Lulusan Akmil 2018: Hafid Bahtiar, Anak Pedagang Gorengan yang Ingin Jadi Panglima TNI

Rabu, 25 Juli 2018 - 14:21 WIB
Lulusan Akmil 2018: Hafid Bahtiar, Anak Pedagang Gorengan yang Ingin Jadi Panglima TNI
Lulusan Akmil 2018: Hafid Bahtiar, Anak Pedagang Gorengan yang Ingin Jadi Panglima TNI
A A A
SEMARANG - Hafid Bahtiar, lulusan Akmil peringkat 77 Akademi Militer (Angkatan Darat) tahun 2018 merupakan anak pedagang gorengan yang bercita-cita menjadi Panglima TNI. Bagaimana kehidupan sehari-harinya?

Hafid yang lahir di Tulungagung 30 Desember 23 tahun lalu, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Mujani dan Supriatin. Kedua orang tua Hafid merupakan pedagang gorengan di sebuah desa kecil di wilayah Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

"Saya dan istri mengolah adonan jajanan gorengan, Hafid mengantarkan gorengan ke warung-warung," kata Mujani meski sekarang sudah tidak jual gorengan lagi dan lebih sering menerima kerja serabutan, Rabu (25/7/2018).

Postur jangkung dan fisik kuat yang terbentuk dari kegiatan kesehariannya sebagai pemain basket dari SMAN 1 Campurdarat Tulungagung merupakan modal awal mendaftar Taruna Akmil. Dia menjelaskan bahwa anak keduanya ini mendaftar 2 kali sebagai Taruna untuk Akmil pada 2013 dan tahun 2014 dan akhirnya dinyatakan lulus pada tahun 2014.

"Dia niat dengan keinginan sendiri untuk menjadi Taruna Akmil. Dua kali daftar semuanya Akmil, usai gagal di pendaftaran yang pertama sempat ditawarin untuk mendaftar Secaba tetap kokoh untuk daftar Akmil," ungkapnya.

Mujani juga menyebutkan bahwa anaknya mempunyai tekad yang bulat untuk menjadi Taruna Akmil meski dihadapkan dengan kondisi sederhana yang melekat pada kedua orangtuanya di Kabupaten Tulungagung. "Los aja pak, bismilah saja. Nggak usah memikirkan biaya untuk masuk Taruna," ujar Mujani sambil menirukan ucapan Hafid saat daftar Taruna Akmil.

Hafid mengaku sebelum diterima sebagai Taruna Akmil, dia sering membantu meringankan beban kedua orang tuanya dalam mencari nafkah. Dia menceritakan bagaimana gigihnya kedua orang tuanya bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.

"Orang tua saya pernah berdagang bakso, gorengan, jagung dan kacang rebus di pinggir jalan. Masih ingat di memori saya waktu sekolah di SD dan SMP membawa gorengan saya jual di sekolah," ungkap Hafid.

Menginjak remaja, siswa SMA Negeri 1 Campurdarat masih gigih membantu meringankan beban orang tuanya. Mulai dari menjadi tukang batu marmer sepulang sekolah hingga meluangkan waktu melatih basket anak-anak di kampungnya. "Honor yang didapat lumayan buat beli makan sehari-hari dan uang saku sekolah." tutur Hafid.

Meski dari keluarga yang kurang mampu, Hafid bangga bisa menjadi seorang prajurit dan bercita-cita menjadi Jenderal. "Meski saya anak seorang kuli bangunan, tetapi cita-cita saya ingin menjadi Panglima TNI," harapannya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4656 seconds (0.1#10.140)