Terendam Air Laut, Petani Bawang Rugi ratusan Juta

Sabtu, 04 Agustus 2018 - 07:25 WIB
Terendam Air Laut, Petani Bawang Rugi ratusan Juta
Terendam Air Laut, Petani Bawang Rugi ratusan Juta
A A A
YOGYAKARTA - Gara-gara gelombang tinggi puluhan hektare lahan pertanian di kawasan pesisir Bantul terendam air laut. Petani terancam gagal panen, komoditas bawang merah mendominasi tanaman petani. Ditaksir kerugian akibat peristiwa alam ini mencapai ratusan juta rupiah.

Ada puluhan hektare lahan terendam air asin, di antaranya di Desa Trihargo, Kecamatan Kretek dan Desa Srigading, Sanden. Masuknya air laut ke lahan pertanian warga ini terjadi sejak Minggu (29/7/2018) petang dan berangsur-angsur naik hingga Jumat (3/7/2018) sore. "Masuknya air laut ke lahan warga karena tersumbatnya muara sungai Opak menuju laut," jelas Turbinoto (40), salah satu petani.

Tingginya gelombang pasang di laut selatan membuat muara Sungai Opak tersumbat. Ombak tinggi ini sudah berlangsung sejak pertengahan Juli lalu. Gelombang tinggi ini membawa pasir serta mengakibatkan jalur muara sepanjang 90 meter tertutup oleh gundukan pasir setebal 3-4 meter. "Bawang merah saya baru berumur 30 hari, agar tidak mati saya memasang delapan pompa untuk menyedot air," terangnya.
.
Sementara itu Kepala Desa Trihargo, Kretek, Supriyono menyebut hingga hingga Kamis (2/8) sore lahan yang terendam yang sudah dilaporkan mencapai 55 hektar dan kemungkinan bertambah. Selain bawang merah yang mendominasi, tanaman cabe dan palawija juga terdampak.

Menurut Supriyono, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) akan menurunkan alat berat untuk mengeruk sumbatan. "Sejak Senin (30/7) warga juga telah bergotong royong membongkar sumbatan secara manual. Ada ratusan warga yang terlibat," kata Supriyono.

Menurut Supriyomno kerugian yang diderita petani mencapai ratusan juta rupiah. Dengan asumsi setiap lahan luasan dua hektar mengalami kerugian Rp30 juta. Ada sembilan kelompok tani di Desa Trihargo yang terkena dampak peristiwa ini.

Data berbeda disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dipertahut) Pulung Hariyadi. Menurutnya data lahan terendam yang diterimanya baru mencapai 25 hektar. "Kami sudah berkordinasi dengan BBWSSO terkait penggunaan alat berat," jelasnya.

Menurut Pulung tertutupnya muara Sungai Opak terjadi setiap tahun. "Biasanya di awal September. Sehingga di akhir Agustus, petani sudah panen besar sehingga tidak menanam lagi karena pasti terendam," terangnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5797 seconds (0.1#10.140)