Semburan Abu Gunung Anak Krakatau Mencapai Kota Kalianda
A
A
A
LAMPUNG SELATAN - Gunung Anak Krakatau (GAK) masih terus erupsi, bahkan aktivitas gunung yang berada di Selat Sunda itu menghebohkan warga sekitar Rajabasa, Kalianda, dan Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan. Sebab, semburan abu vulkanik menyebar hingga sejumlah kecamatan, bahkan hingga Kecamatan Sidomulyo.
Paparan debu vulkanik Gunung Anak Krakatau sempat mengarah ke wilayah Kalianda, Lampung Selatan akibat pengaruh arah angin. Angin bertiup ke Barat sehingga warga Kalianda, Lampung Selatan, merasakan dampak guyuran abu. Akibat guyuran abu vulkanik beberapa warga merasakan mata jadi pedih saat berada di luar ruangan.
Meski demikian arah angin yang berubah-ubah membuat debu vulkanik kembali mengarah ke Selatan ke Samudera Hindia serta wilayah Banten. Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau Andi Suardi mengatakan, aktivitas Gunung Anak Krakatau sangat fluktuatif. Terkadang kolom abu disertai material debu vulkanik bergerak ke arah Timur, Barat Utara, dan Selatan, bergantung pada arah angin.
Saat erupsi seperti sekarang ini debu vulkanik rutin keluar dari kepundan GAK, namun ketinggian kolom abu selalu berbeda-beda setiap harinya. sementara arah angin mempengaruhi jatuhnya debu yang dilontarkan dari GAK.
“Tercatat, jika debu bisa mencapai Rajabasa, Kalianda, hingga Sidomulyo, dipastikan ketinggian kolom abu mencapai 600 meter. Sementara kecepatan angin di perairan mencapai 10 hingga 15 knot mengarah ke Barat,” katanya, Selasa (20/11/2018).
Secara visual pada malam hari baik secara langsung maupun melalui CCTV teramati sinar api aliran lava pijar ke arah selatan dan lontaran lava pijar ke segala arah. aktivitas kegempaan, didominasi tremor menerus (microtremor) dan terekam dengan amplitudo 20-58 mm dominan 56 mm.
Pada kondisi normal letusan gak memiliki ketinggian kolom hanya 300 meter. Dalam kondisi normal debu vulkanik lebih banyak jatuh ke laut fenomena erupsi gak yang aktif setiap hari tidak menimbulkan kepanikan paparan debu vulkanik tidak membuat warga resah mengantisipasi paparan debu saat berada di luar ruangan masyarakat diminta menggunakan pengaman berupa kaca mata dan masker.
Sementara masyarakat nelayan di sekitar Selat Sunda diminta untuk menyesuaikan arah angin. Saat angin mengarah ke Timur nelayan diminta mencari arah berlawanan sesuai data dari Volcanik Activity Report (VAR). Hal ini menempatkan tingkat aktivitas GAK pada level II atau waspada, masyarakat serta wisatawan direkomendasikan tidak mendekat kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah.
Paparan debu vulkanik Gunung Anak Krakatau sempat mengarah ke wilayah Kalianda, Lampung Selatan akibat pengaruh arah angin. Angin bertiup ke Barat sehingga warga Kalianda, Lampung Selatan, merasakan dampak guyuran abu. Akibat guyuran abu vulkanik beberapa warga merasakan mata jadi pedih saat berada di luar ruangan.
Meski demikian arah angin yang berubah-ubah membuat debu vulkanik kembali mengarah ke Selatan ke Samudera Hindia serta wilayah Banten. Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau Andi Suardi mengatakan, aktivitas Gunung Anak Krakatau sangat fluktuatif. Terkadang kolom abu disertai material debu vulkanik bergerak ke arah Timur, Barat Utara, dan Selatan, bergantung pada arah angin.
Saat erupsi seperti sekarang ini debu vulkanik rutin keluar dari kepundan GAK, namun ketinggian kolom abu selalu berbeda-beda setiap harinya. sementara arah angin mempengaruhi jatuhnya debu yang dilontarkan dari GAK.
“Tercatat, jika debu bisa mencapai Rajabasa, Kalianda, hingga Sidomulyo, dipastikan ketinggian kolom abu mencapai 600 meter. Sementara kecepatan angin di perairan mencapai 10 hingga 15 knot mengarah ke Barat,” katanya, Selasa (20/11/2018).
Secara visual pada malam hari baik secara langsung maupun melalui CCTV teramati sinar api aliran lava pijar ke arah selatan dan lontaran lava pijar ke segala arah. aktivitas kegempaan, didominasi tremor menerus (microtremor) dan terekam dengan amplitudo 20-58 mm dominan 56 mm.
Pada kondisi normal letusan gak memiliki ketinggian kolom hanya 300 meter. Dalam kondisi normal debu vulkanik lebih banyak jatuh ke laut fenomena erupsi gak yang aktif setiap hari tidak menimbulkan kepanikan paparan debu vulkanik tidak membuat warga resah mengantisipasi paparan debu saat berada di luar ruangan masyarakat diminta menggunakan pengaman berupa kaca mata dan masker.
Sementara masyarakat nelayan di sekitar Selat Sunda diminta untuk menyesuaikan arah angin. Saat angin mengarah ke Timur nelayan diminta mencari arah berlawanan sesuai data dari Volcanik Activity Report (VAR). Hal ini menempatkan tingkat aktivitas GAK pada level II atau waspada, masyarakat serta wisatawan direkomendasikan tidak mendekat kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah.
(wib)