Tak Perlu SKTM, Siswa Miskin Bisa Sekolah Gratis Cukup Daftar Pakai Hasil Bumi
A
A
A
BANYUMAS - Disaat warga mampu di Banyumas, Jawa Tengah beramai-ramai membuat surat keterangan tidak mampu agar anaknya bisa bersekolah, namun di sebuah desa di Banyumas, warga tidak mampu justru bisa menikmati sekolah gratis tanpa harus membuat surat keterangan tidak mampu. Dalam pendaftaran sekolah ini mereka cukup membawa hasil pertanian seperti pisang, singkong, ubi jalar, tales dan hasil bumi lainnya untuk mendaftar.Sedangkan untuk biaya sekolah bulanan, mereka digratiskan hingga lulus sekolah.
Dengan didampingi orang tua mereka para calon siswa ini membawa aneka hasil bumi ke sekolah Madrasah Tsanawiyah Pakis, yang berada di Kampung Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Mereka ada yang membawa ubi jalar, singkong, tales, sayur mayur hingga petai. Hasil bumi inilah yang digunakan para orang tua wali murid untuk mendaftar ulang anak-anaknya berskolah di MTs Pakis.
Sekolah setingkat SMP yang berada di pinggir hutan dan di puncak bukit dusun pesawahan ini memang menjadi sekolah favorit warga desa setempat.
Selain digratiskan dari semua biaya pendidikan, para siswa justru mendapatkan buku-buku dari pihak pengelola sekolah. Sekolah ini memang sengaja didirikan untuk membantu anak-anak petani setempat yang mayoritas dari golongan ekonomi kurang mampu, seperti petani dan buruh harian.
Semua siswa ini adalah mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya di sekolahan umum. Menurut salah satu siswa dan orang tua siswa, dirinya memilih sekolah tersebut karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan sekolah formal yang semakin tinggi biayanya.
“Saya sekolahkan anak-anak saya disini, selain karena kami tidak ada biaya, di sekolah ini juga gratis untuk biaya bulanan, sementara untuk pendaftaran saya hanya membawa pisang dari kebun milik sendiri,” ujarNurhayati, orang tua siswa.
Pengakuan serupa juga datang dari Roimah (29) warga Dusun Karanggondang. “Karena saya dan suami petani dan kurang mampu, saya sekolahkan anak disini. Tadi saat pendaftaran saya hanya membawa singkong dan sayur mayur,” ujar Roimah, orang tua siswa.
Sedangkan Saefurisalah satusiswayang baru mendaftar mengku jika bersekolah disini dikarenakan dekat dan tidak membenai biaya orang tuanya.
“Selain dekat teman-teman disini juga tidak mewah (tidak kaya) karena semua anak petani,” ujar Saefuri.
Seperti layaknya sekolah umum, para siswa disini juga rata-rata berusai sekolah menengah pertama. Mereka juga dikenakan wajib belajar pada jam-jam sekolah biasa. Namun ada ciri khas yang sangat membedakan dengan sekolah umum, yaitu para siswa warga kurang mampu ini mendapatkan materi tambahan yaitu materi keterampilan pertanian. Untuk lokasi materi pertanian, orang tua siswa dan siswa membuka lahan di sekitar sekolah untuk digunakan sebagai materi pertanian.
Sekolah yang berdiri pada tahun 2014 ini bertujuan membantu orang yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Hingga kini, sekolah tersebut mempunyai empat tenaga pengajar sukarela, yang terdiri dari profesi dari kepala dusun, guru honorer dan warga sekitar.
MenurutIsrodin,pengelola pusat kegiatan belajar mengajar MTs Pakis, sekolah ini didirikan karena banyaknya warga lingkungan sekitar yang ingin bersekolah, namun terbentur masalah dana. Padahal antusiasme warga untuk mengenyam pendidikan tergolong sangat tinggi.
“Konsep kami memang mendekat kepada warga miskin pinggir hutan agar mereka bisa belajar layaknya anak-anak di kota. Selain itu kami disini tidak mau membebani anak-anak dan orang tua siswa dengan pungutan apapun. Bahkan kami memberi bantuan buku-buku kepada pendaftar sekolah disini,” terang Isrodin.
Komersialisme pendidikan bagi para pengajar di Pakis ini sangat ditabukan ditengah-tengah maraknya komersialisasi pendidikan yang ada di kota-kota besar. Pihak sekolah mengaku menggratiskan semua biaya sekolah anak didiknya.
