Dukung Sumsel Bebas Pasung, Ini Saran Benny Atasi Masalah Kejiwaan
A
A
A
JAKARTA - Pengetahuan masyarakat terkait deteksi dini masalah kejiwaan kerap dianggap sepele. Padahal jika ada menemukan seseorang dengan indikasi gangguan kejiwaan bisa berakibat fatal, bila dibiarkan dan tidak ditangani secara serius.
Di Sumatera Selatan (Sumsel), dinas kesehatan provinsi setempat mencatat terdapat sekitar 7.300 kasus gangguan jiwa. Dari angka itu, beberapa kabupaten tertinggi kasus gangguan jiwa, seperti Musi Banyuasin (Muba), Musirawas dan Empat Lawang.
Salah satu dosen keperawatan deteksi dini ODGJ STIK Bina Husada Palembang, Mareta Akhiriansyah mengatakan, dari angka 7.300 kasus gangguan jiwa tersebut, 374 orang di antaranya adalah pasien yang dipasung.
Menanggapi persoalan gangguan kejiwaan ini, tokoh masyarakat Sumsel, Benny Martha Tatung mengungkapkan keprihatinannya atas banyaknya warga Sumsel yang mengalami kejiwaan. Menurutnya, perlu adanya sinergi antara pemerintah dan seluruh pihak agar masalah ini bisa segera diatasi.
"Masalah seperti (pasung) pasti membuat kita terenyuh hati. Bagaimana tidak, saudara kita mengalami masalah yang cukup berat, apalagi kalau mereka berakhir dengan cara dipasung. Harus ada strategi pemerintah supaya masalah ini bisa diatasi," kata caleg DPR RI Dapil Sumsel II ini, Kamis (31/1/2019).
Menurut dia, penatalaksanaaan masalah kesehatan jiwa tidak bisa dilepas ke RS saja. Harus ada koordinasi lintas sektor, mulai dinas kesehatan, pendidikan, puskesmas hingg RS jiwa. Semuanya harus bergerak. Jika pemerintah dan lintas sektor lainnya bekerja sama, Benny Tatung optimistis angka pasien gangguan jiwa ini bisa menurun.
"Hal yang perlu diingat adalah sasarannya yakni masyarakat. Jangan saat ketika pasien sudah parah baru dibawa ke rumah sakit," katanya.
Caleg dari Partai Golkar ini juga menyatakan sangat mendukung program Sumsel bebas pasung 2019.
"Harusnya mereka yang sakit itu diobati bukan malah dipasung. Kita dorong pemerintah agar segera atasi dan cegah persoalan kejiwaan di Sumsel," tutupnya.
Di Sumatera Selatan (Sumsel), dinas kesehatan provinsi setempat mencatat terdapat sekitar 7.300 kasus gangguan jiwa. Dari angka itu, beberapa kabupaten tertinggi kasus gangguan jiwa, seperti Musi Banyuasin (Muba), Musirawas dan Empat Lawang.
Salah satu dosen keperawatan deteksi dini ODGJ STIK Bina Husada Palembang, Mareta Akhiriansyah mengatakan, dari angka 7.300 kasus gangguan jiwa tersebut, 374 orang di antaranya adalah pasien yang dipasung.
Menanggapi persoalan gangguan kejiwaan ini, tokoh masyarakat Sumsel, Benny Martha Tatung mengungkapkan keprihatinannya atas banyaknya warga Sumsel yang mengalami kejiwaan. Menurutnya, perlu adanya sinergi antara pemerintah dan seluruh pihak agar masalah ini bisa segera diatasi.
"Masalah seperti (pasung) pasti membuat kita terenyuh hati. Bagaimana tidak, saudara kita mengalami masalah yang cukup berat, apalagi kalau mereka berakhir dengan cara dipasung. Harus ada strategi pemerintah supaya masalah ini bisa diatasi," kata caleg DPR RI Dapil Sumsel II ini, Kamis (31/1/2019).
Menurut dia, penatalaksanaaan masalah kesehatan jiwa tidak bisa dilepas ke RS saja. Harus ada koordinasi lintas sektor, mulai dinas kesehatan, pendidikan, puskesmas hingg RS jiwa. Semuanya harus bergerak. Jika pemerintah dan lintas sektor lainnya bekerja sama, Benny Tatung optimistis angka pasien gangguan jiwa ini bisa menurun.
"Hal yang perlu diingat adalah sasarannya yakni masyarakat. Jangan saat ketika pasien sudah parah baru dibawa ke rumah sakit," katanya.
Caleg dari Partai Golkar ini juga menyatakan sangat mendukung program Sumsel bebas pasung 2019.
"Harusnya mereka yang sakit itu diobati bukan malah dipasung. Kita dorong pemerintah agar segera atasi dan cegah persoalan kejiwaan di Sumsel," tutupnya.
(mhd)