BTNT Klarifikasi Soal Empat Wartawan Terlantar di Lereng Tambora
A
A
A
MEDAN - Balai Taman Nasional Tambora (BTNT) mengklarifikasi terkait terlantaranya empat wartawan di tengah hutan Lereng Tambora, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Terlantarnya empat wartawan di tengah hutan itu karena ada miskomunikasi panitia.
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Tambora,
Murlan Dameria Pane mengatakan, kejadian itu terjadi akibat adanya miskomunikasi segenap panitia dan undangan seperti Bumdes, Pemerintah Desa, BTNT dan wartawan yang hadir.
Murlan pun membantah jika hal itu ada unsur kesengajaan untuk meninggalkan empat wartawan di tengah hutan lereng Gunung Tambora seperti dalam pemberitaan sebelumnya di SINDOnews.com.
Terlebih lagi, cuaca mendung yang tidak mendukung untuk terus bertahan di tengah hutan karena dikhawatirkan terjadi hujan, sehingga ke tiga mobil tersebut harus balik ke kantor balai taman nasional.
"Jika terjadi hujan, dikhawatirkan kendaraan roda empat tak bisa turun dari lereng Tambora karena melewati dua sungai. Saat berangkat saja, satu mobil sempat kandas di sungai yang airnya masih kecil. Namun beruntung dua mobil lainnya berhasil menarik keluar dengan menggunakan sling," terang Murlan saat menggelar Konferensi Pers di Kantor Desa Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis 4 April 2019 sore.
Seperti yang diketahui, lokasi menuju rumah madu di lereng tambora memang melewati medan yang cukup berbahaya. Saat berangkat pun, beberapa kali kendaraan mendapat masalah sehingga tiba di lokasi tidak sesuai wartu yang ditargetkan.
Di samping itu, kegiatan panen madu di lokasi pertama pun gagal terencana akibat cuaca mendung yang tidak mendukung. Dipastikan jika terjadi hujan, maka tiga unit kendaraan roda empat, tidak akan bisa pulang dan semuanya bisa tertahan ditengah hutan.
"Dan diharapkan semua pihak terutama wartawan, untuk dapat mengerti kondisi pada saat itu yang terkadang pelaksanaan kegiatan tidak sesuai rencana karena, memang demikianlah resikonya jika pelaksanaan di lereng gunung" tambahnya
Sementara itu, dalam konferensi pers juga pihak BTNT menjalaskan, jika posisi mereka pada kegiatan panen raya madu tersebut sama seperti wartawan sebagai pihak yang diundang oleh panitia Bumdes dan Pemerintah desa.
Hanya saja dalam hal itu, pihaknya ikut membantu Pemerintah Dasa Piong untuk menyumbang tiga kendaraan dinas agar dipakai mengangkut seluruh panitia, peserta dan konsumsi.
"Kepala desa piong meminta Taman Nasional agar bisa membantu dengan memberikan pinjaman kendaraannya untuk digunakan dalam panen raya tersebut" tutur murlan.
Dikatakanya, tiga unit mobil milik BTNT merupakan kendaraan negara yang siap dipakai oleh pemerintah desa untuk kegiatan menyangkut hajatan orang banyak, sebab hal itu merupakan tugas pokok BTNT semasih dalam mendukung pengelolaan taman nasional tambora.
"Hubungan kami dengan Pemdes Piong, terjalin sejak lama agar dapat membangun taman nasional ini lebih baik. Salah satunya adalah pemanfaatan sumber daya alam madu hutan sebagai mata pencaharian warga" tutupnya.
Ditempat yang sama, Pemerintah Desa melalui Sekretaris Desa Piong, Syarif Hidayatullah, meminta maaf atas kejadian ini kepada empat orang wartawan yang terlantar di lereng tambora.
Diakuinya, dari awal panitia yang menggelar panen raya madu, masih memiliki kekurangan persiapan seperti kendaraan dan konsumsi. Sehingga harus meminta bantuan kepada pihak BTNT.
"Kami dari pemerintah desa meminta maaf atas kejadian tersebut. Akibat miskomunikasi, menyebabkan empat wartawan yakni Edy Irawan ( MNC Group), Azhar Iskandar (NET TV), Agus Gunawan (Metromini.com) dan Hermansyah (Bimeks) yang kami undang dalam kegiatan panen raya madu, bisa terlantar di tengah hutan lereng tambora" Akui Syarif.
