Gempa Sulteng, 1.425 Warga Binaan Lapas Belum Diketahui Keberadaannya
A
A
A
JAKARTA - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen Pas) menyebut 1.425 warga binaan dari 12 Lapas dan Rutan belum diketahui keberadaannya. Hal itu berasal dari pendataan warga binaan yang keluar Lapa dan Rutan di wilayah terdampak gempa dan tsunami, yaitu di wilayah Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen Pas), Sri Puguh Budi Utami, menggelar konferensi pers terkait pembakaran rutan Donggala dan pelarian narpidana kelas IIA Palu, di Kantor Direktorat Jendral Pemasyarakatan, Jalan Veteran II, Jakarta Pusat, Senin, (1/10/2018).
"Isi total di Sulteng 3.220, mudah-mudahan ini benar. Mohon maaf karena bergerak terus datanya, eksisting sekarang sudah 1.795," ujar Utami.
Utami merincikan, Lapas Palu yang memiliki kapasitas 210 warga binaan, awalnya diisi oleh 581 orang. Namun dari data terbaru pagi ini di dalam lapas tinggal 66 orang. Sedangkan untuk Rutan Palu, daya tampungnya mencapai 120 warga binaan.
"Hingga terakhir sebelum gempa dan tsunami, isinya mencapai 463 warga binaan. Tapi untuk pagi ini 53 orang. Kemarin saya hitung 56, itu gak kabur, ada keluarga yang meninggal sehingga mereka melihat keluarganya," jelas Sri Puguh.
Adapun untuk Rutan Donggala yang saat kejadian dibakar oleh warga binaan, memiliki kapasitas tampung108 warga binaan. Sedangkan dalam faktanya, isi Rutan Donggala mencapai 343.
"Kami masih menunggu info dari Donggala karena di sana belum ada napi yang kembali dan masih kosong," jelas Utami.
Selain itu, Utami mengatakan, Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) memiliki kapasitas tampung sebanyak 100 warga binaan. Hinga terakhir, LPP diisi oleh 84 warga binaan perempuan plus 3 orang bayi.
"Hari ini yang ada 9 orang. Kemarin ada 13 plus 3 bayi. Selain itu juga Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) memiliki kapasitas 100 orang, tapi isinya cuma 29, dan sekarang tersisa 5 orang," tuturnya.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen Pas), Sri Puguh Budi Utami, menggelar konferensi pers terkait pembakaran rutan Donggala dan pelarian narpidana kelas IIA Palu, di Kantor Direktorat Jendral Pemasyarakatan, Jalan Veteran II, Jakarta Pusat, Senin, (1/10/2018).
"Isi total di Sulteng 3.220, mudah-mudahan ini benar. Mohon maaf karena bergerak terus datanya, eksisting sekarang sudah 1.795," ujar Utami.
Utami merincikan, Lapas Palu yang memiliki kapasitas 210 warga binaan, awalnya diisi oleh 581 orang. Namun dari data terbaru pagi ini di dalam lapas tinggal 66 orang. Sedangkan untuk Rutan Palu, daya tampungnya mencapai 120 warga binaan.
"Hingga terakhir sebelum gempa dan tsunami, isinya mencapai 463 warga binaan. Tapi untuk pagi ini 53 orang. Kemarin saya hitung 56, itu gak kabur, ada keluarga yang meninggal sehingga mereka melihat keluarganya," jelas Sri Puguh.
Adapun untuk Rutan Donggala yang saat kejadian dibakar oleh warga binaan, memiliki kapasitas tampung108 warga binaan. Sedangkan dalam faktanya, isi Rutan Donggala mencapai 343.
"Kami masih menunggu info dari Donggala karena di sana belum ada napi yang kembali dan masih kosong," jelas Utami.
Selain itu, Utami mengatakan, Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) memiliki kapasitas tampung sebanyak 100 warga binaan. Hinga terakhir, LPP diisi oleh 84 warga binaan perempuan plus 3 orang bayi.
"Hari ini yang ada 9 orang. Kemarin ada 13 plus 3 bayi. Selain itu juga Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) memiliki kapasitas 100 orang, tapi isinya cuma 29, dan sekarang tersisa 5 orang," tuturnya.
(rhs)