Pabrik Coklat di Batang Bakal Diresmikan Presiden Joko Widodo
A
A
A
BATANG - Pabrik coklat yang menempati areal seluas 2,8 hektar dengan bangunan fisik seluas 4000 meter persegi dan berada di tengah perkebunan seluas 165 hektar yang pembangunannya menghabiskan dana Rp105 miliar dari Kementerian Perindustrian, direncanakan bakal diresmikan Presiden Joko Widodo pada 12 Desember 2018.
Pabrik yang berada di Desa Wonokerso, Kandeman, Batang, Jawa Tengahm tersebut masih membutuhkan tanaman kakao untuk memenuhi produksinya. Karena produksi kakao di Batang tidak sampai 1 ton, hanya dikisaran 700 kilogram.
Untuk itulah Pemkab Batang bersama Universitas Gajah Mada (UGM) dan PT. Pagilran sebagai inisiator berdirinya pabrik akan menggelar pelatihan pengelolaan kakao.
"Pemkab Batang memiliki tugas untuk menyiapkan peserta pelatihan yang memiliki niat usaha pengelolaan Kakao, petani setempat akan kita berdayakan untuk perluasan lahan tanaman kakao," kata Sekertaris Daerah Kabupaten Batang, Nasikhin, saat ditemui di kantornya, Jumat (30/11/2018).
Dia berharap ada salah satu desa yang bisa dijadikan sebagai kampung coklat sejalan dengan program One Village One Product (OVOP) Bupati Wihaji dan Wakil Bupati Suyono yang dikelola oleh desa sebagai Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR).
"Di samping untuk memenuhi kebutuhan pabrik, kampung coklat bisa dijadikan destinasi baru dan pusat edukasi untuk menarik wisatawan, selain ke pabrik juga ke kebun kakau untuk mendukung Visit to Batang 2022," jelas Nasikhin
Untuk peserta pelatihan sebanyak 30 orang diharapkan berdomisi atau berasal dari Kecamatan Kandeman dan Tulis yang bertujuan untuk mendidik warga masyarakat sekitar agar memiliki kemampuan dan samangat untuk mengembangkan wirausaha di bidang olahan kakao menjadi produk turunan yang lebih variatif dan sesuai selera kaum melineal.
Sedangkan untuk para petani kakao akan diberdayakan kembali agar lebih semangat memelihara kebun kakao yang sdah ada dan didorong untuk mengembangkan kebun kakao dengan peremajaan tanaman dan perluasan lahan, sehingga produksi biji kakao akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri coklat.
"Peserta dilatih cara mengelola coklat setengah jadi yang selanjutnya untuk mensuplay pabrik. Ini kesempatan masyarakat untuk menjadi pengusaha sehingga program menciptakan 1000 wirausaha baru cepat terlaksana," pungkasnya.
Pabrik yang berada di Desa Wonokerso, Kandeman, Batang, Jawa Tengahm tersebut masih membutuhkan tanaman kakao untuk memenuhi produksinya. Karena produksi kakao di Batang tidak sampai 1 ton, hanya dikisaran 700 kilogram.
Untuk itulah Pemkab Batang bersama Universitas Gajah Mada (UGM) dan PT. Pagilran sebagai inisiator berdirinya pabrik akan menggelar pelatihan pengelolaan kakao.
"Pemkab Batang memiliki tugas untuk menyiapkan peserta pelatihan yang memiliki niat usaha pengelolaan Kakao, petani setempat akan kita berdayakan untuk perluasan lahan tanaman kakao," kata Sekertaris Daerah Kabupaten Batang, Nasikhin, saat ditemui di kantornya, Jumat (30/11/2018).
Dia berharap ada salah satu desa yang bisa dijadikan sebagai kampung coklat sejalan dengan program One Village One Product (OVOP) Bupati Wihaji dan Wakil Bupati Suyono yang dikelola oleh desa sebagai Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR).
"Di samping untuk memenuhi kebutuhan pabrik, kampung coklat bisa dijadikan destinasi baru dan pusat edukasi untuk menarik wisatawan, selain ke pabrik juga ke kebun kakau untuk mendukung Visit to Batang 2022," jelas Nasikhin
Untuk peserta pelatihan sebanyak 30 orang diharapkan berdomisi atau berasal dari Kecamatan Kandeman dan Tulis yang bertujuan untuk mendidik warga masyarakat sekitar agar memiliki kemampuan dan samangat untuk mengembangkan wirausaha di bidang olahan kakao menjadi produk turunan yang lebih variatif dan sesuai selera kaum melineal.
Sedangkan untuk para petani kakao akan diberdayakan kembali agar lebih semangat memelihara kebun kakao yang sdah ada dan didorong untuk mengembangkan kebun kakao dengan peremajaan tanaman dan perluasan lahan, sehingga produksi biji kakao akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri coklat.
"Peserta dilatih cara mengelola coklat setengah jadi yang selanjutnya untuk mensuplay pabrik. Ini kesempatan masyarakat untuk menjadi pengusaha sehingga program menciptakan 1000 wirausaha baru cepat terlaksana," pungkasnya.
(akn)