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Tambora,
Murlan Dameria Pane mengatakan, kejadian itu terjadi akibat adanya miskomunikasi segenap panitia dan undangan seperti Bumdes, Pemerintah Desa, BTNT dan wartawan yang hadir.
Murlan pun membantah jika hal itu ada unsur kesengajaan untuk meninggalkan empat wartawan di tengah hutan lereng Gunung Tambora seperti dalam pemberitaan sebelumnya di SINDOnews.com.
Terlebih lagi, cuaca mendung yang tidak mendukung untuk terus bertahan di tengah hutan karena dikhawatirkan terjadi hujan, sehingga ke tiga mobil tersebut harus balik ke kantor balai taman nasional.
"Jika terjadi hujan, dikhawatirkan kendaraan roda empat tak bisa turun dari lereng Tambora karena melewati dua sungai. Saat berangkat saja, satu mobil sempat kandas di sungai yang airnya masih kecil. Namun beruntung dua mobil lainnya berhasil menarik keluar dengan menggunakan sling," terang Murlan saat menggelar Konferensi Pers di Kantor Desa Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis 4 April 2019 sore.
Seperti yang diketahui, lokasi menuju rumah madu di lereng tambora memang melewati medan yang cukup berbahaya. Saat berangkat pun, beberapa kali kendaraan mendapat masalah sehingga tiba di lokasi tidak sesuai wartu yang ditargetkan.
Di samping itu, kegiatan panen madu di lokasi pertama pun gagal terencana akibat cuaca mendung yang tidak mendukung. Dipastikan jika terjadi hujan, maka tiga unit kendaraan roda empat, tidak akan bisa pulang dan semuanya bisa tertahan ditengah hutan.
"Dan diharapkan semua pihak terutama wartawan, untuk dapat mengerti kondisi pada saat itu yang terkadang pelaksanaan kegiatan tidak sesuai rencana karena, memang demikianlah resikonya jika pelaksanaan di lereng gunung" tambahnya
Sementara itu, dalam konferensi pers juga pihak BTNT menjalaskan, jika posisi mereka pada kegiatan panen raya madu tersebut sama seperti wartawan sebagai pihak yang diundang oleh panitia Bumdes dan Pemerintah desa.
Hanya saja dalam hal itu, pihaknya ikut membantu Pemerintah Dasa Piong untuk menyumbang tiga kendaraan dinas agar dipakai mengangkut seluruh panitia, peserta dan konsumsi.
"Kepala desa piong meminta Taman Nasional agar bisa membantu dengan memberikan pinjaman kendaraannya untuk digunakan dalam panen raya tersebut" tutur murlan.
Dikatakanya, tiga unit mobil milik BTNT merupakan kendaraan negara yang siap dipakai oleh pemerintah desa untuk kegiatan menyangkut hajatan orang banyak, sebab hal itu merupakan tugas pokok BTNT semasih dalam mendukung pengelolaan taman nasional tambora.
"Hubungan kami dengan Pemdes Piong, terjalin sejak lama agar dapat membangun taman nasional ini lebih baik. Salah satunya adalah pemanfaatan sumber daya alam madu hutan sebagai mata pencaharian warga" tutupnya.
Ditempat yang sama, Pemerintah Desa melalui Sekretaris Desa Piong, Syarif Hidayatullah, meminta maaf atas kejadian ini kepada empat orang wartawan yang terlantar di lereng tambora.
Diakuinya, dari awal panitia yang menggelar panen raya madu, masih memiliki kekurangan persiapan seperti kendaraan dan konsumsi. Sehingga harus meminta bantuan kepada pihak BTNT.
"Kami dari pemerintah desa meminta maaf atas kejadian tersebut. Akibat miskomunikasi, menyebabkan empat wartawan yakni Edy Irawan ( MNC Group), Azhar Iskandar (NET TV), Agus Gunawan (Metromini.com) dan Hermansyah (Bimeks) yang kami undang dalam kegiatan panen raya madu, bisa terlantar di tengah hutan lereng tambora" Akui Syarif.
(mhd)