Namun karena kebaikan hati orang tua yang anaknya bersekolah di smp pakis ini, para tenaga pengajar justru setiap bulannya mendapatkan kiriman lauk pauk makanan dan hasil bumi lainnya.
Disaat warga mampu di banyumas, beramai-ramai membuat surat keterangan tidak mampu agar anaknya bisa bersekolah, namun di sini warga tidak mampu justru bisa menikmati sekolah gratis tanpa harus membuat surat keterangan tidak mampu.
Dengan didampingi orang tua mereka para calon siswa ini membawa aneka hasil bumi ke sekolah Madrasah Tsanawiyah Pakis, yang berada di Kampung Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Mereka ada yang membawa ubi jalar, singkong, tales, sayur mayur hingga petai. Hasil bumi inilah yang digunakan para orang tua wali murid untuk mendaftar ulang anak-anaknya berskolah di MTs Pakis.
Sekolah setingkat SMP yang berada di pinggir hutan dan di puncak bukit dusun pesawahan ini memang menjadi sekolah favorit warga desa setempat.
Selain digratiskan dari semua biaya pendidikan, para siswa justru mendapatkan buku-buku dari pihak pengelola sekolah. Sekolah ini memang sengaja didirikan untuk membantu anak-anak petani setempat yang mayoritas dari golongan ekonomi kurang mampu, seperti petani dan buruh harian.
Semua siswa ini adalah mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai sekolahnya di sekolahan umum. Menurut salah satu siswa dan orang tua siswa, dirinya memilih sekolah tersebut karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan sekolah formal yang semakin tinggi biayanya.
“Saya sekolahkan anak-anak saya disini, selain karena kami tidak ada biaya, di sekolah ini juga gratis untuk biaya bulanan, sementara untuk pendaftaran saya hanya membawa pisang dari kebun milik sendiri,” ujarNurhayati, orang tua siswa.
Pengakuan serupa juga datang dari Roimah (29) warga Dusun Karanggondang. “Karena saya dan suami petani dan kurang mampu, saya sekolahkan anak disini. Tadi saat pendaftaran saya hanya membawa singkong dan sayur mayur,” ujar Roimah, orang tua siswa.
Sedangkan Saefurisalah satusiswayang baru mendaftar mengku jika bersekolah disini dikarenakan dekat dan tidak membenai biaya orang tuanya.
“Selain dekat teman-teman disini juga tidak mewah (tidak kaya) karena semua anak petani,” ujar Saefuri.
Seperti layaknya sekolah umum, para siswa disini juga rata-rata berusai sekolah menengah pertama. Mereka juga dikenakan wajib belajar pada jam-jam sekolah biasa. Namun ada ciri khas yang sangat membedakan dengan sekolah umum, yaitu para siswa warga kurang mampu ini mendapatkan materi tambahan yaitu materi keterampilan pertanian. Untuk lokasi materi pertanian, orang tua siswa dan siswa membuka lahan di sekitar sekolah untuk digunakan sebagai materi pertanian.
Sekolah yang berdiri pada tahun 2014 ini bertujuan membantu orang yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Hingga kini, sekolah tersebut mempunyai empat tenaga pengajar sukarela, yang terdiri dari profesi dari kepala dusun, guru honorer dan warga sekitar.
MenurutIsrodin,pengelola pusat kegiatan belajar mengajar MTs Pakis, sekolah ini didirikan karena banyaknya warga lingkungan sekitar yang ingin bersekolah, namun terbentur masalah dana. Padahal antusiasme warga untuk mengenyam pendidikan tergolong sangat tinggi.
“Konsep kami memang mendekat kepada warga miskin pinggir hutan agar mereka bisa belajar layaknya anak-anak di kota. Selain itu kami disini tidak mau membebani anak-anak dan orang tua siswa dengan pungutan apapun. Bahkan kami memberi bantuan buku-buku kepada pendaftar sekolah disini,” terang Isrodin.
Komersialisme pendidikan bagi para pengajar di Pakis ini sangat ditabukan ditengah-tengah maraknya komersialisasi pendidikan yang ada di kota-kota besar. Pihak sekolah mengaku menggratiskan semua biaya sekolah anak didiknya.
Namun karena kebaikan hati orang tua yang anaknya bersekolah di smp pakis ini, para tenaga pengajar justru setiap bulannya mendapatkan kiriman lauk pauk makanan dan hasil bumi lainnya.
Disaat warga mampu di banyumas, beramai-ramai membuat surat keterangan tidak mampu agar anaknya bisa bersekolah, namun di sini warga tidak mampu justru bisa menikmati sekolah gratis tanpa harus membuat surat keterangan tidak mampu.
(sms)