Paprika Tutur, Sayur Eksotis Berkualitas Kaya Vitamin
A
A
A
PASURUAN - Seringkali banyak pengunjung pameran produk unggulan yang mengira jika buah eksotis berwarna merah, kuning dan hijau dipajang di stan pameran Kabupaten Pasuruan hanya sayuran artifisial alias imitasi berbahan plastik. Namun dugaan awal itu seketika sirna pada saat mereka memegang langsung buah lonjong menyerupai lonceng beruas lima yang mengandung vitamin C dan senyawa beta karotin berlimpah tersebut. Perkenalkan, Paprika kualitas premium dari Kecamatan Tutur, namanya.
Sampai saat ini, potensi paprika di Kabupaten Pasuruan luar biasa. Dari luas tanaman Paprika yang dibudidayakan di Kecamatan Tutur sekitar 56 hektare, produktivitas sampai akhir tahun 2017 sebesar 210,26Kw/Ha dengan masa panen puncak antara Oktober-Desember. Jumlah tersebut telah melampaui dari target yang ditetapkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pasuruan tahun 2013-2018 sebesar 103,10kw/ha atau meningkat sebesar 103,94%.
Produktivitas komoditas paprika di kawasan sentra Kabupaten Pasuruan yang cukup melimpah disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah penggunaan benih varietas unggul, penggunaan pupuk yang disalurkan melalui sistem irigasi tetes, pembangunan jaringan irigasi tetes dan pengendalian organisme pengganggu tanaman sejak dini. Sehingga tidaklah mengherankan jika Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai daerah sentra penghasil utama Paprika di Jawa Timur.
Lebih dari 300.000 tanaman Paprika tumbuh dan berkembang di beberapa desa di Kecamatan Tutur yang secara geografis dengan ketinggian 900 mdpl di lereng gunung Bromo tersebut sangat memungkinkan digunakan sebagai sentra budidaya. Sedikitnya 151.000 tanaman Paprika tersebar di 55 green house yang telah dibudidayakan sejak 12 tahun lalu, paling banyak ditanam di Desa Tlogosari.
Begitu memasuki areal green house, kita akan disambut oleh hamparan hijau tanaman sayur berwarna-warni yang dirambatkan ke bambu penyangga. Waktu Dinas Kominfo Kabupaten Pasuruan berkesempatan melihat secara langsung proses perawatannya, Sucianto menjelaskan bahwa Paprika yang dibudidayakannya memiliki keunggulan tersendiri, baik dari segi kualitas maupun bentuknya yang eksotis dengan warna mencolok, seperti hijau, kuning dan merah menyala.
Adalah Sucianto, satu di antara petani Paprika sukses dari Dusun Kumbo, Desa Tlogosari, Kecamatan Tutur. Berkat kerja cerdasnya yang mulai membudidayakan Paprika berjenis Mancilia, Maramilo, Sporkagus, Samson dan Edition sejak tahun 2001 silam, ia berhasil menjadikan Paprika sebagai salah satu icon produk hortikultura unggulan dari Kabupaten Pasuruan. Dalam setiap panen yang per harinya menghasilkan sekitar 300-400 kg, Paprika memiliki pangsa pasar dengan segmentasi tersendiri. Tidak hanya dikirim ke kota-kota besar di tanah air seperti Surabaya, Bali, Balikpapan, Medan, Jakarta, Semarang dan Bandung saja, tetapi juga sampai ke negeri seberang. Sebut saja Singapura dan negara-negara di Asia lainnya.
Hasil pencapaian fantastis tersebut tentunya sebanding dengan perjuangannya selama ini. Meskipun membutuhkan modal yang tidak sedikit dan ketelatenan luar biasa, Sucianto memaksimalkan budidaya Paprika di atas 4 hektare lahan milikinya, berikut proses perawatan tanaman yang sangat memerlukan banyak ongkos produksi.
"Kalau dihitung secara global, per minggunya saya habis sekitar 7 juta untuk beli obat tanaman. Paprika itu jangan coba-coba akan berhasil kalau jauh dari pemiliknya. Justru orang-orang yang gagal menanam Paprika itu orang yang hanya mengandalkan karyawan saja. Karena perawatannya kan ekstra, selain harus menyiram rutin juga mengawasi tanaman, jangan sampai tanamannya stres. Paprika itu kan peka, kalau ada orang masuk kena virus, dampaknya ke daun, bisa rusak, akhirnya tidak bisa berbunga dan berbuah. Itu yang selalu saya pesankan ke 27 karyawan yang selalu membantu di kebun," tuturnya dengan penuh semangat.
Ia bercerita, di masa panen yang membutuhkan masa tanam sekitar 3 bulan, setiap harinya ia dapat menjualnya ke beberapa pemilik restoran waralaba di kota-kota besar di Indonesia dengan harga bersaing. Masing-masing, Paprika hijau Rp22.000 dan Paprika merah Rp45.000-50.000.
Sedangkan khusus Paprika kuning, harganya jauh lebih mahal yakni Rp55.000 per kilonya, sehingga praktis Sucianto dan rekan-rekan sesama petani Paprika meraup keuntungan pat-gulipat di setiap transaksi hasil panennya. Pemesanan-pun tetap ia terima dengan sukacita di nomor WhatsApp – 081334757545 miliknya yang dapat dihubungi sewaktu-waktu oleh calon konsumen.
