Cerita 5 Regu Atasi Kobaran Api di Gunung Sumbing
A
A
A
WONOSOBO - Ratusan petugas gabungan dikerahkan untuk mengendalikan kobaran api yang membakar kawasan hutan dan lahan di Gunung Sumbing. Mereka harus membagi dalam lima regu dan melalu jalur pendakian berbeda untuk menuju lokasi titik api.
Kabag Ops Polres Wonosobo Kompol Sutomo mengatakan, sebelum berangkat sebanyak 262 petugas gabungan menggelar apel di Basecamp Gunung Sumbing Butuh Lor Kecamatan Kaliakajar, Wonosobo. Selanjutnya pendakian menuju titik api di Petak 23 dibagi dua jalur yaitu melalui Butuh dan Bowongso.
"Operasi hari ini dibagi lima regu, untuk selanjutnya melakukan pemadaman secara manual. Selain menggunakan cara gepyokan (memukul api menggunakan dan dedaunan), kita pakai pompa diesel untuk mengambil air dari jurang," ujar Sutomo, Senin (17/9/2018).
Dia melanjutkan, air yang disedot dari dasar jurang itu kemudian disemprotkan ke semak-semak yang masih mengepulkan asap. Cara tersebut untuk memastikan tak ada sisa api lagi. Sebab, bila masih terdapat bara api maka akan kembali berkobar bila tertiup angin.
"Ini kan memakai selang kecil sekira jari telunjuk besarnya. Makanya kita bisa membawanya naik ke gunung. Kita semprot arang yang masih membara biar benar-benar mati. Agar jika ada angin tidak kembali berkobar," jelasnya.
Operasi pemadaman hingga pukul 16.30 WIB itu harus berhadapan dengan banyak hambatan. Selain medan terjal dan jurang, cuaca panas terjadi pagi hingga siang hari.
Sementara menjelang sore, kabut turun sehingga mengurangi jarak pandang. "Medan cukup sulit, juga cuaca panas dan angin kencang. Terus ketika sore kabut turun dan suasana semakin gelap," kata dia.
Menurutnya, luas kebakaran Gunung Sumbing pada Petak 23 mencapai 30 hektare. Diperkirakan kobaran api terus meluas. "Berdasarkan keterangan pihak Perhutani untuk luas kebakaran sampai hari ini sekira 170,6 hektare. Kita menyimpulkan masih ada titik api yang meluas ke jalur pendakian via Bowongso, sehingga akan dilakukan operasi lanjutan," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, operasi pemadaman api di Gunung Sumbing melalui udara juga tak berjalan mulus karena terhambat faktor cuaca. Kabut tebal yang datang mendadak mengakibatkan helikopter jenis Kamov harus kembali mendarat ke Semarang.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Temanggung, Gito Walngadi, mengatakan, pelibatan helikopter buatan Rusia itu mulai beroperasi sejak pukul 09.52 WIB. Water bombing itu sempat membuahkan hasil hingga pukul 12.30 WIB.
"Helikopter sudah empat kali mengambil air, di Waduk Wadaslintang dan Telaga Menjer (Wonosobo). Namun kemudian terhambat kabut, tadi jam 1 siang. Sehingga heli kita tarik kembali untuk ke Semarang lagi," ujar Gito.
Dia menjelaskan, pemadaman lewat udara yang dipiloti awak asing ini berhasil menghambat api tak cepat merambat. Sebab, dari sekira 490 hektare lahan yang terbakar kemarin, sampai hari ini hanya bertambah menjadi 506,9 hektare.
"Meski belum bisa dipastikan di mananya, tapi dari empat kali pengambilsan air kobaran api sudah mulai berkurang. Ini bisa dilihat dari gumpalan asap yang mengepul di area Gunung Sumbing. Tadi sudah dicoba di titik 27-2, 27-1, 27-3, dan 20-1. Api belum padam tapi sudah berkurang," pungkasnya.
Kabag Ops Polres Wonosobo Kompol Sutomo mengatakan, sebelum berangkat sebanyak 262 petugas gabungan menggelar apel di Basecamp Gunung Sumbing Butuh Lor Kecamatan Kaliakajar, Wonosobo. Selanjutnya pendakian menuju titik api di Petak 23 dibagi dua jalur yaitu melalui Butuh dan Bowongso.
"Operasi hari ini dibagi lima regu, untuk selanjutnya melakukan pemadaman secara manual. Selain menggunakan cara gepyokan (memukul api menggunakan dan dedaunan), kita pakai pompa diesel untuk mengambil air dari jurang," ujar Sutomo, Senin (17/9/2018).
Dia melanjutkan, air yang disedot dari dasar jurang itu kemudian disemprotkan ke semak-semak yang masih mengepulkan asap. Cara tersebut untuk memastikan tak ada sisa api lagi. Sebab, bila masih terdapat bara api maka akan kembali berkobar bila tertiup angin.
"Ini kan memakai selang kecil sekira jari telunjuk besarnya. Makanya kita bisa membawanya naik ke gunung. Kita semprot arang yang masih membara biar benar-benar mati. Agar jika ada angin tidak kembali berkobar," jelasnya.
Operasi pemadaman hingga pukul 16.30 WIB itu harus berhadapan dengan banyak hambatan. Selain medan terjal dan jurang, cuaca panas terjadi pagi hingga siang hari.
Sementara menjelang sore, kabut turun sehingga mengurangi jarak pandang. "Medan cukup sulit, juga cuaca panas dan angin kencang. Terus ketika sore kabut turun dan suasana semakin gelap," kata dia.
Menurutnya, luas kebakaran Gunung Sumbing pada Petak 23 mencapai 30 hektare. Diperkirakan kobaran api terus meluas. "Berdasarkan keterangan pihak Perhutani untuk luas kebakaran sampai hari ini sekira 170,6 hektare. Kita menyimpulkan masih ada titik api yang meluas ke jalur pendakian via Bowongso, sehingga akan dilakukan operasi lanjutan," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, operasi pemadaman api di Gunung Sumbing melalui udara juga tak berjalan mulus karena terhambat faktor cuaca. Kabut tebal yang datang mendadak mengakibatkan helikopter jenis Kamov harus kembali mendarat ke Semarang.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Temanggung, Gito Walngadi, mengatakan, pelibatan helikopter buatan Rusia itu mulai beroperasi sejak pukul 09.52 WIB. Water bombing itu sempat membuahkan hasil hingga pukul 12.30 WIB.
"Helikopter sudah empat kali mengambil air, di Waduk Wadaslintang dan Telaga Menjer (Wonosobo). Namun kemudian terhambat kabut, tadi jam 1 siang. Sehingga heli kita tarik kembali untuk ke Semarang lagi," ujar Gito.
Dia menjelaskan, pemadaman lewat udara yang dipiloti awak asing ini berhasil menghambat api tak cepat merambat. Sebab, dari sekira 490 hektare lahan yang terbakar kemarin, sampai hari ini hanya bertambah menjadi 506,9 hektare.
"Meski belum bisa dipastikan di mananya, tapi dari empat kali pengambilsan air kobaran api sudah mulai berkurang. Ini bisa dilihat dari gumpalan asap yang mengepul di area Gunung Sumbing. Tadi sudah dicoba di titik 27-2, 27-1, 27-3, dan 20-1. Api belum padam tapi sudah berkurang," pungkasnya.
(nag)