PVMBG Tidak Yakin Gunung Krakatau Sebabkan Tsunami
A
A
A
BANDUNG - Kabid Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Wawan Irawan, tak yakin jika tsunami yang terjadi di Selat Sunda disebabkan letusan anak Gunung Krakatau.
"Interpretasi atas kondisi air pasang atau tsunami di Selat Sunda, kami belum bisa putuskan apakah disebabkan Gunung Krakatau. Karena untuk menimbulkan tsunami, perlu energi cukup besar. Kalau yang terjadi tadi malam masih kecil," kata Wawan di Gedung PVMBG Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (23/12/2018).
Menurut dia, gempa tremor Gunung Krakatau yang terjadi Sabtu malam menyebabkan ketinggian letusan antara 300 sampai 500 meter. Juga tercatat ketinggian maksimal hingga 1500 meter. Dari sisi indek erupsi, kata dia, sekitar 1 volcano eruption index (VEI).
"Sementara untuk sampai menunjukan tsunami minimal 6 VEI. Tetapi ini perlu penelitian lebih lanjut, karena soal tsunami bukan bagian kami. Tapi bisa saja karena ada longsoran tubuh Krakatau. Itu harus cek ke lapangan. Kami sudah kirim tim berangkat ke sana. Nanti keputusannya setelah kembali ke lapangan," beber dia.
Kasubid Mitigasi Gunung Api wilayah Barat Kristianto membantah terjadi letusan besar di Gunung Krakatau. Pantauan PVMBG, intensitas dan besaran letusan masih sama dengan letusan sebelumnya. Bahkan, letusan Sabtu malam masih lebih rendah dari intensitas pada November 2018 lalu.
"Sejak meletus 29 juni 2018, aktivitasnya memang terus naik turun. Amplitudo tremor sudah terjadi sejak juni. Tapi memang belum pernah ada amplitudo tremor seperti ini. Maksimal sekarang. Tapi kami kaget bahwa ini sebabkan tsunami," kata Kristianto.
"Interpretasi atas kondisi air pasang atau tsunami di Selat Sunda, kami belum bisa putuskan apakah disebabkan Gunung Krakatau. Karena untuk menimbulkan tsunami, perlu energi cukup besar. Kalau yang terjadi tadi malam masih kecil," kata Wawan di Gedung PVMBG Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (23/12/2018).
Menurut dia, gempa tremor Gunung Krakatau yang terjadi Sabtu malam menyebabkan ketinggian letusan antara 300 sampai 500 meter. Juga tercatat ketinggian maksimal hingga 1500 meter. Dari sisi indek erupsi, kata dia, sekitar 1 volcano eruption index (VEI).
"Sementara untuk sampai menunjukan tsunami minimal 6 VEI. Tetapi ini perlu penelitian lebih lanjut, karena soal tsunami bukan bagian kami. Tapi bisa saja karena ada longsoran tubuh Krakatau. Itu harus cek ke lapangan. Kami sudah kirim tim berangkat ke sana. Nanti keputusannya setelah kembali ke lapangan," beber dia.
Kasubid Mitigasi Gunung Api wilayah Barat Kristianto membantah terjadi letusan besar di Gunung Krakatau. Pantauan PVMBG, intensitas dan besaran letusan masih sama dengan letusan sebelumnya. Bahkan, letusan Sabtu malam masih lebih rendah dari intensitas pada November 2018 lalu.
"Sejak meletus 29 juni 2018, aktivitasnya memang terus naik turun. Amplitudo tremor sudah terjadi sejak juni. Tapi memang belum pernah ada amplitudo tremor seperti ini. Maksimal sekarang. Tapi kami kaget bahwa ini sebabkan tsunami," kata Kristianto.
(mhd)