Misteri Si Layung dan Si Kohkol Penjaga Gaib Situ Cibeureum

Minggu, 03 Februari 2019 - 05:00 WIB
Misteri Si Layung dan...
Misteri Si Layung dan Si Kohkol Penjaga Gaib Situ Cibeureum
A A A
Sisi mistis Situ Cibeureum di Kota Tasikmalaya masih kerap diperbincangkan, terutama oleh masyarakat sekitar. Situ Cibeureum dipercaya memiliki penjaga gaib agar kelestarian dan keasrian danau alam yang berusia tua ini tetap utuh.

Berdasarkan perbincangan penulis dengan kuncen atau juru kunci Situ Cibeureum, Atang yang beberapa tahun lalu sudah meninggal dunia, terdapat dua penjaga di Situ Cibeureum yaitu berupa ikan. Keberadaan penjaga gaib ini dipercaya membuat danau yang terletak di tengah perkampungan warga Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, masih terawat alami serta tidak tersentuh kreasi pemerintah untuk dijadikan objek wisata sampai sekarang.

Dua sosok penjaga itu dikenal dengan nama Si Layung dan Si Kohkol, berupa ikan yang pada waktu tertentu kerap menampakkan diri. Si Layung berjenis Ikan Mas yang akan muncul kalau air meluap. Karena warnanya merah, permukaan air terlihat kemerahan sehingga warga menamai "Cibeureum" atau air yang berwarna merah.

Si Layung pun dikabarkan bisa membesar dan mengecil. Dia muncul sekitar pukul 11.00 WIB yang sebelumnya ditandai dengan air beriak yang menurut warga sebatas mengontrol situasi agar situ tetap terjaga. Jika ada yang berbuat tak senonoh atau membuang sesuatu ke tengah danau, Si Layung akan menampakkan diri dengan air bergelombang sebagai ekspresi kemarahan.

“Jadi siapa saja yang membuang sampah sembarangan atau ada yang berbuat mesum di situ tersebut dipastikan terjadi yang tidak diinginkan,” kata Atang ketika itu.

Kemudian Si Kohkol berupa ikan "deleg" seperti ikan Nilam besar yang datang satu minggu sekali. Ikan ini dikisahkan penjaga semua situ yang ada di Tasikmalaya sampai Ciamis. Di Situ Cibeureum terdapat nama Si Kohkol, begitupun di Situ Geude dan Situ Panjalu Ciamis. Pekerjaan Si Kohkol berkeliling dari situ yang satu ke situ yang lain.

Warnanya bermotif dengan ukuran sebesar pentungan masjid yang menampakkan diri ditandai dengan melimpahnya ikan-ikan kecil seolah berbahagia dikunjungi pimpinannya. "Pokoknya ikan-ikan kecil mendadak muncul seolah bergembira sehingga banyak warga yang mendadak mengail ikan. Jika waktu itu tiba, pertanda Si Kohkol datang," kata Atang.

Si Kohkol juga lebih suka menampakkan diri di pinggir situ, berbeda dengan Si Layung di tengah Situ. Warga selalu berbondong-bondong melihat keberadaan Ikan ini meski jarang sekali dijumpai. "Tapi Si Kohkol dan Si Layung itu benar adanya kok. Silakan saja Bapak berbuat yang tidak-tidak. Dijamin akan ada riak air seperti ombak," ujar Atang meyakinkan.

Atang pun merasa tidak khawatir akan kealamian Situ Cibeureum karena siapa saja yang melanggar larangan selalu ketiban sial mulai dari kesurupan sampai meninggal dunia tenggelam di Situ Cibeureum.

"Intinya mari sama-sama kita rawat situ ini karena mereka juga sama seperti manusia memiliki kehidupan. Tidak merawat situ sama halnya membunuh kehidupan mereka karena situ bermanfaat bagi manusi juga," tuturnya.

Keberadaan Situ Cibeureum memang sangat bermanfaat. Selain menjadi sumber pengairan pesawahan di Kecamatan Tamansari, juga menjadi mata pencaharian warga karena ketika air melimpah mendapat ikan, ketika air kemarau menjadi tempat mengembala kambing.

Bahkan seiring perkembangan jaman, nusa atau pulau kecil tengah situ menjadi Bumi Perkemahan meski diseberangnya terdapat enam makam keramat yakni makam Ki Bagus Djamri, Syeh Majagung, Dambawati, Sugrianingrat, Ratnaningru dan Ratnawulan.

Makam-makam tersebut merupakan Priyayi Padjadjaran dan Sumedang yang hidup di era Galuh Pakuan sampai Mataram. Jadi selain Si Layung dan Si Kohkol tadi, banyak juga warga yang sekadar berziarah ke makam yang terletak di pinggir Situ Cibeureum. "Tong cawokah. Eta wae pesenna teh (Jangan bicara sembarangan. Itu saja pesannya)," kata Atang mengakhiri perbicangan.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3147 seconds (0.1#10.140)