Kisah Unik Penyamaran Kapal Abraham Crijnssen dari Indonesia ke Australia

Minggu, 30 Juni 2019 - 05:00 WIB
Kisah Unik Penyamaran...
Kisah Unik Penyamaran Kapal Abraham Crijnssen dari Indonesia ke Australia
A A A
PENYAMARAN kapal HNLMS Abraham Crijnssen dari Surabaya menuju Australia pada era perang dunia kedua menjadi kisah menarik. Kapal penyapu ranjau milik Kerajaan Belanda ini berkamuflase menjadi sebuah pulau kecil untuk menghindari sergapan pesawat dan kapal perang Jepang.

Invasi pasukan Jepang ke Hindia Belanda (East Indies) pada 1941 membuat kocar-kacir pasukan Belanda yang berkuasa saat itu. Bahkan setelah kekalahan armada laut Belanda dan sekutu oleh Jepang di Laut Jawa dan Selat Sunda, kekuatan armada yang tersisa diperintahkan mundur ke Australia.

Kapal Abraham Crijnssen direncanakan berlayar ke Australia bersama tiga kapal lainnya, namun belakangan diputuskan berlayar sendiri. Khawatir di tengah perjalanan ditemukan oleh pesawat tempur atau kapal perang Jepang yang memiliki persenjataan modern, dicari sejumlah cara untuk menghindarinya.

Kemudian ditemukan ide unik dengan membuat kamuflase atau menyamarkan kapal menjadi seperti kepulauan kecil. Kebetulan di wilayah perairan Indonesia terdapat banyak kepulauan kecil. Kemudian kapal Abraham Crijnssen dicat dengan warna hijau dan ditutupi dengan batang pohon, ranting, serta dedaunan.

Sekilas penampilan kapal berubah seperti kepulauan tropis kecil yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Akhirnya pada 6 Maret 1942 sekitar pukul 21.40 WIB, kapal Abraham Crijnssen yang membawa 47 awak berangkat meninggalkan pelabuhan Surabaya.

Meski sudah menggunakan penyamaran, perjalanan sengaja dilakukan pada malam hari untuk menghindari pesawat tempur dan kapal laut Jepang. Apalagi kecepatan kapal maksimal hanya 15 knot (28 Km/jam) dan persenjataan yang dimiliki tidak memadai, hanya satu senapan 3 inchi dan dua meriam Oerlikon 20 mm.

Pada Minggu, 8 Maret 1942 kapal Abraham Crijnssen tiba di Pulau Sumbawa Besar tanpa diketahui siapa pun, termasuk warga setempat. Selama satu hari awak kapal yang berada di utara Tanjung Sarokaya mengganti ranting pohon yang layu dan daun yang kering, agar kamuflase kapal tetap terjaga.

Kemudian pada pukul 18.45 WIB, kapal mengitari Tanjung Sarokaya untuk memantau situasi di sekitar Sumbawa. Lalu, pukul 23.00 kapal mengitari seluruh teluk Sarokaya dengan kamuflase dan mengisi air bersih.

Selanjutnya, pada Senin 9 Maret 1942, awak kapal menurunkan skoci dan bersenjata untuk menemui sultan Sumbawa dan mencari informasi terkait pasukan Jepang. Pada pukul 15.30 WIB, diketahui Sumbawa bersih dari pasukan Jepang.

Selasa 10 Maret 1942, awak kapal mempersiapkan perbekalan dan mengganti kamuflase kapal untuk menuju Australia. Setelah tiga hari di Sumbawa, kapal melanjutkan perjalanan dan tiba di Fremantle, Australia Barat, pada 20 Maret 1942.

Kapal Abraham Crijnssen merupakan kapal terakhir yang berhasil lolos dari sergapan pasukan Jepang di Jawa. Kapal Abraham Crijnssen jadi satu-satunya kapal penyapu ranjau kelas Jan van Amstel dari Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang tersisa.

Kapal Abraham Crijnssen merupakan kapal ketiga dari delapan kapal kelas Jan van Amstel yang dibangun oleh Werf Gusto di Schiedam, Belanda Selatan, pada 1930-an. Kapal yang memiliki panjang 56 meter (184 feet), lebar 7,6 meter (25 feet), dan bobot 525 ton ini, diluncurkan pada 22 September 1936 dan bertugas pada 26 Mei 1937.

Pada 1960, kapal Abraham Crijnssen diserahkan ke Netherlands Sea Cadet Corps sebagai kapal latih. Pada 1995, kapal Abraham Crijnssen diberikan kepada Dutch Navy Museum sebagai museum kapal perang di Den Helder, Belanda.
Diolah dari berbagai sumber;

Wikipedia.org
Cerpen.co.id
Tipsiana.com
Rarehistoricalphotos.com
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5992 seconds (0.1#10.140)