Jembatan Kereta Api Cikacepit, Bangunan Bersejarah yang Tergerus Zaman
A
A
A
Jembatan Cikacepit yang berada di jalur kereta api Banjar-Cijulang merupakan bangunan bernilai sejarah dan arsitektur tinggi. Namun, saat ini kondisi salah satu jembatan kereta api terpanjang di Indonesia ini tergerus zaman dan tangan jahil.
Jalur Kereta Api Banjar-Cijulang yang pembangunannya selesai pada 1 Juni 1921 menyimpan berbagai karya bangunan bernilai tinggi sekaligus bersejarah. Jalur kereta api sepanjang sekitar 82 Kilometer (Km) ini memiliki 4 terowongan dan banyak jembatan berarsitektur menarik.
Salah satu bangunan jembatan yang terkenal adalah Jembatan Cikacepit yang terletak di Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Jembatan ini untuk menghubungkan antara Stasiun Kalipucang dengan Stasiun Sumber.
Pembangunan Jembatan ini juga di kaitkan dengan pembangunan jalur kereta api petak Banjar-Stasiun Kalipucang pada 1916-1921 dan diteruskan ke Stasiun Cijulang. Jembatan ini menjadi mahakarya yang sangat mengagumkan pada zamannya karena jembatan seolah-olah menggantung di awan.
Jembatan Cikacepit atau dulu disebut Jembatan Tjipamottan ini mempunyai panjang sekitar 290 meter dengan lebar 1,70 meter dan tinggi dari permukaan tanah sekitar 100 meter tanpa pelindung di kiri-kanan jembatan. Pelindung untuk orang yang menyeberang justru adanya di bawah, sehingga orang harus meniti tangga lebih dulu.
Dari sisi ukuran Jembatan Cikacepit hanya kalah dari Jembatan Cikubang yang terletak di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Jembatan Cikubang memiliki panjang sekitar 300 meter dan ketinggian 80 meter dari permukaan Sungai Cikubang.
Selain itu, Jembatan Cikubang yang mulai digunakan sejak 1906 dan dikenal sebagai jembatan kereta api terpanjang di Indonesia ini masih digunakan. Sedangkan Jembatan Cikacepit sudah tidak digunakan sejak 1 Februari 1982 seiring ditutupnya jalur kereta api Banjar Cijulang.
Sejak itu pula jembatan yang dibangun para insinyur dari biro konstruksi JH JANSSEN yang dikepalai I. WOUTERS mulai dilupakan tergerus zaman. Bahkan konstruksi jembatan yang pembangunannya menghabiskan mounting besi sebesar 1.643 ton, mulai dipereteli tangan-tangan jahil.
Jembatan ini pernah diperbaiki dan beberapa lokomotif seperti Lokomotif BB300 dan Lokomotif D301 sempat melintas pada tahun 1992, namun akhirnya ditutup kembali. Padahal jembatan yang terbuat dari rangka besi baja berwarna perak pada masanya menyimpan panorama menarik bagi pengguna kereta api.
Dari atas jembatan, dapat dilihat jelas aliran air dari selokan Cikacepit yang berada di bawahnya. Di kejauhan sebelah timur laut tampak perairan Segara Anakan, bayangan lebatnya hutan di Pulau Nusakambangan dan pabrik-pabrik di sepanjang pantai Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Bila malam hari, dari pabrik-pabrik itu dan perkampungan penduduk di Segara Anakan yang disebut dengan Kampung Laut akan terlihat cahaya kerlap-kerlip lampu penerangan. Di sebelah barat daya dan selatan jembatan Cikacepit terbentang tinggi Pegunungan Kabupaten Pangandaran dengan lembah-lembahnya yang curam.
Selepas dari jembatan Cikacepit, jalur KA Banjar-Cijulang akan menyusuri tebing pegunungan kira-kira sepanjang 250 meter kemudian menyeberangi jembatan Cimandala sepanjang sekitar 150 meter dengan ketinggian 75 meter. Konstruksi jembatan Cimandala ini hampir sama dengan jembatan Cikacepit. Bedanya, jalur rel kereta api di jembatan Cimandala tidak lurus, tapi berkelok.
Sudah banyak pihak menyatakan niat untuk mengatifkan kembali jalur kereta api Banjar-Pangandaran-Cijulang. Namun, sampai saat ini belum ada aktivitas nyata untuk mewujudkannya. Terbaru Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan PT Kereta Api (KA) membuka layanan Kereta Api Pangandaran dengan rute Stasiun Gambir (Jakarta) sampai Stasiun Banjar (Kota Banjar). Semoga saja ini menjadi pemantik untuk kembali mengaktifkan jalur kereta api Banjar-Cijulang.
