua orangutan dalam kondisi sangat kotor. Digo yang paling kecil, terlihat kurang aktif, namun kemauan untuk minum susu masih baik, sedangkan Duma terlihat sangat takut bila melihat orang, sehingga lebih suka berdekatan dengan Dupa daripada manusia," tuturnya.
Menurutnya, pemeriksaan kesehatan lanjutan akan dilakukan untuk mengetahui status kesehatan. "Pada kondisi alam, untuk umur ketiga orangutan ini seharusnya masih sangat bergantung pada induknya, salah satunya untuk susu sebagai asupan gizi," ujar Yenny.
Direktur SOCP Ian Singleton berharap ketiga orangutan ini memiliki kehidupan yang panjang di alam liar dan memiliki keturunan yang dapat berkontribusi terhadap kelangsungan hidup spesiesnya di alam Sumatera.
Ketiga hewan langka itu sebelumnya akan diselundupkan ke Malaysia menggunakan speedboat melalui Pelabuhan Rakyat di Kota Dumai. Namun aksi penyelundupan bisa digagalkan petugas Bea Cukai Dumai bersama TNI AL dan TNI AD pada 24 Juni 2019.
Bayi orangutan Sumatera itu diberi nama Digo, jantan berusia 2 bulan; Duma, betina berusia 1 tahun; dan Dupa, betina berusia 1,5 tahun. Setelah diamankan ketiga bayi orangutan tersebut kemudian diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau yang selanjutnya diserahkan kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut.
Kepala BBKSDA Sumut Hotmauli Sianturi mengatakan orangutan adalah jenis satwa liar endemik Indonesia yang statusnya sangat terancam punah dan dilindungi di bawah hukum Indonesia. "Membunuh, menangkap, memelihara dan menjual orangutan akan mendapatkan hukuman kurungan selama 5 tahun dan denda sebesar Rp100.000.000," terangnya, Sabtu (29/6/2019).
BBKSDA Sumut bersama dengan Yayasan Ekosistem Lestari melalui Program Konservasi Orangutan Sumatera (SOCP) telah menerima tiga bayi orangutan di Pusat Rehabilitasi dan Karantina Orangutan Sibolangit. "Saat ini ketiga orangutan tersebut telah diterima di Pusat Rehabilitasi dan Karantina orangutan yang dikelola SOCP Sibolangit dengan kondisi kelelahan karena perjalanan," ungkapnya.
Dokter Hewan Senior YEL-SOCP Yenny Saraswati menuturkan, ketiga orangutan itu membutuhkan penyesuaian, baik secara lingkungan baru dan kebiasaan dan bergabung dengan orangutan lain yang berada di Pusat Rehabilitasi dan Karantina untuk diarahkan dan dilatih agar mereka dapat kembali kepada keahlian mereka untuk akhirnya dapat hidup kembali ke alam liar.
"Saat kami terima, kondisi fisik ketiga orangutan terlihat agak stres, dengan status dehidrasi ringan. Dua orangutan dalam kondisi sangat kotor. Digo yang paling kecil, terlihat kurang aktif, namun kemauan untuk minum susu masih baik, sedangkan Duma terlihat sangat takut bila melihat orang, sehingga lebih suka berdekatan dengan Dupa daripada manusia," tuturnya.
Menurutnya, pemeriksaan kesehatan lanjutan akan dilakukan untuk mengetahui status kesehatan. "Pada kondisi alam, untuk umur ketiga orangutan ini seharusnya masih sangat bergantung pada induknya, salah satunya untuk susu sebagai asupan gizi," ujar Yenny.
Direktur SOCP Ian Singleton berharap ketiga orangutan ini memiliki kehidupan yang panjang di alam liar dan memiliki keturunan yang dapat berkontribusi terhadap kelangsungan hidup spesiesnya di alam Sumatera.
(shf)