Terlepas dari profit menggiurkan, ia memiliki angan-angan sederhana yaitu Paprika berkualitas premium asal Kecamatan Tutur mampu merajai pasaran tanaman hortikultura yang dikenal di pasaran mancanegara. Mendunia, sejajar dengan produk hortikultura dari bangsa lain, itu mimpinya yang siap diwujudkan. (Eka Maria)
Sampai saat ini, potensi paprika di Kabupaten Pasuruan luar biasa. Dari luas tanaman Paprika yang dibudidayakan di Kecamatan Tutur sekitar 56 hektare, produktivitas sampai akhir tahun 2017 sebesar 210,26Kw/Ha dengan masa panen puncak antara Oktober-Desember. Jumlah tersebut telah melampaui dari target yang ditetapkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pasuruan tahun 2013-2018 sebesar 103,10kw/ha atau meningkat sebesar 103,94%.
Produktivitas komoditas paprika di kawasan sentra Kabupaten Pasuruan yang cukup melimpah disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah penggunaan benih varietas unggul, penggunaan pupuk yang disalurkan melalui sistem irigasi tetes, pembangunan jaringan irigasi tetes dan pengendalian organisme pengganggu tanaman sejak dini. Sehingga tidaklah mengherankan jika Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai daerah sentra penghasil utama Paprika di Jawa Timur.
Lebih dari 300.000 tanaman Paprika tumbuh dan berkembang di beberapa desa di Kecamatan Tutur yang secara geografis dengan ketinggian 900 mdpl di lereng gunung Bromo tersebut sangat memungkinkan digunakan sebagai sentra budidaya. Sedikitnya 151.000 tanaman Paprika tersebar di 55 green house yang telah dibudidayakan sejak 12 tahun lalu, paling banyak ditanam di Desa Tlogosari.
Begitu memasuki areal green house, kita akan disambut oleh hamparan hijau tanaman sayur berwarna-warni yang dirambatkan ke bambu penyangga. Waktu Dinas Kominfo Kabupaten Pasuruan berkesempatan melihat secara langsung proses perawatannya, Sucianto menjelaskan bahwa Paprika yang dibudidayakannya memiliki keunggulan tersendiri, baik dari segi kualitas maupun bentuknya yang eksotis dengan warna mencolok, seperti hijau, kuning dan merah menyala.
Adalah Sucianto, satu di antara petani Paprika sukses dari Dusun Kumbo, Desa Tlogosari, Kecamatan Tutur. Berkat kerja cerdasnya yang mulai membudidayakan Paprika berjenis Mancilia, Maramilo, Sporkagus, Samson dan Edition sejak tahun 2001 silam, ia berhasil menjadikan Paprika sebagai salah satu icon produk hortikultura unggulan dari Kabupaten Pasuruan. Dalam setiap panen yang per harinya menghasilkan sekitar 300-400 kg, Paprika memiliki pangsa pasar dengan segmentasi tersendiri. Tidak hanya dikirim ke kota-kota besar di tanah air seperti Surabaya, Bali, Balikpapan, Medan, Jakarta, Semarang dan Bandung saja, tetapi juga sampai ke negeri seberang. Sebut saja Singapura dan negara-negara di Asia lainnya.
Hasil pencapaian fantastis tersebut tentunya sebanding dengan perjuangannya selama ini. Meskipun membutuhkan modal yang tidak sedikit dan ketelatenan luar biasa, Sucianto memaksimalkan budidaya Paprika di atas 4 hektare lahan milikinya, berikut proses perawatan tanaman yang sangat memerlukan banyak ongkos produksi.
"Kalau dihitung secara global, per minggunya saya habis sekitar 7 juta untuk beli obat tanaman. Paprika itu jangan coba-coba akan berhasil kalau jauh dari pemiliknya. Justru orang-orang yang gagal menanam Paprika itu orang yang hanya mengandalkan karyawan saja. Karena perawatannya kan ekstra, selain harus menyiram rutin juga mengawasi tanaman, jangan sampai tanamannya stres. Paprika itu kan peka, kalau ada orang masuk kena virus, dampaknya ke daun, bisa rusak, akhirnya tidak bisa berbunga dan berbuah. Itu yang selalu saya pesankan ke 27 karyawan yang selalu membantu di kebun," tuturnya dengan penuh semangat.
Ia bercerita, di masa panen yang membutuhkan masa tanam sekitar 3 bulan, setiap harinya ia dapat menjualnya ke beberapa pemilik restoran waralaba di kota-kota besar di Indonesia dengan harga bersaing. Masing-masing, Paprika hijau Rp22.000 dan Paprika merah Rp45.000-50.000.
Sedangkan khusus Paprika kuning, harganya jauh lebih mahal yakni Rp55.000 per kilonya, sehingga praktis Sucianto dan rekan-rekan sesama petani Paprika meraup keuntungan pat-gulipat di setiap transaksi hasil panennya. Pemesanan-pun tetap ia terima dengan sukacita di nomor WhatsApp – 081334757545 miliknya yang dapat dihubungi sewaktu-waktu oleh calon konsumen.
Terlepas dari profit menggiurkan, ia memiliki angan-angan sederhana yaitu Paprika berkualitas premium asal Kecamatan Tutur mampu merajai pasaran tanaman hortikultura yang dikenal di pasaran mancanegara. Mendunia, sejajar dengan produk hortikultura dari bangsa lain, itu mimpinya yang siap diwujudkan. (Eka Maria)
(akn)