Makam Keramat di Masjid Kuno Mangga Dua
A
A
A
Kawasan Mangga Dua, Jakarta Pusat, yang dikenal sebagai pusat perbelanjaan ternyata memiliki banyak peninggalan bersejarah. Salah satunya masjid kuno yang dibangun abad ke-19 bernama Nurul Abrar. Masjid ini didirikan sejak 1841 dan masih menyisakan mimbar dan beberapa pilar aslinya.
Masjid ini ramai dikunjungi karena di dalamnya terdapat makam keramat. Ada 12 makam di areal masjid ini. Namun, satu makam yang paling sering diziarahi warga yaitu makam Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Aluwi Bahsan Jamalulail. Beliau adalah keturunan dari Husein bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah SAW dari puterinya Fattimah Azzahra.
Masjid Nurul Abror ini berlokasi di Jalan Mangga Dua Dalam, Sawah Besar, Jakarta Pusat, di samping Hotel Le Greundeur. Keunikan masjid ini dibangun saat pemerintah kolonial tidak lagi mengganggu. Awalnya lokasi masjid berada di tengah kuburan yang luas dan sudah hancur. Bangunan masjid lama memperlihatkan unsur-unsur struktur Jawa dan Belanda.
Menurut Ph van Ronkel dalam tulisannya di tahun 1916, di dalam masjid terdapat sebuah batu yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit, jika duduk di atasnya. Kampung Mangga pada abad ke18 banyak dihuni orang Jawa terutama di sekitar masjid.
Menurut cerita berkembang, nama Jalan Mangga Dua berasal dari dua buah pohon mangga besar yang terdapat di depan masjid. Karena itu pula, masjid itu selamat dari ancaman penggusuran dan kini dijadikan cagar budaya.
Dikutip dari majelisqummania.com, Masjid Nurul Abrar baru satu kali direnovasi, yakni pada 1986. Sayangnya, kondisi masjid kuno tersebut tidak terawat dengan baik. Di antaranya adalah tiang penyangga masjid yang mulai rusak.
Mangga Dua merupakan kawasan pecinan di Batavia yang masyhur selain di kawasan Glodok adalah wilayah Mangga Dua. Zaman VOC berada di luar benteng kota Batavia, merupakan wilayah permukiman bagi pribumi kelompok etnis. Posisinya sebelah tenggara Kastel Batavia.
Wilayah ini menjadi lahan pertanian bagi keperluan Kasteel Batavia. Dalam perkembangan berikutnya, banyak pejabat VOC Belanda dan orang kaya Eropa yang memilih membangun bungalow di daerah ini. Salah satu yang terkenal adalah Pieter Erberveld yang memiliki tanah luas di Mangga Dua.
Di pojok tenggara Kasteel Batavia terdapat tempat hiburan yang disebut dengan Macao Pho, di sini banyak wanita penghibur yang didatangkan dari Macao atau daratan China untuk menghibur para pelaut yang datang bersampan melewati Ciliwung yang menghubungkan Jassenberg (jembatan Jassen) dengan pelabuhan.
“Ada tempat hiburan, ada juga tempat ibadah. Maka, di sini juga terdapat Gereja Sion bagi orang-orang Portugis tawanan VOC Belanda yang dimerdekakan, karena pindah anutan dari Katholik menjadi Protestan atau kaum mardijker,” kata Budayawan Betawi, Ridwan Saidi.
Ketika JP Coen menjadi Gubernur Jenderal VOC dan mulai membangun Kastel Batavia, ia mengajak Souw Beng Kong yang berada di Banten untuk membawa masyarakat China bergabung di Batavia. Kemudian Souw Beng Kong datang ke Batavia dengan membawa 300 orang China.
Selain makam Sayyid Abu Bakar atau dikenal dengan Habib Jamallulail, di Masjid Nurul Abrar juga terdapat beberapa makam ulama dari Hadramaut (Yaman) dan makam Sultan Bone yang oleh sebagian jamaah dan warga dinilai memiliki karomah.
Selain itu, terdapat juga pemakaman orang-orang Tionghoa, termasuk makam Kapitein China pertama di Batavia, Souw Beng Kong. Ia adalah sahabat lama dari Jan Pieterzon Coen.
Di masjid ini juga terdapat makam kerabat keraton dari Jawa Tengah. Seperti Raden Tumenggung Anggakusumah Dalam. Di Malaysia, Yang Dipertuan Agung saat ini berasal dari keluarga Jamalullail.
Tak jauh dari makam Sayyid Abubakar, terdapat kolam kecil sedalam 15 meter yang dulunya digunakan sebagai tempat berwudhu. Air itu mengalirkan air bersih yang tak henti, layaknya sebuah mata air. Namun, lantaran banyaknya peziarah yang melakukan berbagai macam ritual dan menaruh berbagai kepercayaan yang dikhawatirkan menjurus pada kemusyrikan, maka pengurus masjid sepakat untuk menutupnya.
Konon, apabila kolam itu ditelusuri, bisa menembus sampai ke Pasar Ikan. Kini, banyak peziarah mengunjungi masjid ini. Terlebih lagi di bulan Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal, Masjid Nurul Abrar tak pernah sepi dari peziarah yang datang dari berbagai daerah.
