Mangga Gadung Klonal 21 Pasuruan Tembus ke Negara Kanguru
A
A
A
HANYA berbekal difrensiasi produk dan pemanfaatan platform media sosial sebagai sarana promosi, petani Mangga Gadung Klonal 21 di Kabupaten Pasuruan mampu menembus market share mancanegara. Tidak hanya berhasil mengirimkan hasil panennya di beberapa negara di Asia seperti Singapura dan Hongkong saja, melainkan juga sampai ke konsumen di benua Australia.
Siapa yang tidak kenal dengan Mangga Klonal 21. Rasa manis beraroma dengan tekstur lembut serta buah yang dapat dibelah kemudian diputar seperti buah Alpukat tersebut tidak hanya menjadi iKon hortikultura unggulan Kabupaten Pasuruan saja. Tetapi sekaligus sebagai buah tangan spesial yang wajib dipesan para pecinta Mangga ketika musim panen raya tiba.
Berkat kuatnya branding Mangga Alpukat, buah hasil persilangan antara Mangga jenis Gadung dengan Arumanis ini telah resmi diakui secara paten sebagai buah asli Kabupaten Pasuruan, menyusul diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 121/Kpts/SR.120/D.2.7/12/2016 tentang Pemberian Tanda Daftar Varietas Tanaman Hortikultura. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa Mangga varietas Gadung 21 telah memenuhi persyaratan varietas tanaman hortikultura, sehingga perlu dan layak untuk diberikan tanda daftar.
Dari total empat ribu hektar luasan lahan perkebunan yang tersebar di Kecamatan Rembang, Sukorejo, Wonorejo, Nguling dan Grati, Klonal 21 menyumbang tingkat produktivitas Mangga di Kabupaten Pasuruan sebesar 72,95kg/ pohon pada tahun 2017. Di antara indikator keberhasilan budidaya Klonal 21 berkat unsur agro climate yakni tahan terhadap kekeringan serta kondisi tanah yang sangat bagus, diantaranya di Rembang karena termasuk tanah hitam dan tingkat kelembabannya tidak tinggi yang sangat diperlukan untuk menghasilkan buah kualitas terbaik.
Produktivitas komoditas mangga yang cukup melimpah disebabkan oleh penerapan bermacam teknologi pertanian. Diantaranya dengan melakukan pembuahan komoditas mangga di luar musim (off season) menggunakan paklobutrazol, penggunaan pupuk organik, pemangkasan bentuk dan produksi serta pengembangan sentra kawasan Klonal 21 secara kontinyu dan berkelanjutan melalui bantuan bibit yang memperoleh anggaran dari APBD Kabupaten Pasuruan.
Testimoni Sugiono, satu di antara petani Mangga Klonal 21 dari Kelompok Tani Mangga di Desa Wonokerto, Kecamatan Sukorejo yang juga merupakan Ketua Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Sumber Mangga Makmur Kecamatan Sukorejo binaan Dinas Kominfo Kabupaten Pasuruan, promosi yang dilakukan melalui publikasi di blog KIM Sumber Mangga Makmur http/kimwonokertomanggamakmur.blogspot.co.id dan Facebook Sugi Ono mengantarkan hasil panen kebunnya lebih dikenal masyarakat luas. Sehingga ia merasa sangat terbantu dari segi pemasaran dan positioning produk, diantara Mangga berkualitas dari Kabupaten/ Kota di tanah air lainnya yang menjadi kompetitor utama.
“Lewat jejaring pertemanan di Facebook, saya dan teman-teman Klonal 21 di Sukorejo makin banyak memperoleh pelanggan baru. Jika di awal penjualan kami masih konvensional yang langsung menjual hasil panen ke tengkulak untuk kemudian didistribusikan ke konsumen, maka sejak ada Facebook dan blog KIM Sumber Mangga Makmur, kami lebih dimudahkan untuk menjual hasil panen ke konsumen secara online," tuturnya dengan sumringah.