Diolah dari berbagai sumber:
Wikipedia, dispar.pangandarankab.go.id, survive-giezag.org
Jalur Kereta Api Banjar-Cijulang yang pembangunannya selesai pada 1 Juni 1921 menyimpan berbagai karya bangunan bernilai tinggi sekaligus bersejarah. Jalur kereta api sepanjang sekitar 82 Kilometer (Km) ini memiliki 4 terowongan dan banyak jembatan berarsitektur menarik.
Salah satu bangunan jembatan yang terkenal adalah Jembatan Cikacepit yang terletak di Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Jembatan ini untuk menghubungkan antara Stasiun Kalipucang dengan Stasiun Sumber.
Pembangunan Jembatan ini juga di kaitkan dengan pembangunan jalur kereta api petak Banjar-Stasiun Kalipucang pada 1916-1921 dan diteruskan ke Stasiun Cijulang. Jembatan ini menjadi mahakarya yang sangat mengagumkan pada zamannya karena jembatan seolah-olah menggantung di awan.
Jembatan Cikacepit atau dulu disebut Jembatan Tjipamottan ini mempunyai panjang sekitar 290 meter dengan lebar 1,70 meter dan tinggi dari permukaan tanah sekitar 100 meter tanpa pelindung di kiri-kanan jembatan. Pelindung untuk orang yang menyeberang justru adanya di bawah, sehingga orang harus meniti tangga lebih dulu.
Dari sisi ukuran Jembatan Cikacepit hanya kalah dari Jembatan Cikubang yang terletak di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Jembatan Cikubang memiliki panjang sekitar 300 meter dan ketinggian 80 meter dari permukaan Sungai Cikubang.
Selain itu, Jembatan Cikubang yang mulai digunakan sejak 1906 dan dikenal sebagai jembatan kereta api terpanjang di Indonesia ini masih digunakan. Sedangkan Jembatan Cikacepit sudah tidak digunakan sejak 1 Februari 1982 seiring ditutupnya jalur kereta api Banjar Cijulang.
Sejak itu pula jembatan yang dibangun para insinyur dari biro konstruksi JH JANSSEN yang dikepalai I. WOUTERS mulai dilupakan tergerus zaman. Bahkan konstruksi jembatan yang pembangunannya menghabiskan mounting besi sebesar 1.643 ton, mulai dipereteli tangan-tangan jahil.
Jembatan ini pernah diperbaiki dan beberapa lokomotif seperti Lokomotif BB300 dan Lokomotif D301 sempat melintas pada tahun 1992, namun akhirnya ditutup kembali. Padahal jembatan yang terbuat dari rangka besi baja berwarna perak pada masanya menyimpan panorama menarik bagi pengguna kereta api.
Dari atas jembatan, dapat dilihat jelas aliran air dari selokan Cikacepit yang berada di bawahnya. Di kejauhan sebelah timur laut tampak perairan Segara Anakan, bayangan lebatnya hutan di Pulau Nusakambangan dan pabrik-pabrik di sepanjang pantai Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Bila malam hari, dari pabrik-pabrik itu dan perkampungan penduduk di Segara Anakan yang disebut dengan Kampung Laut akan terlihat cahaya kerlap-kerlip lampu penerangan. Di sebelah barat daya dan selatan jembatan Cikacepit terbentang tinggi Pegunungan Kabupaten Pangandaran dengan lembah-lembahnya yang curam.
Selepas dari jembatan Cikacepit, jalur KA Banjar-Cijulang akan menyusuri tebing pegunungan kira-kira sepanjang 250 meter kemudian menyeberangi jembatan Cimandala sepanjang sekitar 150 meter dengan ketinggian 75 meter. Konstruksi jembatan Cimandala ini hampir sama dengan jembatan Cikacepit. Bedanya, jalur rel kereta api di jembatan Cimandala tidak lurus, tapi berkelok.
Sudah banyak pihak menyatakan niat untuk mengatifkan kembali jalur kereta api Banjar-Pangandaran-Cijulang. Namun, sampai saat ini belum ada aktivitas nyata untuk mewujudkannya. Terbaru Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan PT Kereta Api (KA) membuka layanan Kereta Api Pangandaran dengan rute Stasiun Gambir (Jakarta) sampai Stasiun Banjar (Kota Banjar). Semoga saja ini menjadi pemantik untuk kembali mengaktifkan jalur kereta api Banjar-Cijulang.
Diolah dari berbagai sumber:
Wikipedia, dispar.pangandarankab.go.id, survive-giezag.org
(wib)