Adipati Unus, Raja Berusia 17 Tahun yang Menantang Portugis di Malaka
A
A
A
KERAJAAN Demak pernah dipimpin seorang pangeran muda bernama Adipati Unus. Dia menggantikan tahta kepemimpinan kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa itu dari Raden Patah, di usia 17 tahun.
Di usianya yang masih remaja, Adipati Unus sudah dikenal tegas karena sebelumnya dia adalah senopati perang Kerajaan Demak. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan Demak pernah melakukan penyerbuan ke Malaka untuk melawan pendudukan Portugis di tahun 1521. Namun, puluhan ribu pasukan kerajaan Demak dapat dipukul mundur pasukan Portugis. Dan lebih mengharukan, Adipati Unus tewas dalam pertempuran di Malaka tersebut.
Kepemimpinan Adipati Unus memang hanya berlangsung selama tiga tahun (1518-1521). Selain itu, gagal menundukkan Portugis dalam invasi ke Malaka tersebut justru meneguhkan Adipati Unus sebagai pemimpin muda yang berani, bahkan dia disebut sebagai Pangeran Sabrang Lor. Artinya, pangeran yang menyeberang (sabrang) ke laut utara (lor) untuk menantang Portugis.
Bagian Sejarah Takmir Masjid Agung Demak, Suwagiyo saat ditemui KORAN SINDO menceritakan bahwa sejarah kepemimpinan Adipati Unus di kerajaan Demak tidak panjang. Sebab tiga tahun penobatannya sebagai raja, dia meninggal dunia dalam peperangan melawan Portugis di Malaka.
Dia menambahkan, Kesultanan Demak sendiri merupakan sebuah Kesultanan pertama yang berdiri di tanah Jawa. Kesultanan ini dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit yang notabene merupakan kerajaan Hindu-Buddha, namun daerah Demak dari dulu telah dikenal banyak mendapat pengaruh dari pedagang Islam sehingga masyarakatnya kemudian banyak yang menganut agama Islam.
Sedangkan mengenai silsilah Adipati Unus memang terjadi perbedaan. Berdasarkan beberapa sumber catatan sejarah, misalnya pada catatan Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, atau Babad Tanah Jawi, disebutkan bahwa nama asli Adipati Unus adalah Raden Mas Abdul Qadir al-Idrus Bin Raden Mas Muhammad Yunus al-Idrus dari Jepara.
Raden Mas Muhammad Yunus adalah putra seorang Mubalig pendatang dari Negeri Parsi yang dikenal dengan sebutan Hadratus Syaikh Maulana Khaliqul Idrus. Muballigh dan Musafir besar ini datang dari Negeri Parsi ke Tanah Jawa mendarat dan menetap di Jepara di awal 1400-an Masehi.
Namun, pihak Takmir Masjid Agung Demak meyakini bahwa Adipati Unus adalah putra kedua dari Raden Pattah (pendiri atau raja pertama Kerajaan Demak). Raden Adipati Unus juga dikenal sebagai Pati Unus dan Yat Sun lahir pada tahun 1480. Dia memperistri Raden Ayu, putri dari Sunan Gunung Jati atau Syech Syarif Hidayatullah.
Meski tidak lama memimpin Kerajan Demak. Makam Adipati Unus berada di tengah antara Raden Patah dan istrinya, Murthosimah di Kompleks Makam Masjid Agung Demak. Makam paling besar dan tinggi adalah Raden Patah, kedua Adipati Unus, dan ketiga Dewi Murthosimah (istri Raden Patah). Itu menunjukkan penghormatan terhadap Adipati Unus atas jasa-jasanya dalam memimpin Kerajaan Demak.
Di usianya yang masih remaja, Adipati Unus sudah dikenal tegas karena sebelumnya dia adalah senopati perang Kerajaan Demak. Di bawah kepemimpinannya, kerajaan Demak pernah melakukan penyerbuan ke Malaka untuk melawan pendudukan Portugis di tahun 1521. Namun, puluhan ribu pasukan kerajaan Demak dapat dipukul mundur pasukan Portugis. Dan lebih mengharukan, Adipati Unus tewas dalam pertempuran di Malaka tersebut.
Kepemimpinan Adipati Unus memang hanya berlangsung selama tiga tahun (1518-1521). Selain itu, gagal menundukkan Portugis dalam invasi ke Malaka tersebut justru meneguhkan Adipati Unus sebagai pemimpin muda yang berani, bahkan dia disebut sebagai Pangeran Sabrang Lor. Artinya, pangeran yang menyeberang (sabrang) ke laut utara (lor) untuk menantang Portugis.
Bagian Sejarah Takmir Masjid Agung Demak, Suwagiyo saat ditemui KORAN SINDO menceritakan bahwa sejarah kepemimpinan Adipati Unus di kerajaan Demak tidak panjang. Sebab tiga tahun penobatannya sebagai raja, dia meninggal dunia dalam peperangan melawan Portugis di Malaka.
Dia menambahkan, Kesultanan Demak sendiri merupakan sebuah Kesultanan pertama yang berdiri di tanah Jawa. Kesultanan ini dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit yang notabene merupakan kerajaan Hindu-Buddha, namun daerah Demak dari dulu telah dikenal banyak mendapat pengaruh dari pedagang Islam sehingga masyarakatnya kemudian banyak yang menganut agama Islam.
Sedangkan mengenai silsilah Adipati Unus memang terjadi perbedaan. Berdasarkan beberapa sumber catatan sejarah, misalnya pada catatan Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, atau Babad Tanah Jawi, disebutkan bahwa nama asli Adipati Unus adalah Raden Mas Abdul Qadir al-Idrus Bin Raden Mas Muhammad Yunus al-Idrus dari Jepara.
Raden Mas Muhammad Yunus adalah putra seorang Mubalig pendatang dari Negeri Parsi yang dikenal dengan sebutan Hadratus Syaikh Maulana Khaliqul Idrus. Muballigh dan Musafir besar ini datang dari Negeri Parsi ke Tanah Jawa mendarat dan menetap di Jepara di awal 1400-an Masehi.
Namun, pihak Takmir Masjid Agung Demak meyakini bahwa Adipati Unus adalah putra kedua dari Raden Pattah (pendiri atau raja pertama Kerajaan Demak). Raden Adipati Unus juga dikenal sebagai Pati Unus dan Yat Sun lahir pada tahun 1480. Dia memperistri Raden Ayu, putri dari Sunan Gunung Jati atau Syech Syarif Hidayatullah.
Meski tidak lama memimpin Kerajan Demak. Makam Adipati Unus berada di tengah antara Raden Patah dan istrinya, Murthosimah di Kompleks Makam Masjid Agung Demak. Makam paling besar dan tinggi adalah Raden Patah, kedua Adipati Unus, dan ketiga Dewi Murthosimah (istri Raden Patah). Itu menunjukkan penghormatan terhadap Adipati Unus atas jasa-jasanya dalam memimpin Kerajaan Demak.
(amm)