OPM Pimpinan Egianus Kogeya Penebar Teror di Mapenduma
A
A
A
JAYAPURA - Kodam XVII/Cenderawasih menyebut bahwa Kelompok Kriminalitas Separatis Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogeya yang melakukan pemerkosaan dan penyekapan di Mapenduma, Papua. Bahkan kelompok pimpinan Egianus Kogeya ini atau kerap disebut dengan Oraganisasi Papua Merdeka (OPM) ini kerap menebar teror di Mapenduma. Kelompok Egianus Kageya juga adalah pelaku penembakan pesawat dan pembantaian terhadap masyarakat sipil termasuk anak kecil di Nduga beberapa waktu yang lalu.
Seperti diketahui Egianus Kageya masih berhubungan keluarga dengan almarhum Kelly Kwalik pelaku penyanderaan terhadap tim Lorentz tahun 1995/1996 di Mapenduma.
Kapendam XVII/Cenderawasih Kol Inf Muhammad Aidi mengatakan, aparat keamanan pasti akan melakukan tindakan, namun mekanismenya tidak perlu disampaikan ke publik."Kan Pangdam dan Kapolda sudah membentuk Satgas Penegakkan Hukum (Satgas Gakkum). Hal ini demi menjamin kepastian dan kewibawaan hukum di wilayah kedaulatan NKRI," Aidi saat dihubungi SINDOnews, Senin (22/10/2018).
Yang jelas, kata Aidi, penyekapan dan pemerkosaan adalah tindakan keji dan biadab yang tidak berprikemanusiaan. "Mereka (korban) adalah pekerja sosial, mereka rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga demi untuk mensejahterahkan dan memajukan masyarakat pedalaman Papua. Tapi mereka justru mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi," tandas Aidi .
Seperti diketahui Egianus Kageya masih berhubungan keluarga dengan almarhum Kelly Kwalik pelaku penyanderaan terhadap tim Lorentz tahun 1995/1996 di Mapenduma.
Kapendam XVII/Cenderawasih Kol Inf Muhammad Aidi mengatakan, aparat keamanan pasti akan melakukan tindakan, namun mekanismenya tidak perlu disampaikan ke publik."Kan Pangdam dan Kapolda sudah membentuk Satgas Penegakkan Hukum (Satgas Gakkum). Hal ini demi menjamin kepastian dan kewibawaan hukum di wilayah kedaulatan NKRI," Aidi saat dihubungi SINDOnews, Senin (22/10/2018).
Yang jelas, kata Aidi, penyekapan dan pemerkosaan adalah tindakan keji dan biadab yang tidak berprikemanusiaan. "Mereka (korban) adalah pekerja sosial, mereka rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga demi untuk mensejahterahkan dan memajukan masyarakat pedalaman Papua. Tapi mereka justru mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi," tandas Aidi .
(sms)