Meskipun dari segi harga relatif lebih mahal dari mangga jenis lainnya yakni di kisaran Rp38.000/kg untuk kualitas super, Sugiono tetap percaya diri untuk bersaing melemparkan hasil panennya ke mancanegara. Terlebih dengan tampilan packaging bertuliskan Wonokerto Klonal 21 di setiap kardus kemasan produknya yang siap dikirimkan ke Australia dan negara lainnya. Ia pun siap menerima order di nomor whatsApp miliknya - 085749550127. Apakah Anda diantaranya? (Eka Maria)
Siapa yang tidak kenal dengan Mangga Klonal 21. Rasa manis beraroma dengan tekstur lembut serta buah yang dapat dibelah kemudian diputar seperti buah Alpukat tersebut tidak hanya menjadi iKon hortikultura unggulan Kabupaten Pasuruan saja. Tetapi sekaligus sebagai buah tangan spesial yang wajib dipesan para pecinta Mangga ketika musim panen raya tiba.
Berkat kuatnya branding Mangga Alpukat, buah hasil persilangan antara Mangga jenis Gadung dengan Arumanis ini telah resmi diakui secara paten sebagai buah asli Kabupaten Pasuruan, menyusul diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 121/Kpts/SR.120/D.2.7/12/2016 tentang Pemberian Tanda Daftar Varietas Tanaman Hortikultura. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa Mangga varietas Gadung 21 telah memenuhi persyaratan varietas tanaman hortikultura, sehingga perlu dan layak untuk diberikan tanda daftar.
Dari total empat ribu hektar luasan lahan perkebunan yang tersebar di Kecamatan Rembang, Sukorejo, Wonorejo, Nguling dan Grati, Klonal 21 menyumbang tingkat produktivitas Mangga di Kabupaten Pasuruan sebesar 72,95kg/ pohon pada tahun 2017. Di antara indikator keberhasilan budidaya Klonal 21 berkat unsur agro climate yakni tahan terhadap kekeringan serta kondisi tanah yang sangat bagus, diantaranya di Rembang karena termasuk tanah hitam dan tingkat kelembabannya tidak tinggi yang sangat diperlukan untuk menghasilkan buah kualitas terbaik.
Produktivitas komoditas mangga yang cukup melimpah disebabkan oleh penerapan bermacam teknologi pertanian. Diantaranya dengan melakukan pembuahan komoditas mangga di luar musim (off season) menggunakan paklobutrazol, penggunaan pupuk organik, pemangkasan bentuk dan produksi serta pengembangan sentra kawasan Klonal 21 secara kontinyu dan berkelanjutan melalui bantuan bibit yang memperoleh anggaran dari APBD Kabupaten Pasuruan.
Testimoni Sugiono, satu di antara petani Mangga Klonal 21 dari Kelompok Tani Mangga di Desa Wonokerto, Kecamatan Sukorejo yang juga merupakan Ketua Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Sumber Mangga Makmur Kecamatan Sukorejo binaan Dinas Kominfo Kabupaten Pasuruan, promosi yang dilakukan melalui publikasi di blog KIM Sumber Mangga Makmur http/kimwonokertomanggamakmur.blogspot.co.id dan Facebook Sugi Ono mengantarkan hasil panen kebunnya lebih dikenal masyarakat luas. Sehingga ia merasa sangat terbantu dari segi pemasaran dan positioning produk, diantara Mangga berkualitas dari Kabupaten/ Kota di tanah air lainnya yang menjadi kompetitor utama.
“Lewat jejaring pertemanan di Facebook, saya dan teman-teman Klonal 21 di Sukorejo makin banyak memperoleh pelanggan baru. Jika di awal penjualan kami masih konvensional yang langsung menjual hasil panen ke tengkulak untuk kemudian didistribusikan ke konsumen, maka sejak ada Facebook dan blog KIM Sumber Mangga Makmur, kami lebih dimudahkan untuk menjual hasil panen ke konsumen secara online," tuturnya dengan sumringah.
Meskipun dari segi harga relatif lebih mahal dari mangga jenis lainnya yakni di kisaran Rp38.000/kg untuk kualitas super, Sugiono tetap percaya diri untuk bersaing melemparkan hasil panennya ke mancanegara. Terlebih dengan tampilan packaging bertuliskan Wonokerto Klonal 21 di setiap kardus kemasan produknya yang siap dikirimkan ke Australia dan negara lainnya. Ia pun siap menerima order di nomor whatsApp miliknya - 085749550127. Apakah Anda diantaranya? (Eka Maria)
(poe)