Sumber:
[1] majelisqummania[2] wisataziarahmasjid.wordpress.com
Masjid ini ramai dikunjungi karena di dalamnya terdapat makam keramat. Ada 12 makam di areal masjid ini. Namun, satu makam yang paling sering diziarahi warga yaitu makam Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Aluwi Bahsan Jamalulail. Beliau adalah keturunan dari Husein bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah SAW dari puterinya Fattimah Azzahra.
Masjid Nurul Abror ini berlokasi di Jalan Mangga Dua Dalam, Sawah Besar, Jakarta Pusat, di samping Hotel Le Greundeur. Keunikan masjid ini dibangun saat pemerintah kolonial tidak lagi mengganggu. Awalnya lokasi masjid berada di tengah kuburan yang luas dan sudah hancur. Bangunan masjid lama memperlihatkan unsur-unsur struktur Jawa dan Belanda.
Menurut Ph van Ronkel dalam tulisannya di tahun 1916, di dalam masjid terdapat sebuah batu yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit, jika duduk di atasnya. Kampung Mangga pada abad ke18 banyak dihuni orang Jawa terutama di sekitar masjid.
Menurut cerita berkembang, nama Jalan Mangga Dua berasal dari dua buah pohon mangga besar yang terdapat di depan masjid. Karena itu pula, masjid itu selamat dari ancaman penggusuran dan kini dijadikan cagar budaya.
Dikutip dari majelisqummania.com, Masjid Nurul Abrar baru satu kali direnovasi, yakni pada 1986. Sayangnya, kondisi masjid kuno tersebut tidak terawat dengan baik. Di antaranya adalah tiang penyangga masjid yang mulai rusak.
Mangga Dua merupakan kawasan pecinan di Batavia yang masyhur selain di kawasan Glodok adalah wilayah Mangga Dua. Zaman VOC berada di luar benteng kota Batavia, merupakan wilayah permukiman bagi pribumi kelompok etnis. Posisinya sebelah tenggara Kastel Batavia.
Wilayah ini menjadi lahan pertanian bagi keperluan Kasteel Batavia. Dalam perkembangan berikutnya, banyak pejabat VOC Belanda dan orang kaya Eropa yang memilih membangun bungalow di daerah ini. Salah satu yang terkenal adalah Pieter Erberveld yang memiliki tanah luas di Mangga Dua.
Di pojok tenggara Kasteel Batavia terdapat tempat hiburan yang disebut dengan Macao Pho, di sini banyak wanita penghibur yang didatangkan dari Macao atau daratan China untuk menghibur para pelaut yang datang bersampan melewati Ciliwung yang menghubungkan Jassenberg (jembatan Jassen) dengan pelabuhan.
“Ada tempat hiburan, ada juga tempat ibadah. Maka, di sini juga terdapat Gereja Sion bagi orang-orang Portugis tawanan VOC Belanda yang dimerdekakan, karena pindah anutan dari Katholik menjadi Protestan atau kaum mardijker,” kata Budayawan Betawi, Ridwan Saidi.
Ketika JP Coen menjadi Gubernur Jenderal VOC dan mulai membangun Kastel Batavia, ia mengajak Souw Beng Kong yang berada di Banten untuk membawa masyarakat China bergabung di Batavia. Kemudian Souw Beng Kong datang ke Batavia dengan membawa 300 orang China.
Selain makam Sayyid Abu Bakar atau dikenal dengan Habib Jamallulail, di Masjid Nurul Abrar juga terdapat beberapa makam ulama dari Hadramaut (Yaman) dan makam Sultan Bone yang oleh sebagian jamaah dan warga dinilai memiliki karomah.
Selain itu, terdapat juga pemakaman orang-orang Tionghoa, termasuk makam Kapitein China pertama di Batavia, Souw Beng Kong. Ia adalah sahabat lama dari Jan Pieterzon Coen.
Di masjid ini juga terdapat makam kerabat keraton dari Jawa Tengah. Seperti Raden Tumenggung Anggakusumah Dalam. Di Malaysia, Yang Dipertuan Agung saat ini berasal dari keluarga Jamalullail.
Tak jauh dari makam Sayyid Abubakar, terdapat kolam kecil sedalam 15 meter yang dulunya digunakan sebagai tempat berwudhu. Air itu mengalirkan air bersih yang tak henti, layaknya sebuah mata air. Namun, lantaran banyaknya peziarah yang melakukan berbagai macam ritual dan menaruh berbagai kepercayaan yang dikhawatirkan menjurus pada kemusyrikan, maka pengurus masjid sepakat untuk menutupnya.
Konon, apabila kolam itu ditelusuri, bisa menembus sampai ke Pasar Ikan. Kini, banyak peziarah mengunjungi masjid ini. Terlebih lagi di bulan Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal, Masjid Nurul Abrar tak pernah sepi dari peziarah yang datang dari berbagai daerah.
Sumber:
[1] majelisqummania[2] wisataziarahmasjid.wordpress.com
(rhs)