559.086 Kepala Keluarga di Jateng Terdampak Kekeringan
A
A
A
SEMARANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah telah memetakan daerah-daerah rawan kekeringan di wilayahnya. Berdasar data terkini, daerah rawan kekeringan tersebar di 253 kecamatan, 1.163 desa dan 1.794.092 atau 559.086 KK yang terdampak bencana kekeringan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan rapat koordinasi (rakor) dengan instansi terkait dalam penanganan bencana kekeringan di Jawa Tengah sejak 3 Juli 2018. "Dalam rakor itu, hal pertama yang perlu diantisipasi saat bencana kekeringan adalah ketersediaan air bersih bagi masyarakat yang kekurangan. Kemudian adalah antisipasi kebakaran hutan," kata Ganjar Pranowo saat berbicara dalam Dialog Interaktif Mas Ganjar Menyapa yang digelar MNC Trijaya FM Semarang bertema Jateng Siaga Bencana di Puri Gedeh Semarang, Jawa Tengah, Selasa (14/8/2018).
Ganjar mengimbau kepada masyarakat yang berada di wilayah rawan kekeringan, terutama di daerah hutan atau pun pegunungan selalu stanby menjaga sekitarnya sebagai langkah antisipasi kebakaran. "Sementara bagi warga desa yang membutuhkan air bisa langsung laporan ke saya atau BPBD setempat," katanya. "Karena itu tanggap darurat yang dilakukan adalah pengiriman tangki-tangki air bersih ke daerah bencana kekeringan," katanya.
Kepala BPBD Jateng Sarwa Pramana mengatakan, mitigasi untuk bencana kekeringan telah dilakukan dengan penempatan tangki dan mobil tangki eks bakorwil di 11 kabupaten. Dia menyebutkan, anggaran rutin di BPBD Provinsi Jateng sebanyak Rp600 juta untuk 2.000 tangki. "Hingga saat ini, 23 BPBD kabupaten/kota di Jateng telah melakukan droping air bersih sebanyak 3.127 tangki (15.635.000 liter) untuk 133 kecamatan dan 404 desa," ungkap Sarwa kepada SINDOnews.
Dia menambahkan, 13 PMI kabupaten/kota di Jateng juga sudah melakukan dropping 100 tangki (1.655.000 liter) untuk 53 kecamatan dan 125 desa.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan rapat koordinasi (rakor) dengan instansi terkait dalam penanganan bencana kekeringan di Jawa Tengah sejak 3 Juli 2018. "Dalam rakor itu, hal pertama yang perlu diantisipasi saat bencana kekeringan adalah ketersediaan air bersih bagi masyarakat yang kekurangan. Kemudian adalah antisipasi kebakaran hutan," kata Ganjar Pranowo saat berbicara dalam Dialog Interaktif Mas Ganjar Menyapa yang digelar MNC Trijaya FM Semarang bertema Jateng Siaga Bencana di Puri Gedeh Semarang, Jawa Tengah, Selasa (14/8/2018).
Ganjar mengimbau kepada masyarakat yang berada di wilayah rawan kekeringan, terutama di daerah hutan atau pun pegunungan selalu stanby menjaga sekitarnya sebagai langkah antisipasi kebakaran. "Sementara bagi warga desa yang membutuhkan air bisa langsung laporan ke saya atau BPBD setempat," katanya. "Karena itu tanggap darurat yang dilakukan adalah pengiriman tangki-tangki air bersih ke daerah bencana kekeringan," katanya.
Kepala BPBD Jateng Sarwa Pramana mengatakan, mitigasi untuk bencana kekeringan telah dilakukan dengan penempatan tangki dan mobil tangki eks bakorwil di 11 kabupaten. Dia menyebutkan, anggaran rutin di BPBD Provinsi Jateng sebanyak Rp600 juta untuk 2.000 tangki. "Hingga saat ini, 23 BPBD kabupaten/kota di Jateng telah melakukan droping air bersih sebanyak 3.127 tangki (15.635.000 liter) untuk 133 kecamatan dan 404 desa," ungkap Sarwa kepada SINDOnews.
Dia menambahkan, 13 PMI kabupaten/kota di Jateng juga sudah melakukan dropping 100 tangki (1.655.000 liter) untuk 53 kecamatan dan 125 desa.
(amm)