Teknologi Black Soldier Fly, Cara Surabaya Kurangi Limbah Rumah Tangga

Kamis, 16 Agustus 2018 - 09:15 WIB
Teknologi Black Soldier Fly, Cara Surabaya Kurangi Limbah Rumah Tangga
Teknologi Black Soldier Fly, Cara Surabaya Kurangi Limbah Rumah Tangga
A A A
SURABAYA - Limbah rumah tangga menjadi persoalan masif di kota besar. Untuk mengatasi persoalan itu, Kota Surabaya, Jawa Timur mulai mengoptimalkan sistem pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF). Teknologi ini mengandalkan pengelolaan limbah rumah tangga dengan memanfaatkan larva.

Koordinator Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan Dwijo Warsito menuturkan, teknologi urai sampah menggunakan BSF merupakan hasil kerja sama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sejak Oktober 2017, teknologi ini mulai dikembangkan di PDU Jambangan. Hasilnya, dalam satu kotak yang berisi 10.000 larva, mampu mengurai limbah rumah tangga sebanyak 12 kilogram dalam waktu 12 hari.

"Jadi kita awalnya dikasih bibit belatung (BSF) yang kecil, setelah lima hari itu kita kasih makan sampah organik. Contohnya seperti sisa makanan. Dan hasilnya dalam satu kotak itu mampu mengurai sampah dalam 12 hari," kata Warsito, Kamis (16/8/2018).

Ia melanjutkan, teknologi BSF ini merupakan cara mengurai sampah dari bekas sisa makanan dengan menjadikan limbah tersebut makanan larva yang mulai berumur lima hari. Sehingga sampah tersebut, lebih mudah terurai dengan cepat. Sementara, untuk larva yang sudah berumur dewasa, kemudian ia manfaatkan untuk pakan ternak.

"Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Singapura, ternyata Larva ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi," ucapnya.

Teknologi Black Soldier Fly, Cara Surabaya Kurangi Limbah Rumah Tangga


Untuk larva yang telah menjadi lalat, katanya, mampu menghasilkan 300 hingga 400 telur. Sementara dari kotoran larva yang telah menjadi residu, kemudian dimanfaatkan sebagai kompos organik. "Jadi kita menggunakan teknologi ini dua langkah yang kita lalui. Untuk larva dewasanya untuk makan ternak, ikan juga bisa. Terus untuk kotorannya (residu) kita gunakan untuk kompos," katanya.

Menurut Warsito, selama ini sampah yang ada di Surabaya cenderung kebanyakan limbah bekas rumah tangga. Teknik ini bisa diterapkan untuk mengurangi limbah rumah tangga yang ada di masyarakat. Saat ini, teknologi ini telah diuji cobakan di dua RT Kelurahan Jambangan Surabaya. "Kemarin saja kita uji cobakan pada dua RT itu, mampu mengurangi sampah bekas makanan sebanyak 2,5 ton dalam satu bulan," katanya.

Saat ini, kata dia, untuk larva yang sudah dewasa, oleh PDU Jambangan kemudian didistribusikan ke Taman Flora dan Taman Wonorejo untuk pakan ternak, seperti ikan lele dan bebek. "Selama ini kan produksi kita masih sedikit. Ini kita distribusikan ke Taman flora dan Taman Wonorejo untuk pakan ternak," katanya.

Sementara itu, Kasi Pemanfaatan Sampah DKRTH Surabaya Choirunnisa menyampaikan dengan memanfaatan teknik ini, mampu mengurai limbah rumah tangga lebih cepat. Sampah yang merupakan bekas sisa makanan kemudian dicacah dan digunakan untuk makanan larva. "Dari segi larvanya sendiri memiliki nilai ekonomis tinggi. Jadi diharapkan masyarakat juga ikut untuk mandiri. Otomatis sampah yang kita kelolah bisa berkurang," imbuhnya.

Choirunnisa menambahkan teknologi ini sebelumnya telah disosialisasikan ke Faskel se-Surabaya. Untuk target ke depan, metode ini akan diterapkan di PDU se-Surabaya. "Jadi diharapkan masyarakat juga ikut mandiri mengelolah sampah mereka sendiri dengan menggunakan teknologi larva (BSF)," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7927 seconds (0.1#10.140)