Misteri Batu Meja, Peninggalan Prasejarah Tempat Pemujaan di Pangandaran

Sabtu, 02 Maret 2019 - 05:00 WIB
Misteri Batu Meja, Peninggalan...
Misteri Batu Meja, Peninggalan Prasejarah Tempat Pemujaan di Pangandaran
A A A
Keberadaan batu meja di Dusun Kalapatiga, Desa Babakan, Kecamatan, Kabupaten Pangandaran menjadi teka teki yang hingga kini belum terpecahkan.

Sebagian besar tokoh masyarakat dan pelaku budaya memiliki asumsi bahwa batu meja tersebut merupakan peninggalan prasejarah yang biasa dijadikan fasilitas untuk pemujaan.

Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Aceng Hasim mengatakan, batu meja tersebut biasa disebut menhir atau pelinggih.

"Menhir atau pelinggih merupakan tinggalan kebudayaan masa prasejarah yang biasanya dibangun di sebuah bukit atau pegunungan," kata Aceng.

Namun batu meja yang saat ini masih menjadi pembahasan, keberadaannya justru dibangun di dataran rendah dan ada di wilayah permukiman warga. "Batu meja tersebut bahkan sangat dekat dengan lokasi pantai," tambah Aceng.

Aceng menambahkan, batu meja tersebut diyakini merupakan benda tinggalan sejarah yang termasuk pada periode megalitikum kisaran tahun 1000 sebelum masehi.

"Benda bersejarah berbentuk meja terbuat dari batu, diperkirakan digunakan oleh manusia prasejarah sebagai tempat menyimpan sesaji untuk sesembahan kepada leluhur," papar Aceng.

Aceng menjelaskan, biasanya batu meja dibangun oleh masyarakat prasejarah di sebuah bukit, karena fungsinya sebagai tempat menyimpan sesaji untuk sesembahan. "Manusia prasejarah pada periode megalitikum menggunakan perkakas batu untuk berbagai keperluan," jelasnya.

Pada tahun 1000 sebelum masehi, masyarakat sudah menghasilkan benda peninggalan seperti dolmen, sarkofagus dan arca dinamis. "Dari sekian peninggalan pada jaman prasejarah, masih menggunakan batu kasar untuk membentuk benda-benda," terang Aceng.

Pada jaman itu, masyarakat prasejarah mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup dari cara berburu dan meramu.

Pada masa tersebut juga melakukan kegiatan pertanian secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

"Bahkan mereka juga sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme, selain itu manusia pada jaman megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohani," katanya.

Aceng mengaku, pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk meneliti secara detail keberadaan batu meja itu.

"Jika benar batu meja tersebut merupakan benda peninggalan jaman prasejarah, kami akan proses untuk pemeliharaan dan melindungi aset tersebut," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6291 seconds (0.1#10.140)