Korban Banjir Kebumen Terserang Gatal-gatal, Sebagian Tolak Mengungsi
A
A
A
KEBUMEN - Sejumlah warga korban banjir di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Jawa Tengah mulai terserang gatal-gatal. Mereka meminta bantuan obat-obatan berupa salep untuk mengatasi penyakit akibat kulit tubuhnya kerap terendam banjir yang kotor.
"Untuk warga (korban banjir) sudah mulai minta salep. Kemudian, mereka yang tinggal di daerah yang mulai kering juga (minta),” kata Kapolres Kebumen Banjir Kebumen, AKBP Robert Pardede, Jumat (18/1/2019).
Dia mengatakan, kebanyakan warga terserang gatal-gatal adalah yang menolak mengungsi. Mereka bertahan di rumah masing-masing untuk menjaga harta benda. Apalagi, bangunan rumah mereka juga telah ditinggikan sehingga banjir hanya merendam ruas jalan.
"Meski dalam rumah tidak terkena banjir tapi ketika mereka nongkrong-nongkrong di depan rumah kan kakinya ditaruh di air. Selain itu, di belakang rumahnya itu digunakan untuk kandang hewan, sehingga airnya jadi satu (kotor)," tuturnya.
Menurutnya, sebagian warga yang menolak mengungsi antara lain dari Desa Sidobunder, Desa Sidodadi, dan Madurejo. Sisanya tetap mau pindah ke tempat aman. Meski demikian, warga yang memilih bertahan di rumah tetap mendapat perhatian relawan gabungan.
“Mereka tetap dikirimi logisitik berupa makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Bahkan tadi ada salah seorang warga yang dijemput menggunakan kapal karet milik Kodim. Karena yang bersangkutan terkena typus dan harus dirawat di puskesmas,” jelasnya.
"Untuk warga (korban banjir) sudah mulai minta salep. Kemudian, mereka yang tinggal di daerah yang mulai kering juga (minta),” kata Kapolres Kebumen Banjir Kebumen, AKBP Robert Pardede, Jumat (18/1/2019).
Dia mengatakan, kebanyakan warga terserang gatal-gatal adalah yang menolak mengungsi. Mereka bertahan di rumah masing-masing untuk menjaga harta benda. Apalagi, bangunan rumah mereka juga telah ditinggikan sehingga banjir hanya merendam ruas jalan.
"Meski dalam rumah tidak terkena banjir tapi ketika mereka nongkrong-nongkrong di depan rumah kan kakinya ditaruh di air. Selain itu, di belakang rumahnya itu digunakan untuk kandang hewan, sehingga airnya jadi satu (kotor)," tuturnya.
Menurutnya, sebagian warga yang menolak mengungsi antara lain dari Desa Sidobunder, Desa Sidodadi, dan Madurejo. Sisanya tetap mau pindah ke tempat aman. Meski demikian, warga yang memilih bertahan di rumah tetap mendapat perhatian relawan gabungan.
“Mereka tetap dikirimi logisitik berupa makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Bahkan tadi ada salah seorang warga yang dijemput menggunakan kapal karet milik Kodim. Karena yang bersangkutan terkena typus dan harus dirawat di puskesmas,” jelasnya.
(rhs)