Pencak Dor, Pertarungan Bebas dan Amat Keras Namun Penuh Sportivitas

Sabtu, 01 Desember 2018 - 05:01 WIB
Pencak Dor, Pertarungan...
Pencak Dor, Pertarungan Bebas dan Amat Keras Namun Penuh Sportivitas
A A A
TULUNGAGUNG - Pada Minggu 7 Oktober 2018 lalu entah apa sebabnya telah terjadi pengerusakan di Desa Suruh Lor, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Dan ternyata aksi anarkisme pada dini hari itu merupakan pengulangan aksi sebelumnya. Lebih mengerikannya lagi aksi itu dilakukan para pendekar perguruan silat.

Melihat situasi semacam itu, Pemkab Tulungagung pun berencana menghidupkan kembali panggung Pencak Dor atau ajang tarung bebas yang bersemangatkan pertandingan.

Kabag Humas Pemkab Tulungagung Sudarmaji kepada Sindonews belum lama ini menyebutkan, Pencak Dor merupakan tradisi tarung bebas masyarakat wilayah eks Karsidenan Kediri dan sekitarnya, seperti Blitar, Tulungagung dan Nganjuk.

Tradisi ini biasanya digelar setiap menjelang bulan Ramadhan. Pesertanya para anggota perguruan silat atau individu yang menyukai tantangan andrenalin. Di gelanggang Pencak Dor, para pendekar dan petarung dibebaskan mengekspresikan skill bela dirinya.

Energi para pendekar dan orang orang yang menyukai pertarungan diharapkan bisa tersalurkan. Kendati demikian, aturan main dan sportivitas, yakni termasuk larangan melanjutkan pertarungan di bawah panggung, harus dijunjung tinggi tinggi.

Namun apa sebenarnya dan bagaimana Pencak Dor muncul pertama kali. Lalu siapa pula yang mempunyai ide tersebut.

Pencak Dor merupakan gaya tarung bebas yang telah berlangsung sejak lama. Kegiatan ini juga untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal.

Biasanya para pendekar terbaik akan bertarung, adu jotos, tendangan atau bantingan, bahkan cekikan yang terkesan liar menjadi suguhan yang menarik. Hanya satu misi yang mereka bawa kehormatan perguruan silat masing-masing.

Lantas mulai kapan permainan ini terlihat. Pencak Dor mulai muncul sejak era 1960-an. Olahraga ini memang sangat digemari oleh khalayak ramai di Kediri Raya.Tak kurang ratusan bahkan ribuan penonton hadir memadati arena setiap kali acara ini digelar.

Pencak Dor sendiri diiniasiasi oleh Kiai Agus Maksum Jauhari atau yang biasa dipanggil Gus Maksum. Dia tak lain adalah cucu dari pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH Abdul Karim.

Pencak Dor dilahirkan di Pesantren Lirboyo Kediri yang juga pesantren salaf yang berdiri sejak pada 1910 santri. Di era tahun 1960 an juga dikenal sebagai tempat pengkaderan para pendekar silat dari kalangan santri.

Tujuan kegiatan ini untuk menjaga terjalinnya silaturahmi sesama pendekar dan media dakwah pemuda.

Pendirian arena Pencak Dor ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan Gus Maksum melihat makin maraknya aksi perkelahian antar remaja di Kediri kala itu.Tak jarang dari perkelahian tersebut menimbulkan korban, sifat arogan pemuda yang sulit terkontrol menjadi salah satu penyebabnya.

Sejalan dengan makin maraknya aksi tersebut, maka Gus Maksum mempunyai ide adanya suatu arena untuk bertarung satu lawan satu dengan fair. Biasanya mereka dipertemukan dalam gelanggap pencak dor ukuran sekitar 8 x 4 meter.

Gelanggang tersebut mirip ring tinju. Bedannya kalau ring tinju dikelilingi tali, pencak dor tidak. Pagar pembatas arena adalah batang bambu sebagai pembatas tepi untuk pertarungan para pendekar.

Gus Maksum bermaksud pencak dor ini bisa menyelesaikan perselisihan dengan adil tanpa mengurangi rasa persaudaraan, karena dalam pencak dor ini peserta yang bertarung dapat kembali menjalin persaudaraan lagi setelah selesai.

Bahkan ketika usai bertanding mereka bisa saling mengenal lebih dekat dengan lawannya yang ia ajak baku hantam. Tak jarang kadang mereka bertukar pengalaman seputar dunia persilatan dengan canda tawa benar-benar tanpa dendam.

Para pendekar ini diasuh oleh almarhum Gus Maksum yang dikenal sakti dan dikenal di kalangan pesilat Tanah Air. Di Pesantren Lirboyo ini pula selain melahirkan santri-santri hebat yang menguasai kitab-kitab klasik kuno juga melahirkan santri yang menguasai ilmu kanuragan dan seni bela diri.

Meski tarung bebas, namun keselamatan tetaplah nomor satu. Salah satunya untuk menjaga keselamatan para peserta, setiap pertandingan dikawal dua orang wasit yang memiliki kemampuan lebih. Tugas mereka adalah melerai mereka yang bertanding jika kondisi tak memungkinkan untuk dilanjutkan pertarungan.

Para wasit benar-benar-benar harus militan, sebab yang mereka wasiti bertarung bebas mengeluarkan jurus yang dimiliki, mulai dari pencak, tinju, karate hingga judo. Para pendekar menggunakan keahlian bela diri masing-masing untuk menjatuhkan lawan.

Kembali lagi akan usulan Pemkab Tulungagung yang akan menghidupkan kembali Pencak Dor.
Kabag Humas Pemkab Tulungagung Sudarmaji menjelaskan, Pemkab Tulungagung dalam waktu dekat akan mengumpulkan kembali para pimpinan perguruan silat, termasuk perwakilan IPSI.

Sebab peristiwa anarkisme pendekar silat sudah terjadi berulang ulang, yakni terutama di wilayah Kecamatan Bandung. Data yang dihimpun ada sebanyak 11 kasus kekerasan yang sampai sekarang belum terungkap.(Diolah dari berbagai sumber)
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2173 seconds (0.1#10.140)