Gunung Agung Kembali Erupsi Hujan Abu Disertai Pasir
A
A
A
KARANGASEM - Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, kembali erupsi pada pukul 03.18 WITA dini hari tadi (23/1/2019). Hal ini berdampak pada hujan abu disertai pasir dan bau belerang di sebagian besar wilayah Desa Datah, Kecamatan Abang, Karangasem.
Warga setempat mengatakan hujan abu terjadi sejak pukul 4 hingga 5 pagi tadi. Kondisi hujan membuat abu dan pasir membentuk lumpur. Kasi Kesra Desa Datah, Gede Jingga menuturkan, dari 14 banjar, ada 4 banjar yang dilanda hujan abu dan pasir. Empat banjar tersebut masuk dalam kawasan rawan bencana tiga, berjarak 6-7 km dari kawah Gunung Agung.
“Tak hanya hujan abu dan pasir, warga juga sempat mencium bau belerang. Ketidaktahunan warga terhadap bahaya abu vulkanik warga membuat enggan memakai masker,” kata Gede Jingga.
Lumpur abu dan pasir juga menyelimuti ladang jagung warga. Warga kini mulai resah karena takut tanaman jagungnya mati akibat abu vulkanik. Selain itu warga khawatir rumput akan layu sebab telah lama.
Warga Desa Datah, Lub Minis mengaku mereka menanti musim hujan setelah lama kemarau. Sebab, hanya saat musim hujan warga dapat dengan mudah memperoleh rumput untuk makanan ternak. Rumput yang terkena abu membuat warga harus mencuci terlebih dahulu sebelum diberikan ternak.
Warga setempat mengatakan hujan abu terjadi sejak pukul 4 hingga 5 pagi tadi. Kondisi hujan membuat abu dan pasir membentuk lumpur. Kasi Kesra Desa Datah, Gede Jingga menuturkan, dari 14 banjar, ada 4 banjar yang dilanda hujan abu dan pasir. Empat banjar tersebut masuk dalam kawasan rawan bencana tiga, berjarak 6-7 km dari kawah Gunung Agung.
“Tak hanya hujan abu dan pasir, warga juga sempat mencium bau belerang. Ketidaktahunan warga terhadap bahaya abu vulkanik warga membuat enggan memakai masker,” kata Gede Jingga.
Lumpur abu dan pasir juga menyelimuti ladang jagung warga. Warga kini mulai resah karena takut tanaman jagungnya mati akibat abu vulkanik. Selain itu warga khawatir rumput akan layu sebab telah lama.
Warga Desa Datah, Lub Minis mengaku mereka menanti musim hujan setelah lama kemarau. Sebab, hanya saat musim hujan warga dapat dengan mudah memperoleh rumput untuk makanan ternak. Rumput yang terkena abu membuat warga harus mencuci terlebih dahulu sebelum diberikan ternak.
(rhs)