Kisah Serda Yusdin, Prajurit Kopassus yang Gugur di Papua
A
A
A
LUWU - Serda Yusdin anggota Satgas Kopassus yang gugur karena dikepung puluhan anggota Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya adalah anak pertama dari empat bersaudara. Bintara TNI AD yang bertugas di Kopassus dan di-BKO-kan di Kodam XVII/Cenderawasih ini merupakan putera Sanatang dan Emmi yang bekerja sebagai petani di Kabupaten Luwu.
Menurut orang tua Almarhum Ibu Emmi, anaknya Yusdin merupakan tulang punggung keluarganya. "Yusdin lah yang membiayai ketiga adiknya Neni Handriani anak kedua (kuliah); Ramlan anak ketiga hingga tamat SMA dan Fajrin (10) kelas 5 SD. Dia anak yang baik, semasa hidupnya baik sama setiap orang," kata Ibu Emmi dengan terisak.
Menurut Emmi, Yusdin adalah salah satu putera di kampung halamannya di Desa Pongko yang berhasil menjadi anggota TNI. Sejak kecil Yusdin memang bercita-cita menjadi anggota TNI. Emma mengaku tidak mendapat firasat mengenai kepergian putera pertamanya itu. Dia juga meminta maaf jika puteranya ada melakukan sesuatu yang kurang berkenan.
Dia mengaku mengenai gugurnya anaknya mendapat kabar dari kesatuannya dan dari Istri Wakil Bupati Luwu. Dia mengaku jika jenazah Yusdin akan diberangkatkan dari Papua, Jumat besok pukul 12.00 waktu setempat. "Diterbangkan dari Papua langsung menuju Makassar dan rencanakan jenazah Almarhum akan diberangkatkan dari Makassar ke Luwu melalui jalur darat," kata dia.
Sementara Istri Wakil Bupati Luwu Elnita Pakolo mengatakan, dirinya terpukul begitu mengetahui Yusdin gugur setelah tugas di Papua. "Walaupun dia bukan anak kandung saya bahkan bukan keluarga saya, tapi sudah saya anggap seperti anak sendiri," kata Elnita.
Elnita menerangkan, Yusdin lulus menjadi anggota TNI pada 2015 dan langsung bertugas di Ambon. Setelah itu, dia mendaftar di kesatuan Kopassus dan lulus tahun 2016. "Saya dekat dengan Almarhum dan keluarganya. Mereka bisa saya katakan keluarga kurang mampu, namun almarhum bisa lulus seleksi menjadi anggota TNI dengan keterbatasannya.
Menurut Elnita, waktu pelantikan atau pembaretan menjadi anggota Kopassus di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah keluarga Almarhum (orang tuanya) tidak hadir karena faktor biaya. "Jadi saya mewakili keluarga dan menghadiri pelantikannya di Kopassus. Usai Pilkada kemarin, saya sempat komunikasi di telepon. Dia ucapkan selamat atas kemenangan Bapak (Syukur Bijak). Almarhum memang panggil saya Mama dan Syukur Bijak dipanggilnya Bapak," ungkap Elnita.
Menurut dia, bulan Desember 2018 almarhum cuti selama tiga minggu. Namun baru tiga hari di kampung sudah ada panggilan pulang."Dia bilang ada panggilan penugasan ke Papua jadi harus berangkat hari itu juga ke Cilacap untuk latihan sebelum ke Papua," timpalnya.
Sementara untuk kepulangan jenazahnya, Elnita juga mengaku sudah bicara dengan Dantonnya atas nama Robert yang kebetulan masih ada hubungan keluarga. Bahwa rencananya, jenazah Serda Yusdin langsung diberangkatkan ke Makassar selanjutnya menuju kampung halaman di Desa Pongko, Kabupaten Luwu.
Menurut orang tua Almarhum Ibu Emmi, anaknya Yusdin merupakan tulang punggung keluarganya. "Yusdin lah yang membiayai ketiga adiknya Neni Handriani anak kedua (kuliah); Ramlan anak ketiga hingga tamat SMA dan Fajrin (10) kelas 5 SD. Dia anak yang baik, semasa hidupnya baik sama setiap orang," kata Ibu Emmi dengan terisak.
Menurut Emmi, Yusdin adalah salah satu putera di kampung halamannya di Desa Pongko yang berhasil menjadi anggota TNI. Sejak kecil Yusdin memang bercita-cita menjadi anggota TNI. Emma mengaku tidak mendapat firasat mengenai kepergian putera pertamanya itu. Dia juga meminta maaf jika puteranya ada melakukan sesuatu yang kurang berkenan.
Dia mengaku mengenai gugurnya anaknya mendapat kabar dari kesatuannya dan dari Istri Wakil Bupati Luwu. Dia mengaku jika jenazah Yusdin akan diberangkatkan dari Papua, Jumat besok pukul 12.00 waktu setempat. "Diterbangkan dari Papua langsung menuju Makassar dan rencanakan jenazah Almarhum akan diberangkatkan dari Makassar ke Luwu melalui jalur darat," kata dia.
Sementara Istri Wakil Bupati Luwu Elnita Pakolo mengatakan, dirinya terpukul begitu mengetahui Yusdin gugur setelah tugas di Papua. "Walaupun dia bukan anak kandung saya bahkan bukan keluarga saya, tapi sudah saya anggap seperti anak sendiri," kata Elnita.
Elnita menerangkan, Yusdin lulus menjadi anggota TNI pada 2015 dan langsung bertugas di Ambon. Setelah itu, dia mendaftar di kesatuan Kopassus dan lulus tahun 2016. "Saya dekat dengan Almarhum dan keluarganya. Mereka bisa saya katakan keluarga kurang mampu, namun almarhum bisa lulus seleksi menjadi anggota TNI dengan keterbatasannya.
Menurut Elnita, waktu pelantikan atau pembaretan menjadi anggota Kopassus di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah keluarga Almarhum (orang tuanya) tidak hadir karena faktor biaya. "Jadi saya mewakili keluarga dan menghadiri pelantikannya di Kopassus. Usai Pilkada kemarin, saya sempat komunikasi di telepon. Dia ucapkan selamat atas kemenangan Bapak (Syukur Bijak). Almarhum memang panggil saya Mama dan Syukur Bijak dipanggilnya Bapak," ungkap Elnita.
Menurut dia, bulan Desember 2018 almarhum cuti selama tiga minggu. Namun baru tiga hari di kampung sudah ada panggilan pulang."Dia bilang ada panggilan penugasan ke Papua jadi harus berangkat hari itu juga ke Cilacap untuk latihan sebelum ke Papua," timpalnya.
Sementara untuk kepulangan jenazahnya, Elnita juga mengaku sudah bicara dengan Dantonnya atas nama Robert yang kebetulan masih ada hubungan keluarga. Bahwa rencananya, jenazah Serda Yusdin langsung diberangkatkan ke Makassar selanjutnya menuju kampung halaman di Desa Pongko, Kabupaten Luwu.
(sms)